Gempa dan Tsunami Sulteng

Terkepung Tsunami Aceh dan Palu, Begini Kisah Dramatis Rahmat Saiful Bahri 2 Kali Lolos dari Maut!

Lolos dari maut dalam bencana yang menewaskan ribuan orang dan meluluhlantakkan segalanya, merupakan pengalaman luar biasa.

MOHD RASFAN/AFP/Getty Images
Saat gempa, Rahmat berlari ke lantai lima karena yakin akan ada tsunami. Dan betul: mereka selamat, dan hanya bagian bawah bangunan yang rusak. 

Beberapa puluh menit kemudian, gempa selesai dan gelombang sudah mulai reda, Rahmat bersama beberapa orang lain yang selamat baru berani turun ke lantai bawah.

"Masih ada air, ketinggiannya tinggal sekitar 30 cm, tapi sudah tenang. Lalu kami bersama yang lain lari ke Bukit Sirei yang jaraknya sekitar dua kilometer dari hotel," katanya, seraya menjelaskan bahwa hal itu untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya tsunami susulan.

Bukit Sirei tingginya sekitar 50 meter.

Persib Vs Madura United Tanding di Stadion Batakan, 10 Pemain Inti Maung Bandung Absen

"Semua lari ke bukit, di sana kami berlindung selama setengah hari. Untuk makan ada bantuan dari warga berupa nasi dengan mi instan."

Setelah merasa keadaan sudah lebih stabil, mereka memutuskan untuk turun dari bukit.

Rahmat dan beberapa sesama peserta lokakarya dari luar Sulawesi, langsung mencari cara untuk terbang meninggalkan Palu.

"Jadi semua orang berinisiatif untuk pergi ke bandara," kata Rahmat. Bandara Mutiara Sis Al-Juffrie berjarak sekitar 10 km dari tempat mereka.

Mereka berjalan beberapa jam, menembus lumpur, puing, dan berbagai jenis sampah.

Partai Panas Derbi Jatim, Arema Vs Persebaya Main Sabtu Pukul 15.30 WIB, Berikut Link Live Streaming

Jenazah manusia dan bangkai hewan tampak bergelimpangan.

Kendaraan yang rusak dan terbalik akibat tsunami terlihat di mana-mana. Juga perabotan-peraboitan rumah dan berbagai benda lain.

Di bandara, ternyata sudah sangat banyak orang yang mengantre dengan harapan yang sama: untuk bisa naik pesawat militer jenis Hercules untuk dievakuasi.

Jumlah pesawat dan mereka yang ingin pergi sangat tidak seimbang, Rahmat harus menunggu selama tiga hari ditempat tersebut

."Semua orang kesulitan, tidak ada bantuan, tidak ada makanan. Keributan mulai terjadi, karena semua yang ada di situ ingin keluar dari wilayah Palu, lantaran gempa terus terjadi. Syukurnya, pada hari keempat, saya mendapat giliran, dievakuasi ke Makassar, lalu Jakarta. Dan Alhamdulillah, akhirnya tiba kembali ke Aceh," kisah Rahmat.

Sebelumnya, keluarga Rahmat resah ketika dua hari hilang kontak padahal laporan mengenai gempa dan tsunami bermunculan.

Rahmat Saiful Bahri, menunggu giliran terbang dari Palu, setela lolos dari terjangan tsunami.
Rahmat Saiful Bahri, menunggu giliran terbang dari Palu, setela lolos dari terjangan tsunami. (HO/Rahmat Saiful Bahri)
Dua Kali Gempa dan Tsunami
Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved