Gunung Tangkuban Parahu Erupsi

Polda Jabar Tutup TWA Gunung Tangkuban Parahu 3 Hari dan Bisa Diperpanjang, 42 Warga Terkena Dampak

Polda Jawa Barat resmi menutup sementara kunjungan ke TWA Gunung Tangkuban Parahu, baik untuk wisatawan domestik maupun mancanegara,

Editor: Doan Pardede
(KOMPAS.com/ PUTRA PRIMA PERDANA)
Debu vulkanik di pinggir Kawah Ratu, pusat wisata Gunung Tangkuban Parahu, pasca-erupsi, Jumat (26/7/2019) kemarin. 

TRIBUNKALTIM.CO - Peristiwa erupsi Gunung Tangkuban Parahu pada Jumat (26/7/2019) dipastikan tidak menyebabkan adanya korban jiwa.

Namun demikian, menurut Kepala Desa (Kades) Cikole, Kecamatan Lembang, Jajang Ruhiyat, sejumlah warganya mengalami gangguan pernapasan.

“Warga Desa Cikole banyak yang mengalami gangguan pernapasan. Tercatat ada 42 warga,” kata Jajang saat ditemui di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu, Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (27/7/2019).

Jajang menambahkan, warga yang mengalami gangguan pernapasan kebanyakan adalah pedagang yang berjualan di TWA Gunung Tangkuban Parahu.

“Mereka mendapat perawatan di Puskesmas Cikole dan Poliklink Sespim Polri. 42 orang total dari dua tempat itu,” ungkapnya.

Jajang menambahkan, pihaknya saat ini masih terus memperbaharui informasi terkait kondisi Gunung Tangkuban Parahu. Dia khawatir aktivitas vulkanik yang cukup tinggi kembali terjadi.

“Ternyata statusnya masih normal. Tapi saya mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada dalam kondisi seperti ini karena potensi erupsi masih ada,” tuturnya.

Ditanya soal kesiapan evakuasi, Jajang mengatakan pihaknya sudah menyiapkan lokasi yang terbilang aman untuk warganya apabila Gunung Tangkuban Parahu meletus lebih hebat dari sebelumnya.

“Titik pengungsian sudah ditetapkan pada tahun 2012 dan 2014. Titik evakuasinya di lapangan Brimob sama di  lapangan Desa Cikole,” tandasnya.

Ditutup 3 hari

Polda Jawa Barat resmi menutup sementara kunjungan ke Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkuban Parahu, baik untuk wisatawan domestik maupun mancanegara, pasca-erupsi yang terjadi pada Jumat (26/7/2019) sore.

Keputusan penutupan tersebut dikeluarkan oleh Kepala Polda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriadi saat meninjau Kawah Ratu yang merupakan lokasi utama wisata di TWA Gunung Tangkuban Parahu, Sabtu (27/7/2019).

“Kami sudah melihat kondisi saat ini dan setelah mendengar masukan dari seluruh stakeholder kami memutuskan untuk tiga hari ini tidak boleh ada pengunjung,” kata Rudy, Sabtu (27/7/2019) pagi.

Rudy menambahkan, setelah tiga hari, TWA Gunung Tangkuban Parahu belum tentu dibuka.

Menurut dia, jika belum memungkinkan, larangan kunjungan bisa jadi diperpanjang.

Baca juga :

GUNUNG TANGKUBAN PERAHU ERUPSI, Begini Reaksi Ridwan Kamil, Ingatkan Masyarakat Jawa Barat

Gunung Tangkuban Perahu Erupsi, Simak Legenda Sangkuriang dan Dayang Sumbi

“Kami akan melihat perkembangan tiga hari ke depan walau sudah ada dasarnya dari PVMBG bahwa statusnya masih normal dan rekomendasi tidak boleh mendekati 500 meter dari bibir kawah,” tuturnya.

Salah satu pertimbangan penutupan kunjungan ke TWA Gunung Tangkuban Parahu, menurut Rudy, adalah masih tebalnya debu-debu vulkanik hasil erupsi.

Meski pihak pengelola PT Graha Rani Putra Persada (GRPP) bersikukuh akan tetap membuka loket kunjungan dengan ketentuan pengunjung hanya diperbolehkan sampai terminal Jayagiri, Rudy tetap melarang pengunjung untuk datang. “

Tidak boleh masuk dari bawah. Kami bisa lihat debunya luar biasa, harus dibersihkan dulu,” katanya.

Di tempat yang sama, Direktur Utama PT GRPP selaku pengelola TWA Gunung Tangkuban Parahu, Putra Kaban, terpaksa menerima penutupan tersebut.

“Semua punya niat baik, jadi enggak salah kalau kami ikuti,” ujarnya.

Putra Kaban menambahkan, pihaknya saat ini tidak memikirkan terkait untung rugi.

“Bukan kerugian yang kami utamakan, tapi keselamatan pengunjung paling utama. Tapi kami lihat, sekarang sudah tenang,” katanya.

Aktvitas vulkanik mulai turun

Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana (PVMBG) mencatat aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu mulai turun sejak Jumat (26/7/2019) malam hingga Sabtu (27/7/2019) pagi.

Baca juga :

PVMBG Ungkap Sejumlah Keanehan di Erupsi Gunung Tangkuban Parahu, Satunya soal Seismograf

Gunung Tangkuban Parahu Erupsi Tiba-tiba, Bikin Warga Panik, Ini Catatan Para Ahli

“Dari jam 00.00 WIB malam sudah mulai menurun. Estimasi jam 04.00 WIB  sudah terlihat ada penurunan amplitudo tremor,” kata Hendri Deratama, Peneliti Gunung Api Tangkuban Parahu saat ditemui di Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana (PVMBG), Cikole, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2019).

Selain itu, terpantau pula pada Sabtu, pukul 06.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB, ada penurunan gempa tremor dengan amplitudo dominan 3 milimeter.

“Ini menandakan kalau energinya masih ada. Selama gempa tremor masih terekam, pertanda energi masih berlangsung,” ungkapnya.

Selain itu, dari pengamatan visual di Kawah Ratu yang merupakan kawah utama Gunung Tangkuban Parahu, masih terjadi kepulan asap putih cukup tebal dari dalam kawah.

“Gempa embusan masih terjadi. Masih ada kepulan asap tapi tidak tebal,” akunya.

Dari pantauan kompas.com, sekitar pukul 10.45 WIB seismograf sempat menangkap getaran cukup tinggi dengan amplitudo maksimal 50 milimeter.

Setelah dikonfirmasi, getaran tersebut diprediksi bukan disebabkan aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu.

“Sepertinya gempa tektonik jauh. Kalau skala richternya kita enggak tahu. Posisinya juga enggak,” tuturnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Erupsi Tangkuban Parahu, 42 Warga Cikole Alami Gangguan Pernapasan" dan "Kapolda Jabar: TWA Tangkuban Parahu Ditutup Tiga Hari" dan "Pasca Erupsi, Aktivitas Vulkanik Gunung Tangkuban Parahu Mulai Turun "

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved