Kepala RSPAD dan Dokter Presiden Dipecat IDI, Gara-gara Metode Pengobatan Stroke
Metode 'cuci otak' yang diterapkan dokter Terawan bagi penderita stroke menjadi masalah dan membuat IDI meradang
Jika ini terjadi, saraf tubuh tidak bisa bekerja dengan baik.
Kondisi inilah yang terjadi pada pasien stroke.
Sumbatan itu lewat metode DSA kemudian dibersihkan sehingga pembuluh darah kembali bersih dan aliran darah pun normal kembali.
Bagaimana caranya membersihkan sumbatan? Ada pelbagai cara. Mulai dari pemasangan balon di jaringan otak (transcranial LED), yang kemudian dibantu terapi. Hasilnya diakui cukup bagus.
Selain itu, ada juga cara lain memasukkan cairan Heparin yang bisa memberi pengaruh pada pembuluh darah. Cairan itu juga menimbulkan efek anti pembekuan darah di pembuluh darah.
"Ada banyak pasien yang merasa sembuh atau diringankan oleh terapi “cuci otak” itu, jelas Terawan.
Buktinya, setelah menerapkan metode DSA itu nama DR Terawan dan RSPAD pun melambung.
Pasien berbondong datang. Terawan lalu menyediakan dua lantai ruangan di RSPAD khusus untuk menangani pasien stroke.
Nama ruangnya CVV (Cerebro Vascular Center). Bagian ini setiap hari bisa menangani sekitar 35 pasien. Biayanya antara paling mutah Rp 30 juta per pasien.
Tapi ada juga yang menyebut bisa Rp 100 juta per pasien.
Bahkan cukup banyak tokoh sudah mencoba metode DSA itu.
Seperti mantan Wapres Try Sutrisno, mantan kepala BIN Hendropriyono, tokoh pers Dahlan Iskan dan isteri serta sejumlah figur publik lainnya.
Baca: Letjen (Purn) Kiki Syahnakri dan Putut Prabantoro Ajukan Uji Materi UU BUMN ke MK
Pujian dan penghargaan berdatangan kepada Terawan. Yang paling tinggi memuji adalah mantan kepala BIN AM Hendropriyono.
Setelah memberikan plakat pemghargaan lewat Hendropriyono Strategic Consulting (HSC), pada 2015 lalu, Hendropriyono pernah bertekad akan memperjuangkan agar Terawan dengan metode modifikasi DSAnya bisa mendapatkan hadiah nobel.