Pilgub Kaltim 2018

Hadi Mulyadi: Kami Tak Ingin Bangun yang Mewah-mewah

"Saya kira ini yang bisa menjadi salah satu karakter yang harus dimiliki pemimpin. Berani keluar dari zona nyaman untuk kepentingan masyarakat.

Tribun Kaltim/Anjas Pratama
Hadi Mulyadi 

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Anjas Pratama

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Cawagub Kaltim, Hadi Mulyadi, menyatakan dirinya sejalan dengan pemikiran Isran Noor, Cagub Kaltim yang berpasangan dengannya dalam Pilkada Kaltim 2018.

Pemikiran tak ingin menyia-nyiakan APBD ketika diberikan kesempatan memimpin Kaltim disebutnya adalah hal yang harus diperhatikan.

"Kami tak ingin bangun gedung yang mewah-mewah. Gedung-gedung itu, belum tentu berikan dampak langsung ke masyarakat. Apalagi memberikan dampak pada meningkatnya ekonomi masyarakat kecil. Lebih baik diarahkan dana dalam peningkatan ekonomi masyarakat, seperti infrastruktur di pedesaan," ucapnya.

Pengalokasian anggaran dalam penggenjotan ekonomi Kaltim, jadi salah satu poin penting dalam ekonomi Kaltim ke depan.

Apalagi, Kaltim saat ini sedang dalam tren penurunan APBD dari tahun ke tahun. Sempat dapatkan APBD hingga Rp 13 Triliun, dalam dua tahun belakangan, APBD justru berkisar di angka Rp 8-9 Triliun.

"Pemimpin itu, tentang bagaimana cara mengidentifikasikan masalah, kemudian ikut mencari solusi, hingga menjalankan solusi itu hingga selesai. Bukan hanya soal identifikasikan masalah, tetapi tidak jalankan solusi," katanya,

Majunya ia dalam Pilkada Kaltim 2018, juga disebutnya salah satu pengorbanan dan panggilan untuk mengubah Kaltim menjadi lebih baik. Untuk hal itu, banyak hal yang ia korbankan.

Salah satunya, adalah mundurnya Hadi Mulyadi dari jabatan Wakil Ketua Komisi DPR RI hingga akhirnya memilih maju bersama Isran Noor dalam Pilgub Kaltim 2018.

"Bagi saya, kalau ada kepentingan masyarakat lebih besar, maka harus berani mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan umat yang lebih besar," ujar Hadi Mulyadi

Keluar dari zona yang sudah dianggap mapan, nyaman, untuk kepentingan lebih besar bagi masyatakat itu pun bukan sekali dua kali dilakukan Hadi.

"Saya sudah berkali‑kali, kalau kata anak muda sekarang, keluar dari zona nyaman, itu sudah ada lebih empat kali," ucapnya. Pertama, keluar dari SMA, mendapat kesempatan melanjutkan di dua tempat. Pertama Akademi Ilmu Statistik, siap jadi PNS, satunya, masuk Unhas, yang belum tentu jadi PNS. Dan Hadi Mulyadi memilih kuliah di Unhas.

Tak berhenti di situ, panggilan untuk menampung aspirasi masyarakat melalui partai kembali memanggil Hadi terjun di dunia politik saat ia masih menjabat PNS.

"Tahun 2000-an, saya diterima di Politeknik. Yang tes ada 42 orang, yang lulus hanya dua, salah satunya saya. Teman‑teman kemudian minta saya mengurus partai. Setahun jadi dosen, saya kemudian keluar. Padahal sudah jadi PNS, sudah ada NIK, sudah jadi dosen," tuturnya.

Terakhir adalah pengorbanan, keluar dari DPR RI. Disebutnya, kalau hanya berpikir dunia, pilihan menjadi cawagub justru merugi. Melihat dari segi pendapatan, status sebagai anggota DPR RI sudah mencukupi kebutuhan keluarganya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved