Antrean Pendaki di Ketinggian 8.600 Meter Menuju Puncak Everest, Padat, 10 Pendaki Kehabisan Napas

CNN mencatat puncak Everest berada di ketinggian 8.848 meter, suatu ketinggian di mana setiap napas hanya mengandung sepertiga oksigen

Editor: Mathias Masan Ola
(AFP/PROJECT POSSIBLE)
Antrean padat pendaki gunung di sebuah area yang dikenal sebagai zona kematian menuju puncak Gunung Everest. 

TRIBUNKALTIM.CO, KATHMANDU - Keinginan untuk menaklukkan puncak tertinggi di dunia, puncak Everest setinggi 8.848 meter begitu menggebu. Meski risiko taruhan nyawa. Pada musim pendakian Mei ini, antrean di menuju puncak sangat padat. Hanya 381 pendaki mendapat izin resmi, belum terhitung yang ilegal.

Korbanpun berjatuhan. Tercatat sudah 10 orang meninggal.

Keganasan puncak Everest sulit dihindarkan. Tercatat ada 10 pendaki dari berbagai negara yang meninggal dunia pada musim pendakian 2019. Terbatasnya waktu pendakian akibat cuaca buruk memicu antrean panjang sejumlah orang yang ingin mencapai gunung tertinggi di dunia itu.

Pendaki asal Inggris, Robin Haynes Fisher, menjadi salah satu yang tak mampu bertahan.

Sebelum meninggal pada Sabtu (25/5/2019), dia memperingatkan soal kepadatan di puncak Everest pada unggahan terakhirnya di media sosial. Robin Haynes Fisher diyakini meninggal dunia akibat penyakit ketinggian atau altitude sickness ketika berada pada ketinggian 8.600 meter, setelah turun dari puncak. "Saya berharap untuk menghindari keramaian pada hari puncak dan sepertinya sejumlah tim mendorong ke puncak pada tanggal 21," tulisnya di Instagram pada 13 Mei lalu. "Dengan rute tunggal menuju puncak, penundaan yang disebabkan kepadatan terbukti fatal," lanjutnya.

Pada pekan yang dimulai pada 20 Mei, kerumunan pendaki terjebak dalam antrean menuju puncak pada ketinggian 8.000 meter. CNN mencatat puncak Everest berada di ketinggian 8.848 meter, suatu ketinggian di mana setiap napas hanya mengandung sepertiga oksigen yang ditemukan di permukaan laut.

Melansir BBC, pendaki asal Irlandia Kevin Hyner meninggal di tendanya pada Jumat (24/5/2019) dan Seamus Lawless diyakini tewas setelah jatuh di dekat puncak. Selain itu ada satu orang Nepal, empat warga India, seorang warga Austria dan Amerika Serikat juga meninggal dunia atau hilang.

Seorang petugas jasa perjalanan setempat mengatakan kepada AFP, seorang warga India bernama Nihal Ashpak Bhagwan tutup usia karena kelelahan setelah terjebak antrean selama lebih dari 12 jam.

Sebelumnya, Nepal mengeluarkan 381 izin yang masing-masing seharga 11.000 dollar AS atau sekitar Rp 158 juta untuk musim pendakian musim semi kali ini. Setiap pendaki yang berizin dibantu setidaknya satu sherpa atau pemandu.

Namun, dengan pendeknya waktu pendakian akibat cuaca buruk, antrean sejumlah pendaki yang ingin mencapai puncak selalu meningkat setiap hari.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sebelum Meninggal, Pendaki Sebut Kepadatan di Puncak Everest Berdampak Fatal"

BACA JUGA:

TERPOPULER: Sikap Tegas Al El & Dul Jaelani pada Mulan Jameela, Bela Maia Estianty?

Media Sosial dan Whatsapp Sudah Normal, Begini Cara Hilangkan Dampak Buruk VPN Pada Ponsel

Kumpulan Ucapan Selamat Idul Fitri 2019, dalam Bahasa Indonesia, Arab, Inggris dan Jawa

Mustofa Nahrawardaya Ditangkap Polisi Terkait Cuitan Kerusuhan 22 Mei, Apakah Isinya?

Dua Eks Ketua Mahkamah Konstitusi Kompak, Sebut Hasil Pilpres 2019 Bisa Diubah, Prabowo Bisa Menang

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved