'LGBT Mengancam?' jadi Tema Diskusi Keummatan MUI Balikpapan di Kantor Tribun Kaltim
Majelis Ulama Indonesia kecamatan Balikpapan Selatan mengadakan diskusi keummatan di kantor Tribun Kaltim.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Januar Alamijaya
Laporan Wartawan Tribunkaltim.co, Muhammad Fachri
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Rabu (17/10/2018) Majelis Ulama Indonesia kecamatan Balikpapan Selatan mengadakan diskusi keummatan di kantor Tribun Kaltim.
Diskusi Keummatan tersebut dihadiri oleh berbagai macam golongan, mulai dari pemerintah, pemerhati sosial dan kelompok masyarakat lintas agama. Tema yang diangkat dalam diskusi tersebut 'LGBT Mengancam?!?!'
"Kebaikan lebih cepat lebih baik. Terimakasih Tribun Kaltim memfasilitasi untuk diskusi keummatan kali ini," Ketua MUI Balikpapan Selatan, Nurdin Ismail.
Baca: Pemkot Balikpapan Akan Buatkan Perwali Terkait LGBT di Balikpapan
Wakil Pimpinan Umum Drs Pitoyo dan Pimred Tribun Kaltim Abdul Haerah menyambut langsung kedatangan rombongan MUI tersebut.
"LGBT jadi isu tak sedap. Bencana selalu dikaitkan dengan LGBT. Seolah bencana ini terjadi seperti zaman nabi Luth," kata Wakil Pimpinan Umum, Drs Pitoyo, membuka diskusi di meeting room kantor Tribun Kaltim.
Menurutnya, dari sudut pantang agama, jelas LGBT merupakan kelompok atau kaum yang perilakunya melanggar. Hal tersebut tercatat dalam kitab agama manapun.
Namun yang jadi soal itu bukan mereka, tapi bagaimana cara kita mengkomunikasikan hal tersebut kepada mereka, termasuk pemerintah. "LGBT pelanggaran agama iya, dalam kitab suci kita sudah jelas," katanya.
Baca: #UninstalGojek Mendadak Ramai, Bermula dari Unggahan Seorang Karyawan Gojek Soal LGBT
Menurutnya, kelompok LGBT dalam tanda petik menyerang kelompok milenial. Golongan yang saat ini jauh dari sentuhan media konvensional. Padahal, perilaku LGBT bukanlah perilaku modern.
"Perilaku primitf. Sudah ada sejak lampau sekali. Hanya saja sekarang dikemas berbagai kelompok lewat media sebagai pembaruan," ungkapnya.
Pitoyo mengapresiasi langkah pemerintah menggodok Perda tentang menekan tumbuh kembangnya LGBT di Balikpapan.
Yang patut dikelola, menurut Pitoyo tak lain rasa kebencian, jangan sampai hal itu yang keluar lebih banyak dari gagasan terkait persoalan yang kita hadapi.
"Tanggungjawab kami sebagai media, untuk mengkomunikasikan hal itu kepada publik. Pandanganan ini nantinya, semoga bisa jadi modal gagasan untuk kebaikan," katanya.