Berbahan Singkong, Ecoplas Temuan Ilmuwan Indonesia Ini Digadang Jadi Solusi Plastik Dunia
sudah mengantongi berbagai hak paten atas penemuan tersebut, termasuk kantung plastik ekologis yang dikembangkan untuk pasar Amerika
Meski tumbuh pesat, perusahaan ini kesulitan menurunkan biaya produksi Ecoplas yang sebesar dua kali lipat dibandingkan plastik tradisional. Sebab itu banyak konsumen yang masih enggan membeli plastik ramah lingkungan.
Alternatif yang Lebih Murah
Untuk mengakalinya Tjiptadjaja dan Tandio membentuk tim penelitian dan pengembangan yang sejauh ini sudah berhasil menemukan senyawa aditif yang diberinama Oxium.
Jika ditambahkan ke dalam campuran bahan pembuat plastik, zat ini membatasi usia plastik konvensional menjadi hanya 2 tahun. Dengan Oxium, plastik bisa diproduksi secara konvensional dengan tambahan ongkos produksi sebesar hanya 2 hingga 5 persen.
Meski tidak ideal, penemuan tersebut bisa membuat plastik sekali pakai di banyak negara miskin menjadi lebih ramah lingkungan. Greenhope mengklaim telah menjual Oxium di Afrika Selatan, Malaysia dan sejumlah negara lain.
Untuk TPA Rawa Kucing, Greenhope menawarkan terpal raksasa yang terbuat dari Oxium untuk menutupi timbunan sampah dan menghadang bau busuk menjalar ke lingkungan sekitar. Meski demikian sejauh ini Tandio baru bisa menjual dua buah terpal kepada pengelola TPA setiap tahunnya.
Dia hanya bisa menggeleng kepala ketika melihat timbunan sampah baru di Rawa Kucing. Timbunan ini harus segera ditutup dengan terpal supaya tidak membahayakan kesehatan penduduk sekitar, ujarnya. Tapi sayangnya harga terpal ramah lingkungan buatannya masih terlalu mahal untuk pengelola TPA.
[DW Made for Minds]
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Peneliti Indonesia: Singkong Jadi Solusi Masalah Plastik Dunia",