Staf Pemasaran PT ATM Didamprat Jamaah, Sudah Bersiap Gadaikan Rumah

Bukan hanya jajaran direksi dan manajemen yang jadi sasaran. Level marketing di akar rumput pun ikut kena damprat.

TRIBUN KALTIM/MUHAMMAD FACHRI RAMADHANI
Ratusan jemaah umrah travel PT Arafah Tamasya Mandiri (ATM) berkumpul di Masjid Baitul Aman Polres Balikpapan, Sabtu (5/5/2018). 

Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Nalendro Priambodo

TRIBUNKALTIM.CO,BALIKPAPAN - Terus tertundanya keberangkatan ratusan calon jamaah umroh PT Arafah Tamasya Mulia (ATM), berdampak pada kemarahan massal di berbagai kota.

Bukan hanya jajaran direksi dan manajemen yang jadi sasaran. Level marketing di akar rumput pun ikut kena damprat.  

Bahkan beberapa dari penjual paket umroh ini, mengaku diteror dan sampai berniat menggadaikan rumah pribadi, sebagai jaminan kepada calon jemaah yang keburu kesal.

Seperti Nursaniah, warga kampung Baru, Balikpapan Barat, yang sejak awal tahun 2018 ini bekerja sambilan sebagai staf penjualan di PT ATM.

Tugasnya sederhana, mendampingi pengurusan administrasi, dan mencari calon jemaah yang ingin umroh lewat PT ATM, baik di pergaulan sehari-hari, tempat pengajian dan berbagai kesempatan lainya.

Dengan menawarkan paket umroh Rp 16.5 juta, jauh dibandingkan standar yang ditetapkan pemerintah Rp 20.5, ia berhasil menggaet sekitar 27 calon jamaah baru selama 4 bulan terakhir.

Untuk mendapat keuntungan, ia mengaku harus mengeluarkan duit pribadi berkisar Rp 250-350 ribu untuk biaya pengurusan paspor calon jemaah.

Nantinya, jika urusan sudah selesai dan jemaah siap berangkat, ia dijanjikan oleh PT ATM, semacam fee berkisar Rp 500-700 ribu/orang yang ia bantu.

Nasib berkata lain, setengah dari 27 calon jemaahnya, kerap tertunda berangkat ke tanah suci, dan terancam gagal. Akibatnya, ibu beranak lima ini kerap ditagih calon jemaah yang kepalang kesal.

Bahkan, ia membeberkan, bahwa tengah bersiap-siap menjaminkan rumahnya bila refund tak dilakukan PT ATM.

"Saya ini jamin rumah saya, Pak. Beton, harganya 250 juta. Ada 5 anak tanpa bapak di rumahnya. Tolong cairkan hari ini,"ujarnya di sela mediasi.

Nasib lebih parah menimpa seorang wanita asal Kecamatan Tinombo, Palu, Sulawesi Tengah, yang namanya enggan disebutkan karena alasan keamanan.

Baca juga:
 
 

Sebelum adanya ribut-ribut calon jemaah umroh PT ATM, ibu yang akrab disapa Bu Haji ini, berhasil mengajak sekitar 15 orang di kampung halamannya untuk umroh lewat PT ATM.

"Tiap tahun bawa jamaah, tapi travel resmi, kebetulan pengurus wilayah PT ATM keluarga saya, jadi saya masukkan ke sana," katanya di masjid Baitul Aman, di sela mediasi bersama ratusan jemaah PT ATM.

"Saya di daerah kumpul jemaah sudah 5 tahun orang senang ikut saya karena mereka percaya sama saya, kan kebanyakan relasi orang kampung," sambungnya

Nah, berbekal tarif Rp 17.5 juta/orang, ia berhasil mengajak para mantan calon jemaah umroh yang gagal diberangkatkan boleh Abu Tour, Pindah ke PT ATM.

Namun sayang, setelah semua total Rp 162 juta dana jemaah ditransfer, rencana keberangkatan calon jemaah yang ia bawa tanggal 26 April lalu, juga tertunda entah sampai kapan. Pihak ATM berdalih masih menunggu izin Kementerian Agama RI turun.

"Ga jadi berangkat alasannya (pendanaan PT ATM) goyang, ada yang sudah di bandara pulang,"katanya.

Kecewa dua kali, calon jemaah kembali meradang, ia pun jadi sasaran.

"Orang di sana itu keras, kalau janji ga ditepati, bisa terjadi apa-apa. Rumah saya dilempari batu," ujarnya menceritakan kejadian sekitar 4 hari lalu itu.

Setelah itu, ia terpaksa datang seorang diri ke kantor pusat PT ATM untuk meminta kejelasan.

Tinggal sementara di kantor PT ATM di daerah Gunung Malang, ia sempat diajak konsolidasi internal di Hotel Harris, guna proses penyelesaian jadwal keberangkatan atau refund.

Hingga ada sedikit harapan, saat Direktur Utama PT ATM, Hamzah Husain yang berjanji memberangkatkan sejumlah jemaah tanggal 17 Mei ini.

Walaupun sudah dijanjikan, ia tak mau pulang dengan tangan kosong, hingga Jumat petang, ia masih menunggu pernyataan hitam di atas putih yang ditandatangani oleh Hamzah, bersama perwakilan Polres Balikpapan sebagai mediator.

Surat itulah yang ia jadikan pegangan, bagi calon jemaah di kampungnya. Maklum, selama di Balikapapan, ia kerap menerima telepon dan pesan bernada ancaman di telepon selulernya.

"Saya ga bisa tidur setiap malam, di handphone saya ada telepon dan SMS, bilang, ibu jangan pulang, kalau ga bawa uang, jangan berani pulang Kampung," katanya.

"Belum ada hitam di atas putih, kalau belum ada saya belum balik," katanya Jumat petang. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved