Unik Futuristik, Ada Menteri Artificial Intelegence, dan Menteri Kebahagiaan Lho di UEA, Apaan Tuh?

Negara yang kaya akan minyak bumi ini baru saja menunjuk Menteri Artificial Intelligence. Jabatan ini menjadi yang pertama di dunia.

Perdana Menteri dan Wakil Presiden UEA, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum mengangkat Omar Sultan Al-Olama yang masih berusia 27 tahun, untuk mengisi posisi futuristik ini pada Kamis (19/10/2017) lalu. 

TRIBUNKALTIM.CO - Negara federasi Uni Emirat Arab (UEA) menyiapkan langkah menghadapi gelombang kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Negara yang kaya akan minyak bumi ini baru saja menunjuk Menteri Artificial Intelligence. Jabatan ini menjadi yang pertama di dunia.

Perdana Menteri dan Wakil Presiden UEA, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum mengangkat Omar Sultan Al-Olama yang masih berusia 27 tahun, untuk mengisi posisi futuristik ini pada Kamis (19/10/2017) lalu.

"Hari ini kami mengumumkan penunjukkan Menteri Artificial Intelligence (kecerdasan buatan). Gelombang global di masa mendatang merupakan kecerdasan buatan dan kita ingin agar UEA lebih bersiap untuk itu," tulis Sheikh di akun Twitter-nya.

Ia menambahkan bahwa tujuan di bentuknya Menteri Kecerdasan Buatan pertama adalah untuk menjadikan negaranya sebagai negara paling maju di dunia.

Dilansir KompasTekno dari RT.com, Omar Al-Olama sebelumnya menjabat sebagai Kepala Direktur Departemen Masa Depan. Omar Al-Olama juga menjabat sebagai Executive Committee of the World Government Summit (WGS) sejak 2014.

Organisasi tersebut merupakan ajang bertukar pikiran para pemerintah tentang inovasi baru di negara-negara bagian UAE.

Menteri unik dan misi ke Mars

UEA memang baru saja melakukan perombakan kabinet. Melalui akun Twitter pribadi, Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum memperkenalkan jajaran menteri di kabinetnya.

Dari 31 posisi menteri yang dibentuk, ada beberapa jabatan menteri yang cukup unik. Misalnya, Ohoud bint Khalfan Al Roumi yang diangkat sebagai Menteri Kebahagiaan dan Kesejahteraan.

Ia juga melantik Sara Al-Amiri sebagai Menteri Kemajuan Ilmu Pengetahuan. Wanita berusia 30 tahun ini mengemban amanah untuk mewujudkan misi para peneliti UAE menuju planet Mars.

Pada April tahun depan negara ini akan memulai program bertajuk 'a 100-year national program' untuk menyiapkan para penelitinya menjejakkan kaki di Mars.

Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum memang berambisi menyiapkan negaranya menjadi negara yang kaya akan teknologi dan ilmu pengetahuan.

"Kami mengantarkan fase baru untuk UAE. Kami ingin membangun masa depan bagi para penerus kami," tulisnya di Twitter.

Google Buat Artificial Intelegence Lebih Merakyat

Artificial Intelligence sudah beberapa tahun terakhir jadi bahan perbincangan di kalangan industri teknologi.  Dan termasukMachine Learning (ML).

CEO Google Sundar Pichai memberikan keynote utama pada ajang tahunan Google I/O di Googleplex, Mountain Views, AS, Rabu (17/5/2017).(Fatimah Kartini/Kompas.com)
CEO Google Sundar Pichai memberikan keynote utama pada ajang tahunan Google I/O di Googleplex, Mountain Views, AS, Rabu (17/5/2017).(Fatimah Kartini/Kompas.com) ()

Perusahaan teknologi berbondong-bondong mengembangkannya dalam berbagai bentuk, sebut saja asisten digital, perabotan pintar, hingga robot-robot canggih yang membantu proses produksi manufaktur.

Mesin pencari Google sejatinya mulai menggembar-gemborkan soalmachine learning pada “pesta” developer Google I/O 2016 lalu. Tahun ini, di ajang yang sama, Google membeberkan kembali keseriusan mereka memperdalam implementasi ML dan AI.

CEO Google Sundar Pichai mengatakan, dunia sudah beralih dari "mobile first" ke "AI first" mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju.

“Tahun lalu kami mengatakan visi untuk menjadi perusahaan AI-first. Kini kami membawa manfaat AI untuk semua orang,” kata Pichai, Rabu (17/5/2017), dalam Main Keynote Google I/O 2017 di Shoreline Amphitheatre, Mountain View, Amerika Serikat.

Artinya, AI yang dikembangkan Google dirancang lebih merakyat alias tak hanya berfungsi untuk developer saja, tetapi juga untuk korporasi dan pengguna umum.

Jika tahun lalu pembahasan soal AI mengerucut pada perkenalanGoogle Assistant, maka kini AI lebih merambah ke semua lini produk Google. Aplikasi Google, seperti Gmail, Google Photos, Google Home, dan lainnya dibuat lebih pintar berkat kecerdasan buatan AI.

Artificial Intelligence di perangkat rumah pintar Google Home membuatnya bisa melakukan panggilan via WiFi, mengirim pesan, dan memberikan notifikasi untuk penundaan penerbangan atau peringatan macet lalu lintas.

Berkat AI diperkuat machine learning, Gmail pun menjadi lebih pintar. Fitur “smart reply” yang sebelumnya ditujukan untuk aplikasi Allo kini diekspansi ke Gmail. Dengan begitu, saling balas-membalas e-mail bisa lebih efisien waktu, terutama untuk jawaban-jawaban template seperti “terima kasih”, “ok”, dan sebagainya.

AI juga menjadikan Google Photos semakin nyaman dipakai. Pengguna akan dimudahkan dengan kemampuan Google Photos mengumpulkan foto secara otomatis berdasarkan acara, seperti liburan atau perayaan ulang tahun.

Seperti dilaporkan langsung oleh jurnalis KompasTekno Fatimah Kartini, Google Assistant yang sudah lebih dulu kebagian kemampuan IA juga disuntik kemampuan baru.

Google Assistant nantinya tak hanya bertengger secara terpisah di smartphone dan Google Home. Fitur asisten digital Google Assistant ini mengolaborasikan berbagai perangkat sehingga bisa dibilang sebagai realisasi Internet of Things (IoT). Google Assistant bahkan hadir pula untuk iOS.

Hal-hal seru lainnya yang bakal diketahui selama tiga hari di ajang Google I/O menyangkut ekosistem Virtual Reality (VR) Google Daydream dan proyek Tango, sistem operasi anyar Android O dan Android Go, solusi untuk developer semacam Firebase dan Kotlin, serta peningkatan layanan-layanan seperti Photos.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved