Edisi Cetak Tribun Kaltim
Sumber Makanan di Laut Tercemar, Dugong dan Pesut Terancam Punah
Terlebih di perairan itu menjadi habitat dua mamalia laut yang dilindungi, yakni Dugong (Dugong Dugon) dan Lumba-lumba atau Pesut Irrawaddy.
"Dugong ini reproduksinya lambat, 7 tahun sekali baru melahirkan, itupun hanya satu ekor (sekali melahirkan,"ujarnya.
Sementara, matinya Pesut Irrawaddy (Orcaella brevirostris), sepekan lalu di Pantai Balikpapan yang diduga terpapar tumpahan minyak mentah, bisa jadi pelajaran.
Mamalia laut endemik Teluk Balikpapan yang oleh IUCN (The International Union for Conservation of Nature) dikategorikan endangered ini, populasinya tersisa 60-70 ekor.
Baca: Lembur Kerja sampai Begadang? Jangan Diteruskan, Fatal Akibatnya
Berkaca dari observasi langsung cemaran minyak ke biota dan ekosistem teluk, ditambah beberapa jurnal penelitian yang ia baca, Daniela meyakini, minyak dan sisa pembersihan entah itu lewat pembersihan kimia dan alami, sedikit banyak akan mengontaminasi rantai makanan.
Terlebih, paparan minyak, dari laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mencemari 14 ribu hektare mangrove yang jadi tempat perkembangbiakan ikan dan satwa air lainya sebagai penyokong rantai makanan.
"Memang nanti ada natural proses, ada bakteri pengurai di ekosistem, nanti akan bakteri dimakan plankton, plankton dimakan ikan, dan akhirnya semua ekosistem rantai makanan akan terpapar dari kimia dari minyak tadi,"katanya.
Hal inilah yang ia khawatirkan akan menurunkan metabolisme dan sistem kekebalan tubuh pesut, karena mengonsumsi ikan yang tercemar.
"Karena meraka top predator, mereka makan apa saja, ikan yang terpapar ya mereka juga makan, mereka tak bisa keluarkan isi perut (tercemar yang mereka makan). Ini yang jadi kekhawatiran, anak mereka juga bisa kena,"ujar Daniele.
Ke depannya, ia berharap dan akan terus terlibat mengawal upaya pemulihan ekosistem teluk.
Ia berharap, langkah ada penelitian lanjutan soal dampak cemaran bagi ekosistem dan keberlangsungan populasi yang kini diperkirakan hanya 60-70 ekor ini.
"Mereka lambat reproduksi. Dan ini bencana, bisa akibatkan populasi kolaps,"ujarnya. (*)