Hobby Makan Ikan Nila? Sebaiknya Berhenti Konsumsi dari Sekarang, Ini 5 Alasannya

Ada fakta mengejutkan yang memaparkan konsekuensi apabila mengonsumsi ikan nila.

elitereader
Ikan Nila 

TRIBUNKALTIM.CO - Nila merupakan ikan air tawar yang berasal dari danau Afrika.

Namun, ikan ini telah dibawa ke negara lain untuk dibudidayakan dan dibesarkan di peternakan ikan.

 

Sebagian besar ikan ternakan nila paling banyak dipanen dari wilayah Asia dan Amerika Latin.

Baca: Berkat Nuget Ikan Nila, SDN 009 Balsel Terpilih Jadi Sekolah Duta Perubahan Nasional

Banyak negara menyebut ikan ini sebagai "ayam air" karena sangat mudah perkembangbiakannya dan populer untuk dikonsumsi.

Karena jumlah pasokan nila melimpah, harganya pun relatif murah.

Baru-baru ini, seorang dokter di Brasil bahkan menggunakan kulit nila untuk pasien yang menderita luka bakar.

Sayangnya, di balik semua kelebihannya, ikan ini juga punya kekurangan.

Ada fakta mengejutkan yang memaparkan konsekuensi apabila mengonsumsi ikan nila.

Dirangkum TribunTravel dari laman Elitereaders.com, berikut 5 alasan kenapa kita harus berhenti makan ikan nila.

1. Dampak lingkungan yang sangat buruk

Elitereaders.com
Elitereaders.com

Banyak petani tambak ikan hanya memikirkan untung dan hasil yang banyak, namun mereka mengabaikan perawatan hewan ternaknya dan akibat bagi lingkungan.

Peternakan ikan jika tidak dikelola dengan baik, memiliki efek buruk pada lingkungan yang meliputi polusi air dan penyebaran penyakit ikan.

2. Lemak jahat yang terlalu tinggi

Elitreaders.com
Elitreaders.com

Ikan nila liar pada umumnya makan tumbuhan air atau ganggang, sedangkan nila ternakan diberi makan jagung dan pelet.

Dengan demikian, berat badan ikan nila ternakan bisa meningkat secara drastis dalam waktu singkat.

Ikan nila memang mengandung lemak, tetapi tidak asam lemak yang baik dan menyehatkan bagi manusia.

Ternyata, ikan nila ternakan tidak mempunyai banyak asam lemak Omega-2 dibandingkan ikan lainnya.

Sebaliknya, ikan ini mengandung jumlah asam lemak Omega-6 yang sangat tinggi yang tidak baik bagi manusia.

Sebuah laporan yang dirilis oleh Wake Forest University School of Medicine yang berbasis di Carolina Utara menyatakan, "jumlah omega-6 pada ikan nila lebih tinggi dari hamburger atau daging."

Tingginya omega-6 bisa menyebabkan kerusakan inflamasi saraf yang didahului dengan Alzheimer.

3. Mengandung banyak bahan kimia

Petani tambak sering memberi antibiotik dan pestisida di air untuk melawan kutu air.

Bahkan, beberapa nila ditemukan mengandung dibutylin, bahan kimia yang digunakan dalam plastik PVC.

Penelitian mengungkapkan bahwa zat ini diidentifikasi sebagai penyebab obesitas, alergi, asma dan gangguan metabolik lain dalam beberapa tahun terakhir.

4. Memakan kotorannya sendiri

Elitereaders.com
Elitereaders.com

Ikan nila di peternakan biasanya hidup dalam jumlah banyak dan penuh sesak.

Akhirnya, mereka memakan kotoran mereka sendiri.

Selain itu, ada laporan tentang budidaya ikan Nila di China yang diberi makan kotoran babi dan angsa.

Seperti dikutip dari artikel Bloomberg, Michael Doyle, dierktur pusat keamanan makanan University of Georgia menyatakan, "kotoran hewan di China sering dipakai untuk memberi makan ikan, padaha sudah terkontaminasi dengan mikroba seperti salmonella. Saat ini, ditemukan banyak petani telah berhenti menggunakan pakan komersial dan beralih ke kotoran hewan untuk memberi makan ternak mereka."

5. Menyebabkan kanker

Elitereaders.com
Elitereaders.com

Ikan nila ternakan umumnya mengandung dioxin, bahan kimia karsinogen yang beracun.

Setelah dioxin masuk ke tubuh manusia, tujuh hingga sebelas tahun kemudia zat itu akan memerah keluar.

Intinya, jika kalian ingin makan nila, cari tahu dahulu dari mana asalnya.

Jangan gadaikan kesehatan demi menikmati makanan yang tampak lezat sesaat.

Artikel ini telah dimuat Tribun Travel dengan judul, Makan Kotoran Sendiri Hingga Sebabkan Kanker, Ini 5 Alasan Kenapa Sebaiknya Berhenti Makan Ikan Nila

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved