Pilgub Kaltim

Masalah Lingkungan Jadi Jualan Para Kandidat, Ini Permintaan KTNA

Salah satu bentuk konkretnya adalah berkomitmen mengalokasikan 10 persen APBD Provinsi Kaltim ke bidang pertanian.

Penulis: Doan E Pardede |
tribunkaltim.co/BUDHI HARTONO
Empat Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur menandatangani kesepakatan pilkada damai dan melepas burung merpati sebagai sim?bol kedamaian, di atas panggung usai Deklarasi Pilkada Damai, di Stadion Madya Sempaja, Sempaja, Minggu (18/2/2018). 

Wisdiyanto, Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kaltim mengatakan, kurang maksimalnya perhatian pemerintah masih menjadi kendala dalam pembangunan sektor pertanian di Provinsi Kaltim.

Selama ini, pemerintah masih fokus menggarap SDA yang tidak bisa diperbaharui sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sementara sektor pertanian, yang sebenarnya memiliki potensi cukup besar sebagai sumber PAD, belum dilirik.  

Sesuai rilis terakhir Badan Pusat Statistik Provinsi Kaltim, pada Desember 2017 terdapat 3 subsektor pertanian yang daya beli petaninya rendah, salah satunya adalah NTP (Nilai Tukar Petani) di Tanaman Pangan sebesar 94,81 poin atau mengalami penurunan 0,27 persen dibanding bulan November di tahun yang sama.

Di mana seperti diketahui, keseimbangan NTP adalah 100. Jika NTP berada di atas angka 100, maka petani petani memperoleh keuntungan. Namun jika NTP masih di bawah 100, maka petani masih merugi karena hasil penjualan hasil pertanian belum bisa menutupi biaya produksi.

Menurutnya, sosok pemimpin yang dibutuhkan Provinsi Kaltim saat ini adalah pemimpin yang tak lagi memprioritaskan PAD dari eksploitasi SDA yang tak bisa diperbaharui, tapi sudah ke yang bisa diperbaharui, yakni bidang pertanian dalam arti luas.

Salah satu bentuk konkretnya adalah berkomitmen mengalokasikan 10 persen APBD Provinsi Kaltim ke bidang pertanian.

Bukan hanya mengalokasikan, tapi pemimpin tersebut juga harus memastikan alokasi anggaran tersebut benar-benar dijalankan secara maksimal oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terlibat.

Alokasi 10 persen APBD untuk bidang pertanian menurutnya memang sudah sempat ada di masa pemerintahan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak. Namun sayangnya, berdasarkan pengamatan, rata-rata anggaran yang bisa terserap hanya maksimal 5 persen saja.

Baca juga:

Terombang-ambing Lima Hari di Lautan, Kedatangan Zakaria dan Martin Disambut Isak Tangis Keluarga

Persija Juara Piala Presiden 2018, Ismed Sofyan dan Bambang Pamungkas Tepis Prediksi Bang Pon

Warga Tantang Pasangan Calon Bisa Menjamin Jaringan Internet Tak Lelet Lagi

Penyebabnya, antara lain dukungan untuk bidang pertanian ini memang masih setengah-setengah. Dan juga, pembangunan bidang pertanian yang dilakukan masih kurang menyentuh terhadap akar permasalahan yang sebenarnya dihadapi petani.

"Dinas-dinasnya itu nggak bisa menghabiskan (anggaran). Makanya, membuat program itu jangan dari atas ke bawah. Menyerap aspirasinya kurang. Membuat program langsung dari mereka," ujarnya.

Bukan hanya itu, pemimpin Kaltim nantinya harus seorang yang bisa mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi petani saat ini, utamanya di bidang pemasaran hasil-hasil pertanian.

Jadi, kata dia, bantuan pemerintah bukan hanya di sisi hulu tapi juga di sisi hilir. Pendistribusian pupuk-pupuk siubsidi harus benar-benar dipastikan tepat waktu dan tepat sasaran.

"Pupuk bersubsidi itu masih saja digunakan pihak-pihak lain dan tak tepat waktu. Karena, tanaman itu kalau waktu dipupuk yang harus dipupuk. Nggak bisa ditunda-tunda," ujarnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved