Kepala BNNK Samarinda Sebut Jalur Perdagangan Rempah Dahulu Berubah Jadi Jalur Peredaran Narkoba
Samarinda masih menempati peringkat pertama sebagai kota dengan tingkat peredaran dan pengguna narkoba tertinggi di Kaltim.
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Januar Alamijaya
Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Samarinda masih menempati peringkat pertama sebagai kota dengan tingkat peredaran dan pengguna narkoba tertinggi di Kaltim.
Bahkan, pelaku peredaran narkoba telah merambah ke seluruh profesi, mulai dari warga biasa, pegawai negeri sipil (PNS), Kepolisian, TNI, akademisi, hingga pengusaha.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Samarinda, AKBP Siti Zaekhomsyah, dalam diseminasi informasi P4GN melalui forum komunikasi anti narkoba berbasis media online, di hotel Royal Park, jalan Sentosa, Samarinda, Rabu (25/4/2018).
Baca: Debat Pilgub Kaltim Jangan Hanya Sekadar Pemaparan Visi dan Misi
Dia mengungkapkan, sepanjang sejarah Kaltim, Samarinda belum pernah mengalami penurunan peringkat. Hal itu disebabkan karena Samarinda merupakan pasar akhir peredaran narkoba, disamping dengan sebagai ibu kota provinsi yang memiliki penduduk cukup padat, dan lengkapnya fasilitas penunjang peredaran narkoba, termasuk dengan tingkat perekonomian yang tinggi.
"Kita peringkat pertama, tapi bukan dalam hal yang positif. Dan, semua unsur profesi sudah pernah terlibat," ungkapnya, Rabu (25/4/2018).
Lanjut dia menjelaskan, kendati narkoba yang masuk ke Samarinda menempuh perjalanan yang cukup panjang, dimulai dari Nunukan (Kaltara), Tarakan (Kaltara), Bulungan, Berau, Kutai Timur, Bontang, hingga akhirnya ke Samarinda, namun narkoba yang sampai ke Samarinda juga dalam jumlah yang besar.
Baca: Diduga Akibat Minum Es Kepal yang Lagi Viral, Pria Ini Dilarikan ke Rumah Sakit
"Memang dari kawasan Utara masuknya narkoba, terutama jenis sabu, dibawa oleh taksi gelap, yang kerap berganti ganti plat nomor, terlebih Samarinda punya fasilitas penunjang tumbuh berkembangnnya narkoba, seperti THM, penginapan, termasuk dengan kawasan perumahan," urainya.
Selain itu, lokasi Indonesia dinilai strategis untuk menjadikan pasar peredaran narkoba, dari data yang ada, terdapat sekitar 11 negara yang menyuplai narkoba ke Indonesia, melalui jalur tikus, seperti pelabuhan rakyat.
Negara penyuplai narkoba ke Indonesia, diantaranya negara negara di Afrika, Iran, Tiongkok, Pakistan, Malaysia dan negara negara di Eropa.
"Posisi Indonesia strategis, dulu sebagai perdagangan rempah, sekarang jadi perdagangan narkoba, hal itu karena masuknya mudah, karena kita terdiri dari beribu pulau, yang tidak terjaga dengan baik," urainya.
Baca: Tanggapan Ustaz Abdul Somad Saat Ditanya Komentar Amien Rais Soal Partai Allah dan Partai Setan
Bahkan, saat ini terdapat sekitar 46 jenis narkoba baru yang jumlahnya terus berkembang, dan saat ini baru terdapat 65 jenis narkoba yang sudah terdapat di UU Narkotika, kendati terdapat sekitar 368 jenis narkoba di dunia.