Berita Video
VIDEO - Kontes Ternak Sapi di Bulungan, Diharapkan Pacu Kualitas dan Kuantitas Sapi
Sebanyak 66 ekor sapi dari empat kecamatan dan dari 45 peternak di Bulungan menjadi peserta kontes ini.
“Saya pakai Biogas. Kotoran sapi saya olah, saya tampung pada sebuah bak, lalu dibuat jadi biogas,” ujarnya.
Berkat pengolahan kotoran sapi menjadi Biogas, Sadikun bisa mendapatkan energi gas yang digunakan untuk memasak.
Koleksi sapi yang berjumlah puluhan ekor, membuat Sadikun gratis bahan bakar gas.
“Sejak pakai Biogas, saya tidak pernah beli gas di warung. Mau masak sudah ada disini. Hasilnya sama-sama bagus, apinya biru. Saban hari saya gratis, tidak mengeluarkan uang untuk beli gas,” kata pria kelahiran Tuban, Jawa Timur ini.
Infrastruktur pembangunan Biogas saat itu Sadikun mendapat bantuan dari pemerintah, sekitar tahun 1989.
Dirinya bersama warga lainnya dibuatkan alat pembuat Biogas.
Sampai sekarang, beberapa warga di Teritip ini mengandalkan Biogas.
Biogas Pilihan Strategis Energi Listrik Terbarukan
Diam-diam PT Hutan Hijau Berau Bangun Biogas Engine
Pabrik Biogas Terbesar di Dunia Diresmikan di Finlandia
“Pemerintah melihat disini warganya banyak yang ternak sapi, kenapa tidak sekalian saja dibuat biogas. Kami setuju saja, bagus. Tidak perlu lagi cari kayu bakar atau gas untuk buat masak,” ungkapnya.
Menurutnya, kotoran sapi sebanyak 10 ekor saja sudah sangat banyak untuk kebutuhan pembuatan Biogas.
Sebaliknya, kotoran sapi bisa tersisa buat yang lain seperti untuk pembuatan pupuk kompos, dipakai untuk tanaman di kebunnya, seperti di antaranya buat pupuk pohon pepaya, buah naga, dan kangkung.
Keberadaan Kampung Artmoro Teritip, tempat tinggal Sadikun, memang secara administratif pemerintahan masuk wilayah Kota Balikpapan tapi atmosfirnya masih berkesan pemukiman desa.
Lahan terbuka hijau masih lebar dan luas, sebagian besar warganya mengandalkan pertanian dan peternakan sapi.
Secara jumlah kepala keluarga totalnya ada 122 Kelapa Keluarga, sebagian besar memakai gas dari biogas olahan kotoran sapi.
Hidup mengandalkan pada alam sekitar masih sangat mudah dicari, tanahnya pun subur, ditanami berbagai macam tanaman selalu berhasil, tumbuh bagus dan berbuah melimpah ruah.
“Mau cari rumput-rumput buat makanan sapi saya masih mudah di sini,” ungkapnya.
Asalkan, imbuh Sadikun, tidak bermalas-malasan.
“Saya bisa bertahan hidup disini. Ada usaha kerja keras dan kreatifitas, saya bisa berkembang disini. Saya ternak sapi awalnya hanya dua tapi lama-lama bisa puluhan ekor, kalau lagi musim lebaran haji sering saya jual laku banyak,” katanya.
Simak Videonya :
(*)