Kuliner

Gandrung Makanan Pedas? Beginilah Sejarah Cabai Berasal Hingga Bisa Sampai di Lidah Warga Nusantara

Ada yang suka makanan rasa pedas, selain gugah selera tentu saja kenikmatan kuliner yang ada cabai jadi lebih menantang. Tapi inilah cabai, kuliner ok

Editor: Budi Susilo
Tribunkaltim.co/budi susilo
Sudirman (bertopi), pedagang cabai di Pasar Pandansari, Kota Balikpapan sedang memilah cabai yang layak untuk dijual ke konsumen, Senin (9/1/2017).Ada yang suka makanan rasa pedas, selain gugah selera tentu saja kenikmatan kuliner yang ada cabai jadi lebih menantang. Tapi inilah cabai, kuliner ok. 

Lantas darimana kata cabai itu berasal?

Menurut Fadly, sebelum chilli dari Benua Amerika masuk ke Indonesia, ternyata masyarakat Nusantara telah mengenal tanaman bernama cabya yang memiliki nama latin Piper retrofractum vahl.

Cabya merupakan jenis tanaman dari genus lada dan sirih-sirihan yang punya sifat sebagai rempah pemedas untuk mengolah makanan.

“Merujuk pada Kamus Jawa Kuna - Indonesia dari Zoetmulder dan Robson (1997) serta riset arkeologis Timbul Haryono dalam Inventarisasi Makanan dan Minuman dalam Sumber-Sumber Arkeologi Tertulis (1997), kata cabya telah disebut-sebut dalam beberapa prasasti dan naskah kuna di Jawa dari abad ke-10 M,” lanjutnya.

Ilustrasi - Truk cabai berhenti mendadak.
Ilustrasi - Truk cabai berhenti mendadak. (Tribunkaltim.co/ilo)

Fadly melanjutkan, pada masa kuno cabya banyak tumbuh di wilayah Jawa dan masyarakat setempat menyebutnya sebagai cabe jawa atau cabai atau lombok.

Nah pada saat itu, tanaman Capsicum dibudidayakan secara masif di nusantara.

Namun ternyata hal itu menyebabkan turunnya popularitas cabya jawa.

Adapun pesaing cabya jawa yang populer adalah lada yang memiliki nama latin Piper nigrum.

Jenis bahan pemedas ini adalah salah satu komoditas rempah yang umum diperjual-belikan di Nusantara pada masa niaga rempah-rempah.

Di tengah menurunnya popularitas cabya jawa lada masih bertahan sebagai pecitarasa pedas masakan.

Namun, masyarakat Nusantara sendiri umumnya lebih memilih menyukai Capsicum ketimbang lada dengan alasan lebih nyaman di mulut dan lambung.

Atas dasar perubahan selera inilah Capsicum lantas naik statusnya menjadi bahan pemedas primadona baru di Nusantara dan disebut sebagai cabai.

Di tempat terpisah, 

Pada bulan Mei 2019, inflasi Kota Balikpapan tercatat sebesar 0,75% (mtm), meningkat dibandingkan April 2019 yang sebesar 0,25%.

Namun demikian, Inflasi Mei 2019 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulan Ramadhan selama 3 tahun terakhir yang sebesar 1,16% (mtm).

Gadis penjual sayur di Pasar Perum Paniki, Kecamatan Mapanget, Kota Manado
Penjual sayur di Pasar 
Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved