Terlewat Supermoon Dinihari Tadi? Tenang, Anda Masih Bisa Menikmatinya di Akhir Bulan Ini
Bulan berada di jarak 358.993 km. Pada saat itu ukuran Bulan akan lebih besar, dan akan lebih terang dari biasanya.
TRIBUNKALTIM.CO - Di awal tahun 2018 ini, masyarakat Indonesia disuguhkan oleh fenomena Supermoon. Fenomena tersebut terjadi karena Bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi, sehingga ukurannya nampak jauh lebih besar.
Kabag Humas Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Hary Tirto Djatmiko, dalam siaran persnya yang diterima Tribunnews.com, menyebutkan bahwa fenomena Super Moon akan terjadi pada Selasa (2/1/2018), dini hari nanti, pada pukul 04.48 WIB.
"Lima jam berikutnya Bulan akan berada dalam puncak fase purnama, ayang sekali saat puncak purnama tersebut Bulan sudah terbenam dari wilayah Indonesia," ujarnya.
Pada dini hari nanti, saat fenomena Super Moon berlangsung, jarak antara Bumi dan Bulan mencapai 356.565 km. Hal tersebut membuat ukuran bulan 8-14 persen lebih besar, dan sekitar 30 persen lebih terang dibandingkan saat purnama biasa.
Super Moon berikutnya akan terjadi pada akhir bulan ini. Pada 30 Januari 2018, pukul 16.56 WIB, Bulan berada di jarak 358.993 km. Pada saat itu ukuran Bulan akan lebih besar, dan akan lebih terang dari biasanya. Hal yang sama terjadi 29,5 jam berikutnya, pada 31 Januari pukul 20:26 WIB.
"Kejadian purnama perigee penutup dari tiga rangkaian supermoon ini adalah yang banyak ditunggu, karena pada saat itu, terjadi peristiwa Gerhana Bulan Total yang dapat diamati dari seluruh Indonesia," ujarnya.
"Peristiwa tersebut terjadi dari awal hingga tengah malam. Pada peristiwa puncaknya, bulan akan berwarna merah selama satu jam enam belas menit," katanya.
Selain bisa menyuguhkan pemandangan yang menakjubkan, fenomena Super Moon sebagai mana umumnya gravitasi Bulan, juga akan mempengaruhi pasang surut air laut. Dengan fenomena tersebut, tentunya dampak gravitasi terhadap air laut akan lebih besar lagi.
"Masyarakat disekitar pesisir pantai dihimbau tetap waspada dan siaga terhadap peningkatan pasang air laut maksimum," ujarnya.
Dikutip dari Langit Selatan, fenomena Supermoon atau si Bulan Super baru muncul dan jadi hype mulai tahun 2011 saat Bulan Purnama Perigee 19 Maret 2011 yang bertepatan dengan Bulan berada pada jarak terdekat dari Bumi yakni 356.577 km. Jarak tersebut merupakan jarak terdekat yang dicapai Bulan sejak 8 Maret 1993 saat Bulan Purnama terjadi pada jarak 356.528 km.
Kala itu, beredar kabar di dunia maya, bahwa Bulan Super akan menyebabkan terjadinya bencana alam yang sangat dahsyat, mulai dari badai besar, gempa Bumi sampai dengan letusan gunung berapi. Tentu saja kabar ini tidak benar. Tapi di kalangan astrolog hubungan itu memang ada dan istilah supermoon atau Bulan Super sudah dikenal sejak tahun 1979 saat diperkenalkan oleh Richard Nolle dalam majalah HOROSCOPE.
Menurut Richard Nolle, Bulan Super merupakan Bulan Purnama ataupun Bulan Baru yang terjadi saat Bulan sedang atau akan berada (dalam rentang 90%) pada jarak terdekatnya dari Bumi (perigee). Dengan kata lain, ketika Matahari – Bumi – Bulan sedang berada pada satu garis dengan Bulan berada pada jarak terdekat dengan Bumi, akan terjadi tekanan geofisik yang menyebabkan efek “bencana pada Bumi”.
Selain itu, Bulan Super tidak hanya terjadi sekali dalam setahun. Setidaknya ada 4-6 Bulan Super yang terjadi dalam satu tahun.
Semenjak itu, istilah Supermoon semakin populer di masyarakat setiap Bulan Purnama akan atau sedang atau baru saja mencapai titik terdekat dengan Bumi.
Bulan Perigee
Perbandingan Bulan Purnama Perigee dan Bulan Purnama Apogee. Kredit: langitselatan
Ketika Bulan Purnama terjadi berbarengan dengan Bulan berada pada jarak terdekat dari Bumi, maka muncul juga iming-iming untuk melihat Bulan Purnama yang tampak lebih besar dari biasanya, atau lebih tepatnya 14% lebih besar dan 30% lebih terang dari Bulan Purnama saat berada di titik terjauh.
Bulan Purnama Perigee atau Bulan Baru Perigee merupakan peristiwa Bulan Purnama dan Bulan Baru yang berdekatan dengan posisi Bulan saat berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi (Perigee).
Mengapa bisa terjadi perbedaan jarak setiap purnama?
Bulan purnama terjadi setiap bulan dalam rentang 29,5 hari ketika Bulan kembali pada posisi yang sama setelah mengelilingi Bumi. Setiap 27,3 hari, Bulan akan kembali pada posisi terdekatnya dengan Bumi dalam orbitnya yang lonjong atau elips. Orbit Bulan yang lonjong ini menyebabkan Bulan bisa berada lebih dekat atau lebih jauh dari Bumi saat mengelilingi Bumi.
Ada kalanya Bulan berada pada jarak terdekat dengan Bumi yang disebut perigee, dan dilain waktu Bulan justru berada pada jarak terjauh atau apogee. Akan tetapi, ketika Bulan berada pada jarak terdekat atau terjauh dari Bumi, ia tidak selalu berada pada jarak yang tepat sama. Ada variasi jarak perigee maupun apogee yang dilalui Bulan sepanjang tahun. Untuk jarak perigee, Bulan bisa berada antara 356.400 sampai dengan 370.400 km dari Bumi.
Jika jarak Bulan dalam satu tahun diurutkan, maka kita bisa mengetahui kapan Bulan berada paling dekat dengan Bumi. Dan ketika Bulan mengalami fase purnama saat perigee, maka inilah yang disebut Bulan Purnama Perigee dan Bulan akan tampak lebih besar.
Bulan Super 2 Januari 2018
Untuk Bulan Purnama Perigee 2 Januari 2018, Bulan akan mencapai jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 356.565 km pada pukul 04:49 WIB dini hari. Bulan akan memasuki fase purnama pada pukul 09:24 WIB dan bisa diamati di langit setelah Matahari terbenam sore harinya.
Jika dibandingkan dengan jarak rata-rata Bulan 384.400 km, itu artinya Bulan mendekat 27.835 km. Apabila kita amati di langit malam, piringan Bulan akan tampak 7,2% lebih besar dibanding rata-rata. Atau, jika dibandingkan dengan Bulan saat berada pada jarak terjauh dari Bumi, piringan Bulan akan tampak ~12% lebih besar.
Bulan Super 31 Januari 2018
Pada tanggal 30 Januari 2018, Bulan akan kembali berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi yakni 358.994 km pada pukul 16:58 WIB. Pada tanggal 31 Januari, Bulan memasuki fase purnama pada pukul 20:27 WIB dan sejak Matahari terbenam pukul 18:15 WIB, Bulan sudah memasuki fase gerhana. Saat purnama, Bulan sudah bergerak meninggalkan titik perigee dan berada pada jarak 360.196 km.
Jika dibandingkan dengan jarak rata-rata Bulan 384.400 km, itu artinya Bulan mendekat 25.406 km. Apabila kita amati di langit malam, maka seharusnya piringan Bulan akan tampak 6,2% lebih besar dibanding rata-rata. Atau, jika dibandingkan dengan Bulan saat berada pada jarak terjauh dari Bumi, piringan Bulan akan tampak 11% lebih besar.
Tanggal 31 Januari 2018, kita bisa mengamati Gerhana Bulan Total atau yang dikenal sebagai Bulan darah karena Bulan tampak kemerahan. Fenomena menarik lainnya, Bulan Purnama 31 Januari 2018 merupakan Bulan Purnama kedua di bulan Januari sehingga dikenal dengan nama Blue Moon atau Bulan Biru.
Jadi khusus untuk Bulan Purnama 31 Januari 2018, diberi julukan Blue Blood Super Moon a.k.a Bulan Super Darah Biru (terjemahan bebas -red).
Seberapa Besar Bedanya?
Perbedaan 7% dan 12% itu sangat kecil dan tidak akan dapat dikenali tanpa ada perbandingan. Bahkan antara Bulan Super tanggal 2 Januari dan 31 Januari pun perbedaannya hanya 1%. Bulan tidak akan tampak luar biasa besar di langit malam. Tapi, jangan salah kaprah dengan ilusi yang muncul saat Bulan berada di ufuk dan tampak lebih besar.
Karena itu fotografer yang rutin memotret Bulan Purnama akan dapat membandingkan hasil saat Bulan Purnama Perigee dan Bulan Purnama Apogee (Bulan Mini). Kalau ingin tahu perbedaan penampakan piringan Bulan Purnama saat berada di titik perigee dan apogee, potret Bulan Purnama Perigee tanggal 2 & 31 Januari 2018 dan Bulan Purnama Apogee 28 Juli 2018, kemudian bandingkan!
[Nurmulia Rekso Purnomo/Tribunnews/LangitSelatan]