Edisi Cetak Tribun Kaltim
Empat Bom Berdaya Ledak Tinggi Ditemukan di Pekanbaru, Targetnya Ledakkan Gedung DPR
Selain empat bom rakitan, dia mengatakan, polisi juga turut menyita sejumlah bahan peledak lain.
Penulis: tribunkaltim | Editor: Januar Alamijaya
TRIBUNKALTIM.CO - Kelompok teroris yang diringkus Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di kampus Universitas Riau, Sabtu (2/6), ternyata tak main-main. Mereka telah mempersiapkan empat bom rakitan berdaya ledak tinggi siap ledak.
Barang berbahaya tersebut ditemukan di gedung Gelanggang Mahasiwa Fakultas Imlu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Riau (Unri). "Ada beberapa barang bukti yang dikumpulkan, di antaranya empat bom yang siap untuk diledakkan," kata Kapolda Riau, Irjen Pol Nandang, di Pekanbaru, Sabtu malam.
Kapolda mengklasifikasikan empat bom itu memiliki daya ledak tinggi, setara bom yang meledak di sejumlah titik di Kota Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Selain empat bom rakitan, dia mengatakan, polisi juga turut menyita sejumlah bahan peledak lain.
Baca: Kisah Cinta Lengkap Antara Pendeta Henderson dengan Anak Asuhnya Hingga Berujung Pembunuhan
Menurut Nandang, bahan‑bahan peledak itu sangat sensitif. Bahan peledak dan bom itu, katanya, sengaja dirakit tiga terduga teroris masing‑masing berinisial Z, B, dan K.
Mereka merupakan alumni perguruan tinggi negeri negeri itu, masing‑masing angkatan 2002, 2004, dan 2005. "Sekarang bom-bom itu sudah dijinakkan," ujar Kapolda.
Penggerebakan di Gelagang Mahasiswa FISIP dilakukan sekira pukul 13.30 WIB, Sabtu, melibatkan sejumlah personel bersenjata lengkap. Selain bom yang rencananya akan diledakkan di beberapa titik, turut disita barang bukti lain yaitu senapan angin, dua busur panah, berikut delapan anak panahnya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan awal, tiga terduga teroris itu menarget Gedung DPR di Jakarta dan DPRD Provinsi Riau. "Berdasarkan hasil pemeriksaan yang akan diledakkan itu DPRD dan DPR," kata Irjen Pol Nandang.
Baca: Meski Gagal Podium Satu, Valentino Rossi Cetak Rekor yang Sulit Direbut Pebalap Manapun
Nandang menyebut, ketiga terduga teroris itu alumni Jurusan Pariwisata, Komunikasi dan Administrasi Negara Univeritas Riau. Menurut Kapolda, tiga orang itu sengaja menggunakan kampus untuk menutupi jejak mereka, terutama dalam merakit bom.
"Kebetulan barang bukti ini dirakit di Sekretariat Kelembagaan Gelanggang Mahasiwa. Mereka numpang tidur di mes Mapala Sakai selama sebulan (selama perakitan bom)," ujarnya. Nandang mengaku bersyukur polisi berhasil menggagalkan upaya itu sehingga tidak menimbulkan korban jiwa akibat perbuatan yang termasuk kejahatan luar biasa itu.
"Kita bersyukur malam ini Tuhan menunjukkan kepada kita sehingga tidak terjadi korban sia‑sia," katanya. Diungkapkan, polisi mulai mendeteksi keberadaan terduga teroris sejak dua pekan terakhir sebelum melakukan penggerebekan.
"Dua minggu sudah (mulai) dilidik (diselidiki)," katanya. Awalnya, Polda Riau bersama Densus 88 berencana melakukan penggerebekan itu pada Jumat (1/6). Namun, penggerebekan itu urung dilakukan atas dasar beberapa pertimbangan. "Baru bisa dilakukan hari Sabtu," ujarnya.
Baca: Rembuk Nasional Aktivis 98, Fahri Hamzah tak Akan Diundang, Ini Alasannya
Strategi khusus
Sebelum menggerebek, polisi terlebih dahulu mengumpulkan data terkait siapa, bagaimana, dan bentuk aktivitas mencurigakan di perguruan tinggi negeri terbesar di Riau itu. "Setelah memperoleh data awal akurat, tentang siapa, bagaimana, akan lakukan apa, sudah diketahui sedari awal, baru digerebek," katanya.
Menyinggung mengenai penggerebekan di kampus melibatkan polisi bersenjata laras panjang, Kapolda menyebut yang digerebek bukan pencuri ayam, melainkan pelaku kejahatan luar biasa.
Ia mengatakan, polisi hingga saat ini masih terus memintai keterangan para terduga teroris itu, termasuk mendalami afiliasi jaringan mereka.
Mabes Polri menepis anggapan penggerebekan di Unri tidak sesuai standar operasional prosedur. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Mohammad Iqbal mengatakan, penggerebekan dilakukan pada saat tidak aktivitas perkuliahan.
Baca: Dilamar Polisi, Vanessa Angel Beri Jawaban Begini
"Selain itu, seluruh barang bukti yang disita itu ada di dalam kampus, lingkungan kampus. Kan ada foto-fotonya, serbuk‑serbuk TATP (bahan peledak), panah dan lain‑lain. Itu ada di situ semua," kata Iqbal.
Para terduga teroris memanfaatkan praktikum laboratorium untuk membuat bom. "Kelompok mereka sangat berbahaya makanya harus menggunakan strategi khusus," ujarnya. Iqbal membantah penggerebekan itu merupakan suatu bentuk represi terhadap lingkungan kampus.
Berafiliasi ISIS
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia Yudi Zulfahri, menyebut tiga terduga teroris yang ditangkap di Unri berafiliasi pada paham Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
"Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan pecahan‑pecahan, intinya kan sama. Mereka berafiliasi ke ISIS. Kita lihat dari target. Dia kan targetnya kantor DPRD. Ini jelas‑jelas adalah buah dari ideologi ISIS yang menganggap itu (institusi negara) sebagai thogut (setan)," kata Yudi, Minggu.
Ia menjelaskan target kelompok berideologi ISIS berbeda dengan kelompok teror lain seperti Al Qaeda atau Jamaah Islamiah (JI). Menurutnya, target Al Qaeda adalah Amerika dan sekutunya.
"Kalau ISIS ini kan doktrin kebencian dan permusuhannya memang ke pemerintah Indonesia. Mereka mengkafirkan setiap aparat atau pejabat pemerintah," kata Yudi.
Baca: Oknum Supporter Persija Jakarta dan Persebaya Bentrok, Sejumlah Fasilitas Stadion Sultan Agung Rusak
Menurutnya ada dua penyebab terjadinya hal tersebut yaitu kurangnya pengawasan terhadap unit kegiatan mahasiswa (UKM) sehingga mengarah ke paham ideologi radikal. Faktor kedua, adanya kelompok berpaham radikal yang beroperasi di kampus.
"Kelompok itu itu tidak mengajarkan ekstrimisme, pengkafiran, permusuhan tapi dia pokok‑pokok pemahamannya sama. Sehingga mahasiswa kalau sudah terkena paham agama seperti ini untuk dia bisa sampai ke radikal itu tinggal satu tingkat lagi," kata Yudi. (tribunpekanbaru/tribunnetwork/tim/nis)