Gempa dan Tsunami di Sulteng
Ribuan Orang Diperkirakan Masih Tertimbun di Balaroa dan Petobo, Ini Testimoni Warga yang Selamat
Fokus pencarian korban kini tertuju pada dua wilayah yang terdampak cukup parah, yakni Balaroa dan Petobo, di Palu.
Amir yang baru pulang kerja dan hanya menggunakan lilitan handuk lalu menerjang rekahan tanah untuk mencari anak pertamanya.
Mertua dan anaknya sedang membeli lauk untuk makan malam.
"Saya meloncat-loncat dari gundukan aspal yang terangkat untuk mencari mereka," tutur Amir.
Tidak lama kemudian, dari rekahan aspal ini muncul lumpur dari dalam perut bumi. Perlahan-lahan rumah-rumah di Petobo ambruk dan tenggelam oleh lumpur dari perut bumi.
"Saya lihat seorang ibu menggendong anaknya tenggelam di dalam rekahan. Kami berusaha menolongnya dengan menggali lumpur," kata Amir matanya berkaca-kaca.
Wanita ini hanya menyisakan kepala, sementara tubuhnya sudah ditelan bumi. Amir menarik kepalanya dan berhasil. Sayangnya anak yang digendongnya tenggelam dalam lumpur. Hanya itu yang dia ingat.
Setelah itu, dia berusaha menyelamatkan diri ke tempat yang aman. Lumpur yang keluar dari perut bumi ini seakan mendapat tekanan yang lebih kuat dari dalam.
Muntahannya membentuk bukit dan menenggelamkan sebagian wilayah Petobo. Tidak ada data yang jelas berapa banyak korban yang tenggelam oleh kemunculan lumpur ini.
"Mungkin ada ratusan rumah, Petobo adalah kawasan yang padat penduduk," ujar Amir.
Terik matahari tak dihiraukan, dia terus mencari-cari anak dan mertuanya hingga di puncak bukit lumpur ini.
Amir tidak sendirian menjadi korban gempa bumi dahsyat ini. Ia bersyukur masih bisa menyelamatkan istri dan anak keduanya.
Saat ini, keduanya ditempatkan di pengungsian bersama warga yang selamat lainnya.
Dahsyatnya gempa yang memunculkan lumpur ini diceritakan oleh Mahmud.
Dia menunjuk sebuah rumah yang tinggal kerangka bajanya.
Rumah itu awalnya di dekat sekolah, namun kekuatan lumpur ini telah menyeretnya hingga ratusan meter. Semua yang dilalui lumpur ini ambruk dan terkubur.