UMKM Kaltim Bangkit di Tengah Kelesuan Ekonomi, Ini Syaratnya
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bumi Etam terus berkembang, berikut bisnis berbasis start-up (aplikasi).
Penulis: Rafan Dwinanto |
Laporan Tribun Kaltim, Rafan A Dwinanto
TRIBUN KALTIM.CO, SAMARINDA - Runtuhnya harga batu bara di 2015-2016 memberikan dampak yang signifikan pada pertumbuhan ekonomi di Kaltim.
Pertumbuhan ekonomi Kaltim di dua tahun tersebut jadi minus.
Namun, ada berkah dibalik lesunya perekonomian ini.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bumi Etam terus berkembang, berikut bisnis berbasis start-up (aplikasi).
Baca: Anggana Banyak Dipilih jadi Ibukota Kutai Pesisir, Ini Alasannya
Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat, pertumbuhan UMKM di triwulan kedua tahun lalu mengalami peningkatan sebesar 10,3 persen sehingga sejak tahun 2016 laju pertumbuhannya mencapai 26.09 persen.
Ini menandakan jumlah pelaku usaha mikro bertambah dari tahun ke tahun.
Calon Gubernur Kaltim, Rusmadi Wongso, memahami UMKM memiliki peran sangat penting dalam pembangunan dan ekonomi.
Lebih dari itu, UMKM juga berkonstribusi dalam mengurangi pengangguran.
“Dari data BPS Kaltim dapat dilihat adanya penurunan angka pengangguran pada Februari 2016 sebesar 146.254 orang menjadi 143.617 orang di tahun 2017," ucap Rusmadi, Jumat (9/3/2018).
Ditambahkan Rusmadi, menurut catatan Bank Indonesia, penyaluran kredit di Kalimantan Timur pada triwulan I tahun 2017 tumbuh 3,82 persen, mengalami peningkatan 1,77 persen dari triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 2,05 persen.
Pada triwulan I 2017, pangsa kredit UMKM di wilayah Kaltim mengalami peningkatan sehingga menyumbang 30,29 persen dari total kredit pada triwulan IV 2016.
Baca: Benarkah Banyak Minum Air Putih Justru Merusak Ginjal?
Namun, pengembangan UMKM bukan tanpa kendala.
Menurut Rusmadi, kendala yang dihadapi UMKM Kaltim berkutat dikesulitan pemasaran, akses ke sumber pembiayaan yang sangat terbatas, keterbatasan sumber daya manusia (SDM), kesulitan bahan baku, keterbatasan inovasi dan teknologi.
"Sehingga dibutuhkan peran penting dari pemerintah untuk memberikan solusi yang tepat serta dukungan untuk mengatasi permasalahan UMKM tersebut," katanya lagi.
Rusmadi berpendapat, kebijakan pemerintah provinsi harus memberikan prioritas kepada para pelaku UMKM, terutama dengan pembinaan jangka panjang.
Baca: AC Milan dan Lazio Naas, Inilah Hasil Lengkap Putaran Pertama Babak 16 Besar Liga Europa
"Ini kan salah satu usaha pemerintah dalam memberikan peluang bisnis pasca migas. Perlu diimbangi dengan kebijakan yang mendukung usaha mereka,” urainya.
Menggairahkan UMKM ini pula yang mendasari Rusmadi-Safaruddin mengusung Kaltim Kreatif sebagai satu dari 10 program unggulan pasangan ini.
Menanggapi hal itu, Ketua Relawan Kaltim Hebat, Fathul Huda Wiyashadi, mengatakan UMKM Kaltim memiliki potensi yang besar untuk bersaing di pasar internasional.
Selain harga, kualitas dari hasil UMKM Kaltim masih cukup baik di banding dengan pesaingnya, dari Negara Vietnam, Thailand dan Filipina.
Namun UMKM Kaltim tetap harus memenuhi standar produk yang berlaku dipasaran dunia, mulai dari bentuk, kualitas, harga dan kenyamanan konsumen.
“Desain dan motif yang menggambarkan kearifan lokal itu sangat bagus, tetapi ada standar produksi yang juga harus dipenuhi, semisal ukuran, serta karakter yang diinginkan pasar,” ungkap Fathul.
Baca: Cabor Bowling Terancam Tak Dipertandingkan di PON 2020, Begini Reaksi Pengprov PBI Kaltim
Ditambahkan Fathul, peran aktif dari pemerintah sangat diharapkan untuk menopang hidup UMKM yang ada di Kaltim ini.
Kemudahan perizinan, pelatihan dan pemberian bantuan usaha merupakan hal yang sangat dibutuhklan oleh para pelaku usaha mikro.
“Program yang ditawarkan Pak Rusmadi dan Safaruddin menurut saya sangat menarik, selain mampu memberikan solusi untuk mengatasi pengangguran, program Kaltim Kreatif ini mampu menumbuhkan minat usaha mikro masyarakat dan tidak terfokus pada migas saja, tapi hal lain yang bisa menumbuhkan ekonomi masyarakat Kaltim.” ujarnya. (*)