Gempa dan Tsunami Sulteng

Gempa dan Tsunami Ternyata Bisa Dideteksi Lebih Dini, Ini yang Dilakukan Jepang

Jepang memasang sedikitnya 300 pendeteksi sensitif di berbagai lokasi di Jepang untuk mendeteksi gempa bumi di seluruh lokasi di Jepang.

Editor: Doan Pardede
Twitter/infoBMKG
Gempa di Dili berkekuatan 5,4 SR pada Jumat (12/10/2018) siang. 

Data gempa bumi yang diperoleh JMA dari sumber asalnya hanya satu detik saja diterima lalu 2 menit kemudian dapat kejelasan yang detil mengenai lokasi gempa kekuatan dan sebagainya.

Secara otomatis JMA juga melihat kemungkinan tsunami dalam kurun waktu dua tiga menit tersebut yang kemudian mengeluarkan data langsung ke masyarakat lewat berbagai saluran dan aplikasi serta internet.

"Dengan kecepatan informasi ke masyarakat diharapkan dalam waktu sekitar 3 menit sampai 5 menit masyarakat ada waktu untuk menghindar ke tempat aman dan apabila tsunami ke lokasi yang lebih tinggi," tambahnya.

Pemberitahuan ke masyarakat biasanya kalau kekuatan gempa bumi mencapai 4 SR, karena skala 1 sampai 3SR dianggap masih aman di Jepang tidak menimbulkan kerugian apa pun.

Setelah gempa berkekuatan 4 SR atau mendekati 4 SR maka langsung diumumkan ke berbagai saluran di masyarakat.

Kalau sudah lebih dari 6 SR biasanya langsung juga masauk secara otomatis ke ponsel setiap warga yang ada di Jepang khususnya ponsel yang berfungsi di Jepang.

"Kalau ponsel luar negeri dan tak bisa dipakai di Jepang mungkin tanda bahaya itu tidak akan muncul di ponsel tersebut," ungkap Ikeda.

Bocah Korban Gempa Sulteng Diperkosa 3 Pemuda di Tempat Pengungsiannya

Menunggu Rumah Rampung, Korban Gempa Palu Akan Ditampung di Barak, Satu Barak Isinya 12 KK

Belum lama ini 6 September 2018 ketika gempa bumi menghantam Hokkaido cukup besar dengan kekuatan 6,7 SR, ponsel Tribunnews.com otomatis berbunyi sangat kencang "Jishin desu" (Gempa) sebanyak tiga kali.

Para pimpinan Japan Meteorological Agency (JMA) berfoto bersama di kantornya. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)
Di manner mode (silent) sekali pun dini hari pagi ponsel itu tetap berbunyi sangat kencang. 
Inilah sistem peringatan diri (EEW) bencana alam di Jepang selama ini.

Penyiaran bencana alam, baik gempa bumi, tsunami dan sebagainya merupakan keharusan bagi NHK yang sahamnya mayoritas dimiliki pemerintah Jepang.

"Kalau televisi swasta lain itu tergantung keputusan mereka sendiri, tetapi umumnya semua langsung berlangganan data bencana ke bagian pelayanan JMA. Sehingga data bencana alam segera dapat mereka akses dan bisa disiarkan ke semua televisi atau media swasta lainnya juga," ujarnya.

Lalu bagaimana kerja di dalam JMA sendiri untuk menjaga semua sumber data bencana alam yang tiba bisa datang setiap waktu?

"Kita punya lima tim di mana satu tim ada 11 orang yang berjaga selama 24 jam bergantian. Misalnya tim A sebanyak 11 orang berjaga 24 jam bergantian hari Senin, lalu tim B juga sebanyak 11 orang hari Selasa dan seterusnya," jelasnya.

Dengan operasi 24 jam tersebut semua data akan masuk terdata dan dimonitor dengan baik.

"Kita sudah biasa dengan hal ini, menanggapi secara cepat karena kalau terlambat akan semakin parah korban dan kerugiannya. Jadi faktor manusia dan kecepatan juga sangat penting mengantisipasi bencana alam seperti gempabumi yang bisa datang sewaktu-waktu di mana pun juga," jelasnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved