Tinggal 8 Tahun di Mentawai Indonesia, Pria Bule Ini Mendapatkan Jati Dirinya
Tidak tanggung-tanggung, Henry sudah menetap di sana selama lebih dari delapan tahun.
Membangkitkan rasa penasarannya untuk merasakan langsung.

“Saya ingin tahu apa yang dialami dan diketahuinya, yang tidak kita ketahui,” sambungnya.
Menyanggupi rasa penasarannya, Henry benar-benar datang ke desa nelayan terpencil untuk tinggal bersama penduduk asli Mentawai yang telah hidup di sana selama ribuan tahun dan sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris.
“Saya tertarik tinggal di desa yang jauh dari pariwisata. Saat saya menginjakkan kaki pertama kali, saya tidak tahu banyak tentang daerah itu. Apalagi saya tidak mengerti bahasa mereka. Datang ke sana (Mentawai) begitu luar biasa, menakutkan sekaligus menantang,” ujarnya.
Kekayaan tradisional yang terpendam
Seiring berjalannya waktu dan segala proses yang dilakukannya untuk mendekatkan diri dengan penduduk lokal, akhirnya Henry dapat memahami bahasa daerah yang digunakan suku bangsa Mentawai.
Baca: Rayakan Ulang Tahun, Imigrasi Tetap Buka Layanan Paspor di Hari Minggu
Sangat diterima dalam masyarakat di sana, Henry juga menjalankan sejumlah ritual adat agar tubuhnya bisa ditato seperti yang dimiliki orang Mentawai.
Tato yang disebut Titi ini merupakan tato tertua di dunia, yang diperkirakan sudah dirajah ke tubuh orang Mentawai saat mereka mendarat di pantai barat Sumatera pada Zaman Logam (1500 SM-500SM).
Dia juga mempelajari lebih banyak tentang sistem kepercayaan suku bangsa Mentawai yang disebut Arat Sabulungan.
“Mereka mempercayai bahwa semua hal di alam memiliki jiwa dan jika manusia akan meninggal, jiwa mereka akan kembali ke alam dan menjadi bagian dari alam,” jelasnya.
Sayangnya, saat ini tidak semua orang Mentawai meneruskan pesan luhur ini.
Generasi baru mulai mengikis cara hidup tradisional orang Mentawai.
Baca: Suami Pergi Berlayar, Ibu Muda Asyik dengan Gigolo, Begini Akhirnya