Satu Lagi Pelajar Meninggal Akibat Virus DBD, Selama 2019 Ini Sudah Delapan Kasus Kematian

"Kasusnya seminggu yang lalu, laporannya dari Rumah Sakit Kanujoso, tidak dibawa ke Puskesemas," kata Plt Kepala DKK dr Suheriyono

Penulis: Siti Zubaidah | Editor: Mathias Masan Ola
Tribunkaltim.co, Siti Zubaidah
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) dr. Suheriyono 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Satu lagi pelajar di Kota Balikpapan meninggal akibat demam berdarah dengue (DBD). Pelajar yang tak disebut namanya ini merupakan warga Kelurahan Gunung Samarinda, Kecamatan Balikpapan Utara, Selasa (25/6/2/2019).

Dinas Kesehatan Kota Balikpapan menyebutkan kematian akibat demam berdarah dengue (BDB) di Balikpapan hingga minggu ke 24 tahun 2019 ini bertambah menjadi 8 orang.

Kebanyakan merupakan anak-anak yang berusia balita. Namun, kasus terakhir merupakan pelajar anak sekolah dasar berkelamin wanita berusia 11 tahun.

Plt Kepala DKK dr Suheriyono mengatakan, laporannya terlambat dibawa orang tua ke rumah sakit, karena anaknya masih aktif bermain, namun suhu badannya panas.

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dr Suheriyono
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dr Suheriyono (Tribunkaltim.co, Siti Zubaidah)

"Kasusnya seminggu yang lalu, laporannya dari Rumah Sakit Kanujoso, tidak dibawa ke Puskesemas," kata Plt Kepala DKK dr Suheriyono.

Sementara itu, dr Esther Vonny K MMR Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendali Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Balikpapan mengatakan, tim Puskesmas sudah menyelidiki epidemiologi dalam kasus kematian di wilayah Gunung Samarinda.

Saat ini, ada 1.390 kasus dengan 8 kematian, walau jumlah kasus DBD menurun. Namun ada delapan kematian yang terus diwaspadai.

"Tetapi soal kematian ini, kita semua tau bahwa soal DBD ini virusnya ada empat macam, dan semua tipe virus ada di Kota Balikpapan, dan seorang yang sudah terinfeksi demam berdarah dengan satu virusnya, akan sensitif," kata dr Esther Vonny K MMR.

dr Esther Vonny K MMR  menjelaskan, penyakit DBD ini bukan seperti penyakit lain, ketika habis terkena satu penyakit memiliki kekebalan. Namun, kalau BDB resistantnya lemah, kena kedua kalinya pasti lebih gawat.

"Ditambah lagi dengan masyarakat yang kadang-kadang menanggangap demam itu biasa, sehingga pergi ke rumah sakit terlambat," kata dr Esther Vonny K MMR.

Baca Juga;

Sembunyikan Sabu di Bungkus Biskuit hingga Minyak Rambut, Ipang Harus Masuk Bui

Mau Urus SKCK dan SIM Gratis di Polres Balikpapan? Segera Lengkapi Persyaratannya

Untuk kasus ini anak tersebut sudah mengalami demam selama tujuh hari di rumah, dan orang tua terlambat membawa ke sarana kesehatan, ketika dibawa ke rumah sakit Kanujodos Djatiwobowo (RSKD) selama dua hari meninggal.

"BDB ini penyakit berbasis lingkungan, artinya penyakit ini timbul karena lingkungan tidak sehat. Mari lingkungan terdekat yakni rumah kita bersihkan, kita awasi sendiri.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved