3 Bulan Sebelum G30S/PKI Meletus, Pahlawan Revolusi Ahmad Yani ternyata Sempat Berkunjung ke Kaltim

3 bulan sebelum peristiwa G30S/PKI meletus, salah seorang Pahlawan Revolusi Jenderal Ahmad Yani ternyata sempat berkunjung ke Kaltim.

Penulis: Doan Pardede | Editor: Januar Alamijaya
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sejumlah warga melihat beberapa tempat bersejarah di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Selasa (29/9/2015). Tanggal 1 Oktober merupakan Peringatan Hari Kesaktian Pancasila sekaligus mengenang korban peristiwa G30S/PKI khususnya tujuh pahlawan revolusi. 

"Nama beliau tertulis dalam banyak arsip kolonial mengenai aktivitasnya sebagai pimpinan para "berandal" di tanah Kalimantan," ujarnya.

Inilah 5 Masalah yang Melanda Persija Jakarta Setelah Mundurnya Gede Widiade

Sejumlah Menteri, Tokoh Agama, hingga Kepala Daerah Dijadwalkan Hadiri Debat Kedua Pilpres 2019

Perang Sanga-sanga Tercatat dalam Sejarah tapi Tak Ada Pahlawannya

Lasaloka-KSB menyayangkan tidak adanya satupun nama pahlawan nasional dari Kaltim.

Padahal, perjuangan merebut dan mempertahankan Kemerdekaan RI di Kaltim tak kalah sengit serta heroik dengan daerah-daerah lain di Indonesia.

Salah satu yang cukup terkenal dan juga tercatat dalam sejarahIndonesia adalah perang Sanga-sanga.

"Pernahkah kita mendengar tokoh, pemimpin Perang Sanga-sanga yang selama ini kita peringati. Bayangkan, tokohnya tidak pernah diangkat," ujar Muhammad Sarip, pegiat sejarah di Kota Samarinda dan Kaltim dari Lasaloka-KSB.

Muhammad Sarip ketika dikonfirmasi, Senin (13/8/2018) lalu, menyebut bahwa sangat tidak mungkin tak ada pemimpin dalam perang Sanga-sanga.

Berdasarkan penelusurannya, perang Sanga-sanga dilakukan eks romusha Jepang yang berasal dari Pulau Jawa. Salah satu tokoh yang menonjol adalah Budiyoyo atau Budiono.

Kala itu, budiyoyo kawan-kawan tergabung dalam Badan Penolong Perantau Indonesia, yang selanjutnya berubah menjadi barisan pejuang yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI).

"Masyarakat lokal bukan tidak ikut dalam perang itu. Cuma mungkin perannya kurang besar," ujarnya.

Dia menduga, tidak diajukannya nama Budiyoyo sebagai pahlawan nasional terkait persoalan identitas.

Jika orang Jawa yang diangkat menjadi pahlawan nasional dari Kaltim, maka peran masyarakat lokal Kaltim dalam sejarah perjuangan Indonesia menjadi terkesan kurang besar.

Secara pribadi, masalah identitas ini menurutnya tak perlu dipersoalkan. Apalagi, sebagain pejuang Sanga-sanga sudah dimakamkan di makam Pahlawan di Samarinda dan di Sanga-Sanga.

Untuk sumber menurutnya cukup lengkap dan sudah menjadi bagian dari sejarah Kodam VI/Mulawarman.

"Tapi kalau menurut saya, masalah identitas itu nggak terlalu penting. Di manapun dia berjuang, sepanjang masih di NKRI itu adalah Pahlawan kita. Walaupun mereka bukan etnis dari sini, tapi berjuang di sini, dimakamkan di sini dan berjuang untuk tanah airnya di sini ya nggak masalah. Kita akui saja," ujarnya. (*)

(Tribun Kaltim/Doan Pardede)

Follow Instagram Tribunkaltim.co di bawah ini:

Subscribe Youtube Channel Tribunkaltim.co di bawah ini:

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved