Badai Matahari Ramai Diperbincangkan Bagaimana Dampak Bagi Kaltim, Begini Penjelasannya
Badai matahari jadi topik hangat, Kepala BMKG Balikpapan Ibnu Sulistyono melalui Kasi data Mulyono Leo menjelaskan hal ini.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Budi Susilo
Badai geomagnetik adalah gangguan sementara dari medan magnet Bumi yang disebabkan oleh radiasi dan aliran partikel bermuatan dari Matahari.
Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) mengatakan dalam sebuah pernyataan,
"Sebuah arloji geomagnetik minor sekarang berlaku untuk 14 dan 15 Maret 2018. Aurora mungkin terlihat di garis lintang tinggi."
Di masa lalu, peristiwa geomagnetik skala besar telah mengganggu satelit komunikasi dan mematikan pasokan listrik.
Badai geomagnetik dinilai pada skala G1 hingga G5, dengan yang terakhir menjadi yang paling ekstrem.
Acara Carrington pada tahun 1859 dianggap sebagai badai geomagnetik terkuat yang pernah tercatat.
Express mengutip dari Met Office yang merupakan lembaga layanan cuaca Inggris memberikan peringatan jika Jumat, 15 Maret 2019, akan terjadi ledakan besar sinar kosmik dari Matahari menuju Bumi.
Akibatnya, badai Matahari itu dapat melumpuhkan GPS, sinyal ponsel dan TV digital.
Aurora Bakal Terlihat di Amerika Serikat
Sementara itu mengutip dari space.com, Badai matahari kecil akan mencapai Bumi Rabu (14 Maret) dan dapat memperkuat aurora planet itu, membuatnya terlihat dari bagian paling utara AS, kata otoritas setempat.
Negara-negara di "bagian utara" Amerika Serikat, seperti Michigan dan Maine, dapat melihat cahaya utara.
badai matahari juga dapat memicu fluktuasi di beberapa jaringan listrik yang lemah tetapi hanya akan berdampak kecil pada satelit di ruang angkasa, kata pusat itu.
Ilmuwan SWPC meramalkan bahwa badai geomagnetik minggu ini akan menjadi kelas G1, peristiwa kecil, dan berlangsung dari Rabu hingga Kamis (15 Maret).
Badai matahari berasal dari apa yang oleh para ilmuwan disebut lubang koronal, sebuah wilayah di matahari yang memungkinkan partikel berkecepatan tinggi mengalir ke luar angkasa.
Partikel bermuatan itu diperkirakan mencapai Bumi pada 15 Maret.