Penumpang Ramai Menginap di Pelabuhan Semayang, Sebut Fasilitas Kamar Mandi Kotor
"Ndak papa di sini saja, sudah biasa juga kalau di tempat saya nginap di kebun sawit," ujarnya sambil tertawa.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Hari Raya Idul Fitri tinggal menghitung hari. Dari tahun ke tahun, para perantau yang berasal dari luar pulau Kalimantan yang rindu dengan kampung halamannya mengemas barang-barangnya dan bersiap untuk mudik ke kampung halaman masing-masing.
Berbagai sarana transportasi digunakan. Tak sedikit yang menggunakan jalur udara, namun banyak juga yang menggunakan jalur laut.
Pantauan tribunkaltim.co hari Minggu (10/6/2018), ratusan para pemudik yang menunggu jadwal kapal berikutnya menumpuk menggelar tikar untuk sekedar beristirahat, baik di pelataran pelabuhan Semayang maupun di dalam terminal lantai 2.
Salah satunya, Ardi. Perantau asal Malaysia yang bekerja di salah satu perusahaan sawit di kawasan Lendian Liang Nayuq, Siluq Ngurai, Kutai Barat, itu hendak mudik menggunakan jalut laut menuju Makassar, tempat orangtua dari istrinya.
Ia menempuh waktu 13 jam dari Kutai Barat untuk sampai ke Balikpapan tanpa menggenggam tiket ditangannya.
Ia datang bersama istri dan 2 anaknya serta 1 keponakannya. Ia disarankan oleh petugas posko untuk membeli tiket terdekat, yaitu hari Senin (11/6/2018) terlebih dahulu di salah satu jaringan ritel waralaba.
Untuk makan, ia mengaku membeli nasi kotak di depan pelabuhan. Dengan Rp 10.000 ia mendapatkan nasi dengan lauk ayam dan tempe serta sayur dengan porsi yang seadanya.
"Itu nasi kotak sih dekat pos. Mungkin kalau yang di warung-warung berjejer itu lain lagi harganya. Tapi mungkin sesuai sama porsinya," ujar Ardi.
Untuk kegiatan mandi cuci kakus, Ardi menggunakan toilet umum yang berada di pelataran pelabuhan Semayang secara gratis.
Ardi mengatakan, nanti malam rencananya ia dan anggota keluarganya akan menginap di halaman pelabuhan Semayang, karena di dalam sudah penuh dengan para penumpang lainnya yang menunggu jadwal kapal berikutnya.
"Ndak papa di sini saja, sudah biasa juga kalau di tempat saya nginap di kebun sawit," ujarnya sambil tertawa.
Baca juga:
Tanggapi Orasi AHY, Fahri Hamzah Ingatkan Jangan Belok ke Isu yang Digaungkan Robot
Jelang Terbang ke Negeri Beruang Merah, Paulo Dybala Masih Sempat Pamerkan Hal Ini
Sejumlah Tokoh Tanggapi Spanduk 'Jalan Tol Pak Jokowi', Fadli Zon, Ferdinand, hingga Mardani
MUI Sidak Proses Penyembelihan Ayam di Pasar Baru, Begini Hasilnya
Di tempat terpisah, di Terminal lantai 2, Diani yang sudah menggelar tikar miliknya tersebut berencana menginap di ruangan ber-AC tersebut. Perempuan paruh baya yang tinggal di Bontang tersebut berencana untuk mudik ke kampung halamannya di Surabaya.
"Mumpung libur lebaran, silaturahmi sama orangtua di sana," ujar Diani.
Dengan menempuh waktu perjalanan sekitar 9 jam, ia bersama anggota keluarganya menggunakan mobil pribadi, sudah membawa persiapan bekal sedari rumah.
Ia mengantisipasi pengeluaran yang tak diinginkan dalam hal membeli makanan di tempat-tempat seperti pelabuhan.
"Ini bawa sendiri makannya dari rumah. Kalau disini lumayan, sekitar 20 ribuan," ujar Diani.
Untuk kegiatan mandi cuci dan kakus, Diani mengatakan tidak berniat untuk mandi di kamar mandi yang tersedia di Terminal lantai 2. Kondisinya kotor, tak bersih, berbau tak sedap.
"Ini saya sudah mandi dari rumah tadi mas. Kalau disini ndak mau saya, jorok," ujarnya.
Ia bertahan untuk tidak beraktivitas di fasilitas kamar mandi di terminal lantai 2, antisipasi dengan mandi terlebih dahulu sebelum berangkat.
"Saya tahan 2 hari ndak mandi. Mandi pun, kalau pas hujan," ujar anak Diani sambil bercanda. (*)