Lebih Panjang dari Anaconda di Sungai Amazon, Inilah Fakta tentang Ular Sanca yang Telan Manusia

Pakar herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy mengatakan, ular sanca batik memiliki nama latin Phyton reticulatus.

Ular sanca atau piton. 

TRIBUNKALTIM.CO -- Kasus ular sanca batik menelan seorang perempuan di Sulawesi mengungkapkan banyak hal yang belum kita ketahui tentang reptil raksasa tersebut.

Pakar herpetologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy mengatakan, ular sanca batik memiliki nama latin Phyton reticulatus.

Menurut Amir, masyarakat di Indonesia dan Malaysia sering menggunakan kata sanca untuk menyebut ular jenis phyton tersebut.

"Ular yang memangsa seorang perempuan di Sulawesi beberapa waktu lalu merupakan jenis sanca batik," kata Amir saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (16/6/2018).

Amir menjelaskan, panjang ular sanca batik dapat mencapai 10 meter dan menjadi yang terpanjang di dunia.

Ukuran ini melebihi panjang ular Anaconda dari sungai Amazon.

"Ular pyhton di daerah Sulawesi memang bisa sangat besar dan panjang karena menjadi predator tertinggi di dalam rantai makanan. Mangsanya juga mamalia besar seperti babi hutan. Hal ini membuat ukuran pyhton di Sulawesi berbeda dengan pyhton di Sumatera, karena masih ada predator lainnya seperti harimau," jelas Amir.

Baca: Wanita yang Tewas Dimangsa Ular Piton Ini Tinggalkan Anak Semata Wayang

"Apabila di penangkaran panjang ular phyton bisa mencapai 10 meter, kalau di alam liar panjangnya mencapai 7 meter," tambah Kepala Laboratorium Herpetologi Puslit Biologi LIPI tersebut.

Konflik phyton dan manusia Konflik phyton dan manusia pernah terjadi di Sulewasi pada tahun 2017.

Untuk mengantisipasi peristiwa tersebut terulang, Amir mengimbau masyarakat untuk mengajak anjing saat pergi ke kebun.

"Lokasi kebun milik perempuan tersebut dekat dengan hutan dan saat itu sudah malam sehingga korban tidak mengetahui keberadaan ular. Anjing akan membantu apabila ada ancaman dari hewan liar di sekitar manusia," kata Amir.

Selain itu, masyarakat juga harus memahami bahwa pyhton di wilayah Sulawesi merupakan predator tertinggi dalam rantai makanan.

Sangat penting bagi masyarakat untuk turut menjaga kelestarian alam hutan agar ular tidak mencari mangsa lainnya.

"Ular pyhton berukuran besar biasanya memangsa babi hutan dan mamalia-mamalia besar lainnya. Pyhton juga mengendalikan populasi babi hutan agar tidak meresahkan masyarakat. Untuk itu, perburuan liar babi hutan akan mengganggu rantai makanan dan memaksa ular mencari mangsa yang lain," terangnya.

Menurut Amir, pyhton merupakan jenis ular yang memiliki kemampuan adaptasi mumpuni.

Baca: Tewas Dimangsa Ular Sanca, Tubuh Wanita Ini Ditemukan di Dalam Perut Ular yang Panjangnya 8 M

"Selain berukuran panjang dan besar, kemampuan adaptasi ular ini sangat baik. Ular ini bisa bertahan hidup di tengah perkotaan dan memangsa hewan-hewan kecil seperti tikus atau ayam," katanya.

"Biasanya ular hanya bisa diam untuk mencerna makananya dan butuh waktu sekitar 1 sampai 2 minggu, tergantung besar kecil mangsanya. Asam lambung di perut ular, kadar asamnya sangat kuat untuk mengurai makanan," katanya.

Sementara itu, jumlah populasi ular sanca batik di Indonesia masih terjaga, namun ada tiga jenis lainnya yang terancam punah.

Baca: DJ Terkenal hingga Model Cantik, Inilah Ucapan Selamat Idul Fitri dari 7 Seleb Dunia

"Ada tiga jenis pyhtom yang statusnya hewan dilindungi, yaitu Python morulus atau Sanca Bodo yang ada di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Condropyhton viridis atau sanca Hijau yang ada di Papua dan Pyhton timorensis atau Sanca Timur yang ada di Nusa Tenggara Timur dan Pulau Timor," paparnya. (Kompas.com/Michael Hangga Wismabrata)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Ular Sanca Batik, Predator yang Makan Manusia di Sulawesi"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved