Edisi Cetak Tribun Kaltim
4.500 Rumah di Sambutan dan Sungai Kapih Tak Kunjung Dialiri Jargas
Samarinda diagendakan jadi kawasan percontohan, dengan mengambil daerah Sambutan dan Sungai Kapih sebagai percontohan pertama program jargas.
4.500 Rumah di Sambutan dan Sungai Kapih Tak Kunjung Dialiri Jargas
Laporan wartawan Tribun Kaltim, Anjas Pratama
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Satu program pusat di Samarinda sampai saat ini masih ditunggu kejelasannya.
Program jaringan gas (jargas), kerjasama antara Pemkot Samarinda dan Direktorat Jenderal (Dirjen) Migas serta Kementerian ESDM yang jadi proyek pusat di daerah tersebut.
Samarinda diagendakan jadi kawasan percontohan, dengan mengambil daerah Sambutan dan Sungai Kapih sebagai percontohan pertama.
Sebanyak 4.500 rumah/jaringan gas dipatok jadi awal percontohan jargas di ibukota Kaltim.
Bagaimana kondisi langsung di lapangan, Tribun konfirmasi akhir pekan lalu (Kamis dan Jumat).
Tepatnya di kawasan Sambutan dan Sungai Kapih Samarinda. Di lokasi tersebut, Tribun kemudian bertemu dengan Muhammad C, Ketua RT 02 Kelurahan Sungai Kapih.
"Saya tingal di sini sejak 2002. Program jargas ini sudah mulai sekitar awal 2017. Jadi, sejak awal 2017, memang sudah ada pemasangan pipa jargas yang dilakukan kontraktor. Tetapi, saat itu, yang awal adalah pemasangan jargas untuk pipa yang besar. Pipanya ditanam di bawah tanah," ucap Muhammad saat ditanya terkait jargas, Jumat (5/10/2018).
Sembari menjelaskan, ia ikut menunjukkan beberapa pipa‑pipa jargas yang nantinya akan menjadi saluran gas ke rumah‑rumah, khususnya sebagai fasilitas masak rumah tangga.
Kebagian Shift Kerja di Malam Hari Bikin Kamu Kurang Tidur? Terapkan 9 Cara Ini
Pantauan Tribun, jaringan pipa gas tersebut, terbagi dua. Satu jargas, untuk jaringan pipa ukuran besar. Jaringan pipa jargas ini, ditanam tepat di depan rumah‑rumah warga.
Menurut warga yang menyaksikan proses pemasangan, jarak tanah untuk pipa jargas tersebut, sekitar 1 meter lebih.
Pipanya berwarna kuning, dengan ukuran pipa sebesar paha orang dewasa. Ujung dari pipa tersebut, kemudian muncul tepat di depan gang‑gang milik warga. Kemunculan pipa‑pipa ini pun terlihat tak terurus.
Dipantau lebih lanjut, ujung jargas seukuran paha orang dewasa ini, hampir berkondisi sama di tiap‑tiap depan gang warga. Jarak antara ujung pipa 1 dan yang lain berkisar 10 ‑ 15 meter.
Disebut tak terurus, karena terlihat hanya ditanam kemudian dibiarkan.
Ada pipa yang teronggok begitu saja. Ada pula yang disangkutkan di pohon kecil agar tidak mengganggu jalan. Ada pula yang dibiarkan tergeletak di depan‑depan gang warga.
UPDATE - Hingga Senin Pukul 24.00 WIB, Indonesia Raih 5 Medali Emas, Kokoh di Peringkat 6!
"Itu sudah satu tahun kondisinya seperti itu. Jadi, memang ada pipa besar yang ditanam di depan rumah warga. Pipa besar itu yang nantinya mengalirkan gas ke rumah‑rumah dengan pipa kecil yang juga sudah dipasang di rumah‑rumah warga," ucap Muhammad.
Lanjut ke kondisi pipa kedua, berukuran kecil seperti jempol orang dewasa. Berbeda dengan jargas yang ditanam di depan rumah warga, untuk jargas ukuran jempol orang dewasa tersebut, dipasang tepat di sisi kiri atau kanan dinding rumah warga.
Jargas ini, terbuat dari besi dan alirannya diteruskan hingga ke dapur‑dapur milik warga. Sebuah kran, seperti kran air minum, menjadi ujung jargas tersebut. Letaknya berada di dapur‑dapur warga.
"Kalau jargas yang kecil itu sudah dipasang sejak Oktober lalu. Saya setuju‑setuju saja dipasang, karena tidak dimintai biaya. Petugas memasang hanya dalam waktu satu hari. Tetapi, setelah dipasang, bagaimana kelanjutannya, kami tidak tahu. Jadi, pipa dibiarkan saja di rumah‑rumah warga," kata Yusuf, warga Sambutan yang juga Tribun temui.
Ia pun ikut menunjukkan pipa besi kecil tersebut, dari mulai terpasang di dinding luar rumah, hingga masuk ke dapur tempat ia dan keluarga nantinya akan memasak gunakan gas tersebut.
Ditanya Kabar Rencana Pernikahan Maia Estianty, Begini Reaksi Ahmad Dhani
Kembali dipantau Tribun, jaringan gas dari besi tersebut pun letaknya tak teratur. Terkadang lurus, dan terkadang juga miring. Pipa besi ini pun terpasang hampir sama di tiap‑tiap rumah warga yang berada di Sungai Kapih maupun Sambutan.
"Semua petugas yang memasang. Warga tidak ikut‑ikut. Kalau nanti jadi, pipa besi yang kecil ini yang katanya dihubungkan dengan jaringan gas pipa besar yang telah ditanam di depan rumah warga," kata Yusuf.
Hampir seluruh warga yang Tribun temui baik di Sungai Kapih maupun Sambutan tak tahu menahu akan proses kelanjutan jargas yang nantinya akan jadi percontohan tersebut.
"Di RT saya, ada 156 Kepala Keluarga, jumlah jiwanya sekitar 542 orang. Dari jumlah 156 KK tersebut, 148 KK sudah selesai dipasang jargas pipa ukuran jempol orang dewasa. Sisanya belum, karena kondisi rumah tak ada penghuninya," tutur Muhammad.
Klaim akan lebih murah menjadi alasan warga mau menuggu jargas tersebut.
"Katanya akan lebih murah dari LPG. Pembayarannya pun disebut sama seperti bayar air ataupun listrik melalui loket‑loket yang disiapkan pemerintah. Tetapi kalau begini kan tidak jelas. Pipa‑pipa yang dibiarkan itu pun menganggu pemandangan," kata Yanti, warga Sungai Kapih.
Konsistensi AC Milan, Tak Terkalahkan di Liga Italia dan Europa!
Tak Tahu Data
Keluhan atas kondisi pipa ini pun sudah diketahui oleh pihak Kelurahan Sungai Kapih Samarinda.
"Keluhan masyarakat lubang tak tertutupi. Kan rentan jika ada anak‑anak bermain. Ada pula pembongkaran semen untuk tanam pia, kemudian tak dikembalikan. Harapannya ke depan tak terjadi lagi," kata Lurah Sungai Kapih, Ahmad Rizani.
Bagaimana proses berjenjang dari RT, Kelurahan, Kecamatan hingga ke Pemkot Samarinda dalam pengurusan jarga ikut Tribun konfirmasi.
Camat Sambutan sampai Lurah Sungai Kapih dikonfirmasi terkait peran birokrasi mereka di pengurusan jargas.
"Di Kelurahan saya, jumlah RT‑nya ada 25. Jumlah penduduk sekitar 10‑11 ribuan. Jumlah KK‑ada 3000‑an. Nah, di Sambutan itu ada 5 Kelurahan. Yang dapat jargas itu Kelurahan Sungai Kapih dan Sambutan," jelas Lurah Sungai Kapih Ahmad Rizani saat diminta menjelaskan terkait kondisi daerahnya.
Lantas dari 25 RT tersebut, berapa persen kawasan yang masuk dalam percontohan jargas, disebut Ahmad, disanalah masalah ikut muncul.
"Nah ini masalahnya. Kami ini tak pernah diberi data resmi. Baik siapa yang menerima (jarga), berapa jumlah RT dan jumlah jiwanya. Baik dari pelaksana sebelumnya, kami sudah minta datanya. Saat itu disampaikan akan dikirim via facsimile. Tetapi kami di kantor tak punya jaringan itu, bagaimana bisa terima fax jia tak punya jaringan itu," ucapnya.
Situasi kemudian berubah dengan ditunjukkan pelaksana baru akan pembangunan jarga tersebut. DIketahui, pelaksanan jargas ikut berganti, dari PT. Ilamaru kepada PT. PBAS.
"Dari pihak yang baru, kami sampaikan juga bahwa kami minta data resminya. Sampai sekarang pun belum diberi. Kalau sudah berkali‑kali kami minta dan tak diberi, ya susah juga," kata Rizani.
Proses tak ada data resmi ini disebutnya juga sudah dirapatkan dengan pihak Kecamatan.
"Sudah dirapatkan juga sampai ke kecamatan. Camat pun sampaikan, jika beliau juga belum diberi (oleh pelaksana sebelumnya). Jadi, kami ini kalau warga nanya, apakah dia dapat atau tidak, ya datanya tidak ada. Justru saya dapat data itu dari Kelurahan Sambutan," katanya.
Persoalan tidak jelasnya jargas ini disebutnya juga pernah membuat pihak Polda menanyakan detail hal tersebut.
"Saya juga sudah didatangi pihak Polda. Menanyakan jargas ini. Saya sampaikan seperti yang saya sampaikan ke media ini. Mohon maaf pak, saya tak pegang data. Kalaupun saya punya data, saya tak bisa tanggung jawab, karena data yang saya pegang bukan dari pihak yang semestinya member. Saya sampaikan demikian. Itu didatangi sekitar 3 bulan lalu oelh Polda Kaltim. Ketika pembangunan jargas masih dihandle oleh PT. Ilamaru," ucapnya. (*)