Sempat Sesak Nafas Saat Erupsi Freatik Gunung Merapi, Pendaki Ini Lolos dari Bahaya
Pendaki berusia 20 tahun itu melihat bumbungan asap pekat keluar dari puncak Gunung Merapi, dengan mata kepalanya sendiri.
Kira-kira pukul 05.30 WIB, rombongan sudah sampai di Pasar Bubrah dan sempat berkeinginan untuk naik sampai puncak Gunung Merapi.
Namun, seorang pendaki telah memperingatkan mereka ada 'sesuatu' yang terjadi di puncak.
"Ada pendaki lain yang mengatakan gas belerang sudah sampai atas dan di puncak terdengar suara gemuruh seperti pesawat terbang," ungkapnya sambil memainkan gelas plastik di sampingnya.
Sampai pukul 07.30 WIB, Stefanus masih mengabadikan momen dengan berfoto di sana, tapi kemudian letusan terjadi.
Bumbungan asap mulai terlihat dan orang-orang di puncak terlihat panik.
"Prosesnya adalah suara gemuruh dulu, lalu ada 'Dumm' dan asap naik, seperti ledakan bom, asapnya sangat besar," ucapnya sambil menirukan bunyi dentuman dari perut Gunung Merapi.
Menurutnya, letusan terjadi lebih dari sekali.
"Kemudian ada letusan kedua. Jadi di Pasar Bubrah, orang-orang pada panik, cewek-cewek pada nangis, barang-barang ditinggal semua," tuturnya.
Pria kelahiran tahun 1998 ini mengungkapkan letusan kedua ini memiliki intensitas yang lebih kecil daripada yang pertama.
Setelah itu, pendaki mulai berusaha menyelamatkan diri dan turun dari gunung, bersama rombongan masing-masing.
"Kami turun atas inisiatif sendiri. Dalam kondisi seperti itu, tidak ada peringatan ataupun bunyi alarm," akunya.
Stefanus mengaku suara gemuruh tidak terdengar jelas dari bukit di Pasar Bubrah.
Dan letusan terjadi begitu saja.
Menurut penglihatan Stefanus, asap yang keluar dari puncak Merapi itu mengembang ke samping baru naik ke atas.
"Asapnya mengembang. Meletus kesamping dulu baru ada dari tengah naik ke atas. Jadi pendaki yang ada di puncak sempat tertutup asapnya," katanya.