Seragam KOPASSUS adalah Loreng Darah, tak Sekadar Corak, Ini Kisahnya, Sempat Dipakai Marinir AS
Warna loreng darah di seragam Kopassus ini bukan sekadar corak belaka namun memiliki makna yang mendalam dan cerita yang panjang pula.
TRIBUNKALTIM.CO - Kopassus mempunyai seragam khas warna loreng darah.
Warna loreng darah di seragam Kopassus ini bukan sekadar corak belaka namun memiliki makna yang mendalam dan cerita yang panjang pula.
Cerita mengenai seragam Kopassus warna loreng darah yang juga sempat dipakai Marinir AS ini dibahas dalam buku berjudul 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' karya Hendro Subroto.
Seperti dikutip dari Wartakotalive.com, perubahan seragam Kopassus dengan loreng darah mengalir' menjadi pakaian dinas lapangan (PDL) Kopassus terjadi saat Kolonel Moeng Pahardimulyo menjadi Danjen Kopassus, pada 1958-1964.
Dalam sejarah Kopassus, seragam loreng darah mengalir pernah melegenda saat Kopassus yang waktu itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) melakukan operasi pembersihan pemberontakan DI/TII.
Awalnya, pasukan Komando menggunakan seragam loreng dengan corak khusus yang dikenal dengan sebutan seragam loreng ‘Macan Tutul.’
Aslinya, pakaian loreng tersebut adalah buatan Amerika yang diproduksi pada masa PD-II dalam jumlah sangat besar untuk digunakan pasukan marinirnya (U.S. Marines).
Seiring dengan berakhirnya PD-II, pakaian seragam ini diberikan sebagai bantuan kepada tentara Kerajaan Belanda, yang pada akhirnya diberikan kepada angkatan perang Indonesia kaitannya dengan kemerdekaan RI.
Pakaian inilah yang kemudian dibagikan sebagai seragam khusus prajurit-prajurit satuan Komando.

Pakaian loreng Macan Tutul ini cukup terkenal sebagai ciri khas prajurit prajurit Baret Merah kala itu, utamanya di kalangan masyarakat Jawa Barat,
Hal ini lantaran Kopassus sering melakukan berbagai operasi dalam rangka menumpas gerombolan DI/TII.
Beberapa tahun kemudian, dengan semakin berkurangnya persediaan pakaian loreng Macan Tutul yang sudah tidak diproduksi lagi di negara asalnya, kemudian dilakukan upaya untuk membuat sendiri pakaian seragam khusus bagi prajurit Baret Merah.
Komandan Menparkoad Kolonel Inf Moeng Parhadimoeljo menyetujui penggunaan pakaian seragam yang dirancang dengan corak khusus yang khas dan kemudian dikenal dengan nama loreng ‘Darah Mengalir.’
Pakaian loreng baru itu secara resmi diperkenalkan kepada publik untuk pertama kali pada acara parade dan defile pasukan di lapangan parkir Senayan dalam Hari Ulang Tahun Angkatan Bersenjata tanggal 5 Oktober 1964
Pada tahun 1985, dan seiring dengan diberlakukannya kebijakan reorganisasi satuan-satuan di TNI AD, dan salah satunya mengubah Kopassandha menjadi Kopassus, penggunaan seragam khusus loreng Darah Mengalir bagi satuan inipun sempat dihapuskan.
Prajurit prajurit Baret Merah ini kemudian menggunakan seragam loreng dengan corak yang sama dengan satuan-satuan lainnya di jajaran TNI, yang digunakan hingga saat ini.
Pada tahun 1992, dirintis kembali untuk penggunaan seragam khusus loreng Darah Mengalir diberlakukan kembali untuk Kopassus dengan mempertimbangkan kepentingan pembinaan korps.
Usulan tersebut kemudian mendapat persetujuan dari komando atas dengan kebijakan bahwa penggunaannya terbatas pada acara-acara tradisi dan kegiatan-kegiatan lainnya dalam intern satuan, sedangkan pakaian dinas lapangan yang resmi tetap menggunakan pakaian seragam loreng TNI.
• Saat Misi, Kopassus Punya Cara Khusus untuk Tangkal Ilmu Gaib Musuh, 3 Pendekar Banten Diturunkan
BACA JUGA:
Sejarah Pisau Komando yang Jadi Senjata Andalan KOPASSUS, Awalnya Dipakai Polisi
Ini 4 JENDERAL TNI yang Berpengalaman Tempur Sengit di KOPASSUS, dari Benny Moerdani hingga Prabowo
Atas dasar persetujuan tersebut, pakaian seragam loreng Darah Mengalir diproduksi kembali dengan corak yang telah disempurnakan, dan sejak tahun 1992 mulai digunakan oleh prajurit-prajurit Kopassus.
Di samping itu, seragam loreng darah mengalir kopassus juga memiliki makna yang cukup mendalam
Hal ini sempat diungkapkan oleh panglima TNI Hadi Tjahjanto melalui twitternya saat memperingati HUT ke-67 kopassus kemarin
BACA JUGA:
Ini Mayor Idjon Djanbi, Danjen Kopassus I, Pria Belanda Jadi WNI, Dimakamkan Tanpa Tembakan Salvo
Prajurit Kopassus Pecundangi Pasukan Pemberontak Republik Kongo, Pakai Strategi Hantu Putih
"Loreng darah mengalir bukan sekadar corak desain belaka, namun punya makna filosofis mendalam. Prajurit Baret Merah tak pernah gentar menghadapi musuh negara, walau harus bersimbah darah," tulis Hadi Tjahjanto dalam tweet-nya
Selain seragam corak darah mengalir, satu lagi yang menjadi ciri khas kopassus adalah pisau komando
Misalnya, gapura bentuk pisau komando ketika masuk ke wilayah Kopassus di Cijantung, tugu pisau komando di pantai Permisan Cilacap tempat pembaretan prajurit Kopassus, gambar pisau komando ada di salah satu logo Kopassus
Kopassus memang identik dengan pisau komando yang memiliki dua bilah ini
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Kisah Loreng Darah Mengalir Jadi Seragam Khas Kopassus yang Melegenda, Sempat Dipakai Marinir AS, https://wartakota.tribunnews.com/2019/07/15/kisah-loreng-darah-mengalir-jadi-seragam-khas-kopassus-yang-melegenda-sempat-dipakai-marinir-as?page=all.
Editor: Andy Pribadi