Jepang Pasang Rudal Partiot di Ishigaki Pulau Terluar Hadapi Krisis Laut China Selatan
Jepang menginstalasi rudal patriot III di gugus pulau terluar, sebagai bagian untuk merespon krisis yang terjadi di laut China Selatan.
Pengama independen memahami Jepang dan Amerika menginstal MIM-104 Patriots yang mampu menembak jatuh rudal balistik SSM-1 yang membawa hingga 500 lbs milik China, berdaya ledak tinggi dengan daya jangkau seratus mil .
Ada rencana ke depan memasang sistem rudal gabungan yang melibatkan Jepang dan Eropa Barat untuk dipasang dalam sebuah proyek yang melibatkan MBADA Inggris, Prancis dan Italia dan Mitsubishi Electric.

Baca: Ini Dia Pesawat Mata-mata China yang Paling Ditakuti Pesawat Siluman Amerika Serikat
Baca: Makin Kokoh, China Menempatkan Pesawat SU-35 di Pulau Buatan Laut China Selatan
Baca: Jokowi Jajal Kokpit Pesawat Tempur Buatan China-Pakistan Sebelum Terbang ke Bangladesh
Masalahnya sikap China untuk hegemoni laut telah menyebabkan reaksi internasional.
Sekretaris Jenderal Pertahanan AS James Mattis menekankan dalam sebuah kunjungan ke Tokyo bahwa Washington berkomitmen penuh untuk mendukung Jepang atas kepulauan Senkaku. Pada basis yang lebih luas, AS telah mengirim kapal perang melalui Laut Cina untuk menggarisbawahi hak kebebasan navigasi.
Sekretaris Pertahanan Inggris, Gavin Williamson, telah mengumumkan bahwa HMS Sutherland, sebuah kapal anti-kapal selam, akan berlayar melewati Laut China Selatan. Angkatan laut Amerika, India, Jepang dan Australia, akan mengadakan manuver angkatan laut.
Senkaku kecil --di masa lalu-- dimanfaatkan oleh sebuah komunitas kecil Jepang untuk mencari makan dari ikan bonito dan mengumpulkan bulu albatros. Tapi kemudian ditinggalkan terbengkalai berpenghuni selama 78 tahun dengan kelompok eksplorasi ilmiah dan geografis.
Lima pulau kecil ini dan tiga batuan tandus, dengan luas keseluruhan hanya tujuh kilometer, berpotensi menjadi titik nyala konflik antara dua negara industri modern, mirip kasus Inggris dan Argentina yang berperang memperebutkan Falkland.
Sebenarnya, ada sedikit minat di pulau-pulau, selain dari tempat penangkapan ikannya, sampai sebuah survei internasional pada tahun 1969 menyimpulkan adanya deposit minyak dan gas alam bawah laut yang besar. Tahun berikutnya kedua China - yang menyebut pulau Diaoyu - dan Taiwan memulai klaim kepemilikan mereka.(independent.co.uk/ps)