Musim Kemarau BMKG Berau Ingatkan Warga Tak Bakar Lahan, Sulit Dikendalikan
Titik panas sebenarnya malah lebih rendah, tapi di titik-titik tertentu bisa saja kecolongan. Karena itu, kami berharap masyarakat hindari membakar
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Sejak awal bulan Juli 2019, curah hujan di Kabupaten Berau menurun drastis jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Hal ini menandakan, wilayah Berau sudah memasuki musim kemarau.
Karena itu, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, Tekad Sumardi, mengimbau kepada masyarakat, khususnya para petani atau peladang berpindah, untuk menghindari membakar lahan, termasuk membakar sampah.
Karena tindakan ini berpotensi menimbulkan kebakaran hutan dan lahan yang sulit dikendalikan.
“Ditambah lagi dengan hembusan angin yang cukup kuat, sehingga sangat berpotensi mengakibatkan kebakaran. Karena sekarang ini musim kemarau, banyak dedaunan dan semak belukar yang mengering,” kata Kepala BMKG Berau Tekad Sumardi kepada Tribunkaltim.co, Rabu (7/8/2019).
Kepala BMKG Berau Tekad Sumardi menambahkan, anggapan masyarakat jika musim kemarau tahun ini lebih panjang dari tahun-tahun sebelumnya juga tidak tepat.
Menurut Kepala BMKG Berau Tekad Sumardi, musim kemarau ini hanya terjadi sepanjang bulan Juli hingga Oktober 2019.
Sementara, pantauan titik panas, jika dirata-rata dengan tahun sebelumnya menurun.
“Titik panas sebenarnya malah lebih rendah, tapi di titik-titik tertentu bisa saja kecolongan. Karena itu, kami berharap masyarakat menghindari aktivitas membakar lahan. Karena kebakaran lahan ini biasanya dipicu oleh pembakaran lahan,” ungkap Kepala BMKG Berau Tekad Sumardi.
Meski telah memasuki musim kemarau, namun BMKG Berau juga memprediksi kemungkinan turun hujan.
“Tapi sifatnya hanya hujan lokal saja. Hanya titik-titik tertentu, sementara sebagian besar lahan dalam kondisi kering,” imbuh Kepala BMKG Berau Tekad Sumardi.
Hujan lokal ini menurutnya dipicu karena adanya siklon pasifik yang menimbulkan angin di atas 3.000 kaki di wilayah Sulawesi dan Kalimantan. “Tetapi angin ini, angin kering, jadi harus diwaspadai,” kata Kepala BMKG Berau Tekad Sumardi.
Diberitakan sebelumnya, sejak awal tahun 2019, terhitung mulai bulan Januari hingga awal bulan Agustus ini, sedikitnya 50 hektare lahan kosong telah terbakar.
Darno, Kepala Seksi Kedaruratan, Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Berau juga mengatakan, mayoritas kebakaran lahan disebabkan oleh aktivitas pembukaan lahan dengan cara dibakar.
Kebakaran hutan dan lahan terjadi secara merata. Hampir seluruh kecamatan terjadi kebakaran hutan dan lahan. Dari 13 kecamatan di Kabupaten Berau, hanya Kecamatan Pulau Maratua yang tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Baca Juga;
Salmafina Sunan Akui Pacaran dengan Taqy Malik Sebelum Menikah, Bohongi Satu Indonesia Soal Ta'aruf
Ramalan Zodiak Rabu 7 Agustus 2019: Leo Bersinar Cerah, Manfaatkan Hari Keberuntunganmu Ini!
Memaki Saat Ditilang, Polisi Masukkan Surat Tilang ke Mulut Wanita Ini, Simak Penjelasan Kasatlantas