Tahun Baru Islam

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 Hijriah, Catat Waktu serta Niat Puasa Tasu'a dan Asyura

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1440 H tahun ini akan jatuh pada 11 September 2018. Amalan yang bisa dilakukan melaksanakan Puasa Sunnah Muharram.

abc.net.au
Taun Baru Islam, 1 Muharram 1440 H 

Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertekad di akhir umurnya untuk melaksanakan puasa ‘Asyura tidak bersendirian, namun diikutsertakan dengan puasa pada hari sebelumnya (9 Muharram).

Tujuannya adalah untuk menyelisihi puasa ‘Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

“Puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun." (HR. Bukhari, no. 1979)
Puasa Ayyamul Bidh ini lebih utama dilakukan tanggal setiap tanggal 13,14, dan 15 di bulan Hijriyah.

Muharram atau sering juga disebut (Asyura/Suro) adalah satu dari empat bulan suci. Salah satu amalan yang disunnahkan adalah berpuasa.

Lantas bagaimanakah cara melakukan puasanya?

1. Berpuasa selama 3 hari tanggal 9, 10, dan 11 Muharram.

Berdasarkan hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan lafadz sebagaimana telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam al-Huda dan al-Majd Ibnu Taimiyyah dalam al-Muntaqa:

"Selisihilah orang Yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya."

Dan pada riwayat ath-Thahawi menurut penuturan pengarang Al-Urf asy-Syadzi: "Puasalah pada hari Asyura dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya dan janganlah kalian menyerupai orang Yahudi."

Namun di dalam sanadnya ada rawi yang diperbincangkan.

Ibnul Qayyim berkata (dalam Zaadud Ma'al):"Ini adalah derajat yang paling sempurna." Syaikh Abdul Haq ad-Dahlawi mengatakan:"Inilah yang Utama." Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari juga mengisyaratkan keutamaan cara ini.

Dan termasuk yang memilih pendapat puasa tiga hari tersebut (9, 10 dan 11 Muharram) adalah Asy-Syaukani dan Syaikh Muhamad Yusuf Al-Banury dalam Ma’arifus Sunan Namun mayoritas ulama yang memilih cara seperti ini adalah dimaksudkan untuk lebih hati-hati.

Ibnul Qudamah di dalam Al-Mughni menukil pendapat Imam Ahmad yang memilih cara seperti ini (selama tiga hari) pada saat timbul kerancuan dalam menentukan awal bulan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved