DPRD Ungkap Satu Bocah Penghuni Ponpes Positif Difteri

Saya dikabarkan sama Wali Kota ada satu orang yang baru saja positif difteri. Pemeriksaan medisnya di Surabaya.

Penulis: Budi Susilo | Editor: Januar Alamijaya
Grafis Tribunkaltim.co/ Arief Zulkifli
Ilustrasi Difteri 

Laporan Wartawan Tribunkaltim.co Budi Susilo

TRIBUNKALTIM.CO BALIKPAPAN - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Balikpapan mengungkapkan, menjeleng akhir bulan Januari tahun 2018 ini, secara positif baru saja ada seorang bocah usia enam tahun yang dinyatakan positif menderita difteri

Hal tersebut disampaikan Mieke Henny, Ketua Komisi IV DPRD Balikpapan saat bersua dengan Tribunkaltim.co di beranda gedung DPRD Balikpapan Jalan Jenderal Sudirman, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Rabu (24/1/2018) siang. 

Baca: Nama-nama Ini Disebut Siap Jadi Jurkamnas Jaang-Ferdi, SBY-AHY Bakal Duet di Kaltim?

Ia menjelaskan, berdasarkan informasi, bocah berusia enam tahun yang bertempat tinggal di sebuah pondok pesantren kawasan Gunung Tembak Kota Balikpapan dinyatakan positif difteri

"Saya dikabarkan sama Wali Kota ada satu orang yang baru saja positif difteri.  Pemeriksaan medisnya di Surabaya. Dinyatakan positif difteri," tutur Mieke. 

Padahal, berdasarkan cerita yang ia peroleh, anak tersebut diyakini tidak akan terkena difteri mengingat selama ini tubuhnya selalu tampil bugar dan berkondisi sehat. 

"Anaknya kelihatan sehat. Tidak sakit-sakitan tapi bingung kenapa bisa kena difteri. Ini perlu kewaspadaan semua pihak," katanya. 

Sekarang ini, tambah Miske, anak tersebut masih di rawat sebuah rumah sakit. Dilindungi dan diamankan juga oleh pihak keluarganya. 

Baca: Maju di Pilgub, Hadi Mulyadi dan Awang Ferdian Wajib Mundur dari DPR

Saat ditanya paska ditetapkannya positif difteri, apakah tempat tinggal anak tersebut akan dilakukan tindakan pencegahan secara maksimal, dilakukan sterilisasi ? Mieke menjawab belum ada tindaklanjutnya. "Saya belum cek kesana," katanya. 

Dia pun sayangkan, ada beberapa pihak terutama golongan aliran tertentu menyatakan secara sempit melakukan vaksin difteri itu dianggap berdosa. Kandungan yang berada di vaksin memiliki zat yang mereka percayai haram. 

Padahal tegasnya, vaksin difteri itu layak untuk digunakan tidak melanggar agama tertentu. "Saya sudah ketemu dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia) Balikpapan. Bilangnya tidak ada masalah. Tidak berdosa lakukan vaksin," ungkapnya. 

Bagi masyarakat secara keseluruhan, sebaiknya sadar akan kesehatan tubuhnya. Tidak cukup dengan makan makanan bergizi dan hidup bersih. Namun perlu juga melakukan suntik difteri

"Kita harus bisa antisipasi sebelum benar-benar terjadi," tegasnya. 

Secara gerakan sadar kesehatan yang dilakukan pemerintah kota, diberikan bantuan vaksin gratis bagi usia satu sampai 19 tahun. Sementara buat yang usia 19 tahun ke atas dikenakan biaya. 

"Sekarang lagi proses pemberian vaksin. Ketersediaannya terbatas," tuturnya. 

Warga Ingin Vaksin Gratis 
Sebelumnya, sejumlah warga kaum perempuan Gang Monas Klandasan Ulu, Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur mengikuti kegiatan edukasi di posko posyandu yang diselenggarakan Rumah Zakat wilayah Balikpapan. 

Sosialisasi kesehatan yang disampaikan bertema penyakit menular difteri. Di antaranya, acara juga diikuti oleh kalangan anak-anak, Minggu (21/1/2018). 

Warga yang hadir di kegiatan sosialisasi kesehatan tersebut saat ditanya oleh pemateri menyatakan sudah mengetahui kabar menjangkitnya difteri di berbagai provinsi Indonesia. 

"Siapa yang belum tahu difteri. Apa sudah kenal semua," tanya pemateri kepada audiens. Kontan secara serentak para hadirin yang hadir menyahut, telah mengetahui wabah difteri

"Sudah tahu. Info dari berita-berita," kata satu di antara peserta yang hadir, yang duduk di bagian paling belakang dekat dinding. 

Semua peserta yang sebagian besar kaum ibu-ibu merasa mengetahui akan informasi difteri termasuk dalam hal cara penyebaran dan ciri-ciri penderita difteri

"Biasanya ada demam tinggi. Batuk-batuk, buat menelan tenggorokan sakit," tutur peserta lainnya. 

Kegiatan edukasi kesehatan itu berlangsung secara dialog terbuka antara pemberi materi dengan peserta edukasi. Saat pemateri memberi gambar foto ciri mulut terkena difteri melalui alat proyektor.

Melihat presentasi foto itu, sebagian peserta ada yang merasa jijik menutup mata tidak berani melihat. "Di bagian pangkal tenggorokan ada tanda putih," kata si pemberi materi. 

Acara itu berlangsung sekitar 40 menit. Saat ditemui Tribunkaltim.co, beberapa warga mengaku belum mendapat vaksin suntik difteri. Sampai sejauh ini warga pun masih bingung untuk mencari keberadaan vaksin difteri

Satu di antaranya Nurwulan (56), warga RT 12 menuturkan, sampai saat ini belum ada informasi dari kelurahan atau puskesmas terdekat soal program vaksin difteri

"Belum dapat. Semua warga disini belum ada yang disuntik. Pak RT juga belum berikan kabar kalau ada program vaksin diferi," tuturnya. 

Semestinya, kata Wulan, pemerintah kota (Pemkot) memberikan fasilitas kepada warga Gang Monas. Dirinya merasa membutuhkan, sebab penyakit difteri sudah ada yang mengidap ke warga Balikpapan. 

"Takut juga. Ngeri. Mau sekali disuntik kalau memang ada program gratis. Saya mau ikut," tutur wanita berjilbab ini. 

Melalui Ketua RT 12, Gang Monas Klandasan Ulu, Muhammad Kadarsah, membenarkan kalau seluruh warga belum mendapat program suntik vaksin difteri. Warga masih menunggu dan sangat berharap pemberintah memberikan fasilitas secara gratis. 

"Alhamdulillah warga disini belum ada yang kena. Tapi kita memang harus tetap waspada. Kalau disuruh ikut vaksin difteri pasti semua mau," ujarnya .

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved