Kampanye Perwali Stop Kantong Plastik, Orang Kementerian Ini Protes Makanannya
Acara dilangsungkan sejak pukul 09.00 Wita, dihadiri puluhan pelaku ritel modern dan pengusaha mikro kecil menengah.
Penulis: Budi Susilo |
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO BALIKPAPAN - Kali ini ini Kota Balikapan sedang disibukan dengan pelaksanaan kampanye.
Namun ini bukan kampanye pemilihan kepala daerah tetapi mengenai isu lingkungan, sebuah Peraturan Walikota Nomor 8 tahun 2018 mengenai larangan Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik.
Kegiatan sosialisasi Peraturan Walikota atau Perwali tersebut dilakukan di aula rumah dinas Walikota Balikpapan, Jalan Syarifuddin Yoes, Sepinggan, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Jumat (4/5/2018).
Baca: Hmmm. . . Ternyata 10 Makanan Enak Ini Bisa Hambat Proses Penuaan Loh!
Acara dilangsungkan sejak pukul 09.00 Wita, dihadiri puluhan pelaku ritel modern dan pengusaha mikro kecil menengah.
Termasuk ada dari Dinas Lingkungan Hidup bersama Dinas Perdagangan dan Dinas Pasar Kota Balikpapan berkumpul lakukan pembicaraan mengenai Perwali yang baru saja diterbitkan pada 4 April 2018.
Baca: Sudah Nonton Avengers: Infinity War? Ini Bocoran Cerita Sekuel Selanjutnya
Sebagai pembicara, dihadirkan salah satunya, Ujang Solihin Sidik, Kasubdit Barang dan Kemasan Direktorat Pengolahan Sampah, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia.
Saat berkesempatan memberikan siraman pengetahuan kelestarian alam, Ujang sempat mengkritisi panitia penyelenggara yang sediakan makanan ringan (snack) para peserta sosialisasi Perwali.
Baca: Tahukah Kamu Tinta Pertama Kali Diciptakan di Sulawesi? China dan Eropa Lewat!
Bukan soal isi menu makanan yang diprotesnya, namun dari cara pengemasan makanannya.
Kotak makanan ditempatkan pada wadah yang terbuat dari kardus putih. Isi makanan dan minuman pun dibungkus plastik.
Baca: Diskon hingga 70 Persen Lho! Buruan Borong Ransel, Jaket, hingga Sepatu di Indofest 2018!
“Sekarang kita perhatikan, hanya untuk makanan ringan saja kita bisa hasilkan banyak sampah. Coba hitung, ada sampah kardus. Ada sampah plastik di dalamnya, kita hitung satu, dua, tiga, empat, lima. Ada banyak. Baru makan ini saja sudah banyak,” katanya sambil memegang kotak makanan.
Dimulai dari kotak makanan sudah ditemukan sampah plastik.
Baca: LIVE STREAMING - Persib Bandung Vs Madura United Pukul 15.30 WIB, Jangan Ketinggalan Ya!
Dipakai hanya sebentar, setelah itu tidak lagi berguna, menjadi barang sampah.
Sebaiknya ke depan harus diminimalisir hingga dihindari sampai nol persen, tidak sama sekali menggunakan barang yang hasilkan sampah.
Sekarang ini tren harus mengarah kepada eco office, sebuah penerapan sistem manajemen di perkantoran yang sebisa mungkin tidak memakai barang-barang yang hasilkan sampah.
Setiap pemakaian barang di perkantoran wajib cenderung ramah lingkungan.
“Di kantor saya (di Jakarta) sekarang sudah biasakan tidak lagi pakai pembungkus yang bisa jadi sampah. Tempat makanannya ditaruh di piring rotan yang bisa dipakai berkali-kali. Makanan ringannya di pagi hari tidak lagi kue yang bungkus plastik, langsung dimakan seperti buah-buahan,” ungkapnya.
Kata Ujang, sebenarnya, upaya pengurangan penggunaan plastik atau sampah non organik, sudah bukan lagi menjadi usaha perjuangan tingkat nasional namun sudah mengarah ke masyarkat internasional.
Seperti halnya di negara-negara maju di Eropa seperti Perancis, setiap restoran sekarang, ketika ada konsumen makan di tempat kemudian tidak habis maka mewajibkan konsumen harus menghabiskannya.
Jika tidak mampu menghabiskannya maka si konsumen wajib membawa pulang sisa makanannya.
Negara lain, di Inggris, penggunaan sedotan plastik yang sekali pakai saja sudah dilarang.
Pemakaian sedotan plastik yang digunakan buat minum di tempat olah-raga tenis dan restoran tak lagi dperbolehkan.
“Kita lakukan pengurangan sampah plastik sebenarnya tidak butuh biaya banyak. Yang penting kita hanya butuh niat baik sama komitmennya. Itu saja. Mudah saja,” tegas Ujang, yang memiliki jenggot di dagunya. (*)