Menristekdikti Segera Terbitkan Permen tentang Pembelajaran Jarak Jauh, Ini Tujuannya
"Bapak Presiden meminta agar dengan perubahan dunia yang semakin cepat, kita bisa mengantisipasi," ujarnya.
Penulis: Doan E Pardede |
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XXI Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI-KAPd) yang digelar di Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda dibuka secara resmi oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) RI Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D, Ak di GOR 27 September kampus Unmul, Kamis (6/9/2018).
Pembukaan secara resmi juga ditandai dengan pemukulan gong oleh Menristekdikti.
Panitia dalam SNA XXI yang berlangsung ini sendiri adalah Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unmul Samarinda.
Hadir dalam kesempatan tersebut, antara lain Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti RI Prof. Ainun Na’im, Ph.D, M.B.A.Rektor Unmul Samarinda Prof. Dr. H. Masjaya, M.Si, Dekan FEB Unmul Prof. Dr. Hj. Syarifah Hudayah, S.E., M.Si, Gubernur Kaltim yang diwakili Asisten II Setprov Kaltim Ir. Ichwansyah, M.M, Walikota Samarinda diwakili Asisten II Setkot Samarinda Endang Liansyah, Wakil Gubernur Kaltim terpilih Hadi Mulyadi, perwakian Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kaltim, Ketua IAI-KAPd Dr. Sekar Mayangsari, SE., Ak., M.Si., dan para peserta SNA XXI yang berasal dari seluruh Indonesia.
Menristekdikti RI Prof. H. Mohamad Nasir, Ph.D., Ak mengaku sangat mengapresiasi digelarnya SNA XXI ini.
"Atas nama Kemenristekdikti, saya sangat mengapresiasi kegiatan. Ini adalah budaya akademik yang selalu dikembangkan. Menyampaikan paper-papernya dalam rangka meningkatkan kualitas akademisnya. Saya senang sekali ini bisa dilakukan secara terus menerus," ujarnya.
Mohamad Nasir juga berpesan agar seluruh profesi termasuk akuntan mempersiapkan diri terhadap perkembangan zaman khususnya teknologi informasi yang semakin massif saat ini.
Saat ini, kata dia, isu yang paling mengemuka di dunia adalah era Industri 4.0 atau, yang ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi, dan batas antara manusia, mesin, dan sumber daya lainnya yang semakin konvergen melalui teknologi informasi dan komunikasi.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Indonesia telah merancang Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah roadmap yang terintegrasi untuk mengimplementasikan sejumlah strategi dalam memasuki era Industri 4.0 tersebut.
Kemenristekdikti sendiri saat ini mendapat tugas khusus dari Presiden RI Joko Widodo untuk mengawal perkembangan teknologi informasi, yang harus bisa diimplementasikan di seluruh Kementerian dan Lembaga.
"Bapak Presiden meminta agar dengan perubahan dunia yang semakin cepat, kita bisa mengantisipasi," ujarnya.
Masih berkaitan dengan era industri 4.0, dalam waktu dekat ini, Kemenristekdikti sendiri akan mengeluarkan Peraturan Menteri (Permen) yang berkaitan dengan pendidikan digital dan e-learning atau distance learning (pembelajaran jarak jauh).
Dengan distance leaning, masalah geografis tak lagi menjadi penghalang untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Perguruan Tinggi sendiri juga menurutnya memiliki peran yang cukup vital. Rektor, Wakil Rektor, Dekan dituntut untuk inovatif.
Kondisi saat ini, pembelajaran tatap muka tak lagi mampu untuk menyelesaikan permasalahan bangsa Indonesia yang kian kompleks dewasa ini.
Untuk itulah, Perguruan Tinggi harus memulai untuk menggalakkan hal-hal yang berkaitan dengan distance learning tersebut.
"Harapannya, dengan distance learning ini bisa menjangkau seluruh rakyat Indonesia. Maka Perguruan Tinggi juga harus berubah. Dunia sudah berubah," ujarnya.
Perlu diketahui, kata Mohamad Nasir, angka pastisipasi kasar (APK) Indonesia atau angka partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya masih cukup rendah, yakni hanya 32 persen.
"Di dunia lain (APK) Korea Selatan itu 92 persen, itu dengan teknologi informasi. Indonesia sangat ketinggalan jauh. Kalau Indonesia berjalan, target saya di 2020 itu sudah 35 - 40 persen, apabila kita menerapkan teknologi informasi sebagai basis pembelajaran ke depan," ujarnya.
Dengan adanya distance learning, rasio dosen dan mahasiswa tidak lagi 1 : 20 untuk eksakta dan 1 : 30 untuk ilmu sosial tak lagi berlaku.
"Ke depan (dengan distance learning) saya harapkan 1 dosen berbanding 1.000 mahasiswa. Ini harus kita garap dengan baik," ujarnya.
Termasuk kualitas dosen juga harus terus ditingkatkan. Masalah usia menurutnya bukan menjadi penghambat bagi dosen untuk terus belajar. Prinsip pendidikan sepanjang hayat (long life education) menurutnya harus terus diterapkan.
"Long life education harus terus diterapkan. Dosen harus terus meningkatkan kemampuannya," katanya. (*)