Dikenal Bau dan Kumuh, Ternyata Ada Spot yang Indah Loh di Hulu Sungai Karang Mumus
Ternyata, bicara soal Sungai Karang Mumus (SKM) tidak melulu identik dengan kotor, kumuh dan bau.
Penulis: Doan E Pardede |
Kris menuturkan, bagian kecil ini menjadi gambaran bagaimana rupa SKM itu pada awalnya.
Pohon yang tumbuh juga masih asli, yakni vegetasi yang tahap hidup di dalam air atau tanah.
Jenisnya juga cukup beragam.
"Jadi, tanaman ini spesial, asli SKM. Dan beberapa terancam punah. Kita tidak menemukan lagi ada pohon rambai padi, atau pohon putat yang di sepanjang SKM hanya tinggal dua," jelasnya.
Penyebab semakin menghilangnya wajah asli SKM menurutnya cukup mudah ditemui.
Utamanya adalah pembukaan lahan, baik untuk permukiman dan ladang.
Selain itu, hal-hal kecil namun massif seperti aktivitas memancing, pertenakan di pinggir sungai, juga berkontribusi merusak bantaran sungai dan mencemari air sungai.

Apakah Kanopi SKM ini bisa ditambah?
Kris menyebut bisa. Dan saat ini, GMSS SKM bersama sejumlah instansi terkait tengah gencar menanam pohon-pohon asli SKM di bantaran sungai.
Bibit yang sudah disiapkan mencapai 20 ribu batang.
Walau tidak bisa secara keseluruhan, setidaknya, panjang badan sungai yang memiliki kanopi diharapkan bertambah.
Dan menurut Kris, butuh waktu minimal 10 tahun agar masing-masing dahan hingga tajuk pohon bertemu.
Itu pun jika pohon ini tetap dibiarkan tumbuh, dan tidak ditebang dengan alasan perluasan permukiman dan kepentingan lainnya.
"Kalau 10 tahun pohon Bungur ini bisa tumbuh. Jadi, kita nggak perlu ke Jepang untuk melihat bunga Sakura. Pohon Bungur ini seperti bunga Sakura. Makanya Kita namakan Sakura Karang Mumus," tandasnya. (*)