Mengaku Iseng, Tapi Dosen Wanita Pembuat Kabar Hoax Ini Menyebarkannya 150.000 Kali di Medsos

Terungkap pula bahwa organisasi ini memiliki struktur. Bahkan ada adminnya yang berada di luar negeri

KOMPAS.com/Wijaya Kusuma
Rumah TAW di Dusun Krajan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman. 

Korban perampokan

Direktur Kriminal Umum Polda Jabar, Kombes Polisi Umar Surya Fana mengatakan, berita palsu atau hoaks mengenai penyerangan ulama di Majalengka, Jawa Barat, ditengarai bermotif politik menjelang pemilihan kepala daerah tahun ini.

"Tersangka mengaku iseng. Tapi bukti forensiknya tidak iseng, politik. Memang sengaja bagaimana caranya Jawa Barat goyang," paparnya dikutip dari BBC Indonesia.

Dalam keterangannya kepada wartawan, Umar mengatakan pihaknya mendapati kaitan tersangka Tara Asih Wijayani (40) dengan kelompok Muslim Cyber Army (MCA).

Perempuan yang berprofesi sebagai dosen ini mengunggah berita palsu di akun Facebook pribadinya soal pembunuhan seorang muazin oleh orang yang berpura-pura gila di Majalengka, Sabtu (17/02).

Berita hoaks itu kemudian disebar dan dibagikan di media sosial hingga 150.000 kali.

Padahal, dalam kasus tersebut, orang yang dibunuh merupakan korban perampokan dan korban bukan muazin.

Tara, lanjut Umar, diduga salah seorang tim Sniper MCA yang tugasnya mencari foto atau kejadian kemudian diserahkan ke Family MCA Pusat. Selanjutnya, mereka menulis ulang narasi foto atau kejadian, mengunggahnya ke media sosial, dan memviralkannya.

Umar mengatakan Tara tidak mendapat bayaran untuk melakukan aksinya itu. Namun polisi masih akan mendalami pernyataan tersangka.

Belasan berita hoaks

Umar mencatat sebanyak 20 kasus penyerangan ulama muncul dan tersebar di media sosial. Tapi dari sekian banyak kasus itu, hanya dua yang benar-benar terjadi. Sisanya, sebanyak 18 kasus, adalah berita palsu.

Umar mengategorikan 18 belas berita palsu itu menjadi tiga.

Pertama, berita palsu yang mendompleng kejadian kriminal biasa. Contohnya, berita penyerangan ulama oleh orang sakit jiwa di Bogor dan pembunuhan muazin di Majalengka.

Kedua, berita palsu yang diciptakan oleh pengunggah. Contoh, perusakan masjid oleh pengidap sakit jiwa di Bandung dan pengeroyokan anak santri oleh enam orang pengidap sakit jiwa di Garut.

Ketiga, berita palsu yang sama sekali tidak ada kejadiannya, tapi mereka menciptakan peristiwanya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved