Bahaya ''Kerasukan'' Berita Hoaks yang Viral; Setiap Orang Rentan Terserang Virus

Konten viral tercipta dari seberapa luas jangkauan konten ke pembaca dan kehebohan setelahnya.

TRIBUN KALTIM / NEVRIANTO HARDI PRASETYO
Wakil Pimpinan Perusahaan Tribun Kaltim, Pitoyo menjadi pembicara dalam kelas digital di SMAN 1 Samarinda, Selasa (6/11/2018). Tribun Kaltim Goes to School di SMAN 1 Samarinda, merupakan gelaran ke sekian dari kegiatan di beberapa sekolah dan perguruan tinggi di Kaltim, khususnya Samarinda dan Balikpapan. 

"Berita hoaks ini diproduksi terus, nama pekerjaannya troller, pekerjaannya menyebarkan hoaks, dan itu ada hitungan (keuntungan uangnya)," katanya.

Karena itu, lanjut praktisi media bergelar doktor ini, butuh ekosistem meningkatkan literasi digital bagi masyarakat.

Hal ini penting agar generasi pembaca atau konsumen media bijak mengkonsumsi konten di dunia maya.

Salah satu upaya yang digagas Tribun Kaltim, yakni membuka kelas literasi digital lewat program Tribun Kaltim Goes to School.

Di beberapa kota seperti Balikpapan dan 10 sekolah di Samarinda. Menyusul di Kalimantan Utara di tahun mendatang.

Tribun Kaltim Goes to School di SMAN 1 Samarinda, merupakan gelaran ke sekian di sekolah dan perguruan tinggi di Kaltim, khususnya Samarinda dan Balikpapan.

Format menteri belajar didesain esuai jenjang pendidikan. 'Kelas informal' dibuat santai dan partisipatif. Tak melulu teori, juga praktek keseharian. Materi seputar literasi digital, jurnalis warga, dan online.

Tahun 2019 nanti, media massa multi-platform (video, online dan cetak) group Kompas Gramedia ini bakal menyambangi Kalimantan Utara.

Terakhir, dia membagikan tips sebagai pengguna media sosial yang cerdas. Pertama, selalu bersikap curiga akan informasi yang kita peroleh.

Sebaiknya, lihat informasi; siapa yang mengirim, sumber berita dan mencocokkan dengan konten di media massa terpercaya.

Kedua, bisa gunakan aplikasi pendeteksi dan verifikasi seperti Google Reverse Eye, TineEye dan Fake Image Detector.

Ketiga, berhenti membagikan informasi atau berita yang tidak ada gunanya.

Ia menyarankan, sebaiknya antara berita yang dikonsumsi dan dibagikan disesuaikan dengan usia dan kebutuhan.

Semisal pelajar, sebaiknya hanya mengkonsumsi sesuai dengan kebutuhan usia dan pelajarannya saja.

Kalaupun kita membenci sesuatu, sebaiknya tak perlu terpancing emosi ikut membagikan berita yang mengabarkan kebencian.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved