Mengejutkan, Primata yang Hanya ada di Kalimantan Ini Mengalami Perubahan Perilaku

Penelitian dilakukan untuk mengetahui prilaku serta keberadaan mamalia therestrial (mamalia yang bergerak di atas permukaan tanah).

Penulis: Rafan Dwinanto |
TRIBUNKALTIM.CO/M WIKAN
Bekantan (bahasa latin: Nasalis larvatus) atau yang dikenal dengan sebutan nama monyet Belanda, yakni berbulu pirang dan berhidung mancung, habitatnya adalah mangrove atau hutan bakau. Bekantan merupakan satwa khas Pulau Kalimantan. (TRIBUNKALTIM.CO/M WIKAN) 

Sekadar informasi, Bekantan juga dikenal masyarakat dengan sebutan monyet Belanda.

Secara international, lebih dikenal dengan sebutan Proboscis Monkey.

Kini, populasinya di Pulau Borneo berada dalam ancaman serius.

Penyebabnya, tak lain adalah semakin berkurangnya wilayah mangrove, serta adanya pembangunan di sekitar wilayah rivarian (kanan kiri sungai) yang selama ini menjadi habitat utama Bekantan.

Baca: Mengejutkan! Tahun Depan Tompi Pensiun Nyanyi, Ada Hal Penting Apa?

Bekantan yang merupakan satwa endemik Kalimantan (di dunia hanya hidup di Pulau Borneo) dan hanya tersebar di beberapa tipe habitat mangrove dan rivarian merupakan satwa yang hidup secara berkelompok dan sangat tergantung kepada vegetasi mangrove dan beberapa jenis pohon di wilayah rivarian. 

“Adanya pengerusakan dan penghilangan vegetasi yang ada di atasnya sangat mudah mengganggu populasi Bekantan. Karena sangat sensitifnya primata ini, sangat jarang sekali menemukan hewan ini di kebun binatang. Informasi dari pengelola kebun binatang sangat beralasan. Karena sumber pakan Bekantan harus asli dari jenis jenis vegetasi mangrove atau rivarian, sementara untuk jenis primata lain di kebun binatang mereka bisa di beri buah-buahan yang banyak ditemukan di pasar sebagai sumber pakannya,” urai Yaya.

Menurut Yaya, jumlah populasi Bekantan di Pulau Borneo secara khusus belum pernah dihitung.

“Namun bila mengkompilasi hasil berbagain penelitian yang dilakukan dibeberapa tempat di wilayah Sabah, Brunei, Serawak dan Kalimantan diperkirakan populasinya tinggal 15.000 sd 20.000 (Dua puluh ribuan) ekor saja,” kata Yaya.

Yaya kembali menguraikan, selama ini para peneliti hanya mengenal Bekantan hanya hidup diatas pohon (Arboreal) dan sangat tergantung kepada buah dan duan muda yang berasal dri pohon atau vegetasi yang berada diwilayah mangrove dan rivarian.

“Namun sangat mengejutkan melihat hasil penelitian yang dilakukan beberapa tahun terakhir ini. Di mana, kamk berhasil mendokumentasikan pergerakan Bekantan diatas permukaan tanah (Terestrial),” katanya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved