Lebaran 2019

Prediksi PWNU Jatim Kapan Lebaran 2019 Tiba, Begini Cara Penentuan 1 Syawal 1440 H

PWNU Jatim memprediksi kapan Lebaran 2019 atau 1 Syawal 1440 H. Kemungkinan puasa akan digenapkan menjadi 30 hari

Editor: Rafan Arif Dwinanto
TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HADI PRASETYO
Seorang undangan tim Rukiyatul hilal mencoba meneropong hilal menggunakan teropong Teodolite dari lantai 15 Menara Asmaul Husna Masjid Baitul Muttaqien Islami Center Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Sabtu (24/6/ 2017) Kemenag Kaltim bersama tim menunggu keputusan Kementrian Agama RI karena hilal tak terlihat di kota Samarinda. 

Perbedaan Metode Rukyatul Hilal dan Hisab yang Digunakan untuk Penentuan Hari Raya Idul Fitri

Penentuan 1 Syawal 1440 Hijriah atau Hari Raya Idul Fitri berdasarkan sidang isbat yang digelar oleh pemerintah.

Pemerintah melalui Kementrian Agama RI akan menggelar sidang isbat untuk menentukan Idul Fitri 1 Syawal 1440 Hijriah pada Senin (3/6/2019) petang ini.

Sidang isbat ini akan diikuti oleh rukyatu hilal di beberapa titik pantauan di Indonesia.

Hasil pantauan rukyatul hilal ini akan menjadi satu acuan dalam sidang isbat sebagai penentu kapan datangnya Idul Fitri.

Sidang isbat tersebut juga akan mempertemukan para tokoh dan organisasi massa Islam untuk bersama-sama menetapkan awal Idul Fitri.

Tak setiap tahun sidang ini menghasilkan ketetapan yang disepakati semua peserta.

Pada beberapa tahun terakhir, ada beberapa kali organisasi massa Islam memiliki ketetapan berbeda dengan hasil sidang isbat.

Hal ini bisa terjadi karena dasar penentuan awal dan akhir sebuah bulan yang menjadi rujukan dalam kalender Islam adalah penampakan bulan sabit muda di atas ufuk.

Penyebutan bulan sabit muda itulah cukup populer setiap menjelang puasa dan lebaran, yaitu hilal.

Perbedaan dimungkinkan muncul karena metoda yang dipakai untuk menentukan penampakan tersebut berbeda.

Sejumlah kalangan berketetapan, hilal harus secara harfiah terlihat mata sesuai kriteria tertentu pada petang hari sebelum tanggal 1 penanggalan baru.

Adapun sebagian kalangan yang lain berpendapat, bisa saja penanggalan baru sudah bisa dimulai sekalipun bulan tak bisa dilihat mata meski sudah memakai alat, selama perhitungan secara astronomi memastikan sudut ketinggian bulan di daerah tersebut sudah melewati garis ufuk sesuai kriteria tertentu.

Istilah untuk metoda yang mengharuskan penglihatan secara harfiah itu adalah rukyat.

Adapun metode menggunakan perhitungan dikenal dengan istilah hisab.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved