Cara Gubernur Ganjar Pranowo Minta Masukan Warga Jelang HUT ke 69 Jateng, Lihat Jawabannya!
Jelang Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah atau HUT ke 69 Jateng, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo melontarkan pertanyaan ke publik.
Penulis: Syaiful Syafar | Editor: Januar Alamijaya
TRIBUNKALTIM.CO - Jelang Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah atau HUT ke 69 Jateng, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo melontarkan pertanyaan ke publik.
Pertanyaan Ganjar Pranowo itu dilontarkan di media sosial sehari jelang Hari Jadi Jawa Tengah atau HUT ke 69 Jateng yang dirayakan pada Kamis (15/8/2019).
Melalui akun Twitternya, Ganjar Pranowo meminta masukan kepada masyarakat terkait Hari Jadi Jawa Tengah atau HUT ke 69 Jateng.
"Besok Jateng Ulang Tahun, apa sih yg harus kami perbaiki? Ada masukan?" tulis Ganjar Pranowo, Rabu (14/8/2019) pukul 10.15 WIB.
Beragam jawaban pun muncul dari warganet.
Ada yang menjawab serius, dan tak sedikit pula yang menjawab pertanyaan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dengan nada bercanda.
Berikut komentar warga, menjawab pertanyaan Ganjar Pranowo.
"Tolong sampaikan Ke bup/walkot yg masih Memberi gaji guru honor di Bawah 500rb mas." tulis @Gus_Raharjo.
"Pohon sepanjang Lawang Sewu harap dipangkas sering2 supaya rambunya kelihatan. Parkir bentar langsung digembok kuning ban mobilnya. padahal kata tukang parkir boleh. Rambu ketutupan daun2," tulis @heniunique.
"Bidang transportasi pak, penghubung antar daerah yang terintegrasi. Semacam KRL kalo di Jabodetabek," tulis @Yudhatama___
"Buanyakk pak...
Contoh :
Jateng sbg lumbung pangan, tp sawah terus2an dikeringkan buat perumahan
Pelayanan kesehatan masih kurang banyak. Pasien harus antri berhari2 utk pengobatan.
Transportasi publik, masih minim sekali. Jgn nunggu macet spt Jakarta baru berbenah," tulis @foxkorner.
"Pak gub tlg buat peraturan agar orang2 tdk bakar sampah bikin polusi udara. Pagi bakar sampah, sore bakar sampah, asapnya bikin sesak nafas," sahut @susi_ariyana.
"Lansia Pak. Lebih diperhatikan, apalagi banyak lansia yang ditinggal keluarganya merantau," sahut @masgrayx.
Ada juga yang menjawab dengan cuitan berikut:
Cuitan 1:
Cuitan 2:
Cuitan 3:
Cuitan 4:
Hingga Rabu (14/8/2019) pukul 14.30 WIB, cuitan Ganjar Pranowo ini sudah dikomentari ratusan orang dan diretweet puluhan kali.
Ganjar Pranowo sendiri belum memberikan komentar tambahan terkait jawaban warganya tersebut.
Sejarah Hari Jadi Jawa Tengah

Sebagai salah satu Provinsi di Indonesia, Jawa Tengah sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda yang didasarkan pada peraturan-peraturan yang berlaku pada saat itu.
Berikut sejarah singkat Hari Jadi Jawa Tengah yang dilansir laman resmi Pemprov Jateng:
A. Zaman Penjajahan Belanda
Berdasarkan Wet Houdende Decentralisatie van Het Bestuur in Nederland – Indie (Decentralisatie Wet 1903), maka pemerintahan di Jawa dan Madura terbagi atas Gewest (Karesidenan), Afdeeling/Regentschap (Kabupaten), District/Standgeemente (Kotapraja), dan Oderdistrict (Kecamatan).
B. Zaman Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukannya, Jepang mengadakan perubahan tata pemerintahan daerah, yaitu Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1942 (Tahun Jepang – 2062) yang menetapkan bahwa seluruh Jawa kecuali Vorstenkendeh (Kerajaan-kerajaan) yang terbagi dalam wilayah Syuu (Karesidenan), Si (Kotapraja), Ken
(Kabupaten), Gun (Distrik), Son Conder Distrik dan Ku (Kelurahan).
C. Setelah Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, diterbitkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 yang menetapkan Pembentukan Provinsi Jawa Tengah.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950, pembentukan Provinsi Jawa Tengah dinyatakan berlaku pada tanggal 15 Agustus 1950.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2004, bahwa tanggal 15 Agustus 1950 ditetapkan sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah.
Gubernur Jateng dari Masa ke Masa
Sejak merdeka sampai sekarang, Jawa Tengah telah dipimpin oleh 13 gubernur, yaitu:
1. Gubernur R Pandji Soeroso, periode 5 September 1945 – 12 Oktober 1945;
2. Gubernur KRT Mr Wongsonegoro, periode 13 Oktober 1945 – 4 Agustus 1949;
3. Gubernur R Boedijono, periode tahun 1949 – 1954;
4. Gubernur RMTP Mangoennegoro, periode 8 Juli 1954 – 29 Nopember 1954;
5. Gubernur R Soekardji Mangoenkoesoemo, periode tahun 1958 – 1960;
6. Gubernur Mochtar, periode 15 Januari 1960 – 5 Mei 1966;
7. Gubernur H Munadi, periode tahun 1966 – 1974;
8. Gubernur H Soepardjo Roestam, periode 28 Desember 1974 – 5 Juni 1983;
9. Gubernur H Ismail, periode tahun 1983 – 1993;
10. Gubernur H Soewardi, periode tahun 1993 – 1998;
11. Gubernur H Mardiyanto, periode I tahun 1998 – 2002 dan periode II 2003 – 2007;
12. Gubernur H Ali Mufiz, periode 28 September 2007 – 22 Juni 2008;
13. Gubernur H Bibit Waluyo, periode tanggal 23 Agustus 2008 – 23 Agustus 2013.
14. Gubernur H Ganjar Pranowo, periode 23 Agustus 2014 sampai dengan sekarang.
Cerita Ganjar soal Tas Warganya yang Dikira Setara Louis Vuitton
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo angkat suara soal warganya tak bisa menjual barang daganganya di Festival Indonesia Moskow 2019.
Baru-baru ini Ganjar Pranowo membagikan video kemeriahan Festival Indonesia Moskow di channel YouTubenya.
Ganjar Pranowo memimpin lansung delagasi Jawa Tengah untuk pameran di Festival Indonesia Moskow, Rusia.
Festival tersebut berlangsung pada 2-4 Agustus 2019.
Ada sebanyak 2000 booth dari 1000 peserta berbbagi provinsi.
Adapun yang dipamerkan mulai dari produk UMKM hingga pertunjukkan seni budaya.
"Lagi di festival Indonesia di Moskow, tiap provinsi hadir kita coba jualan," ujar Ganjar Pranowo seperti dilansir TribunJakarta dari YouTube Ganjar Pranowo.

Ganjar Pranowo mengatakan bahwa produk yang dijual cukup diminati warga Rusia.
"Ternyata produk kita cukup diminati dan banyak mereka yang mencoba jualan di sini," ungkap Ganjar Pranowo.
"Orang Rusia sangat tertarik termasuk mereka coba investasi dan ini saya kira yang terbesar selama empat tahun yang pernah ada," tambahnya.
"Yang menarik banyak orang Rusia ikut menari ikut nyanyi Indonesia Raya," lanjutnya.
Namun begitu, ada hal yang justru membuat Ganjar Pranowo heran.
Pasalnya, satu peserta dari Jawa Tengah tidak dapat membawa produk dagangannya untuk dipamerkan di festival tersebut.
Adalah produk tas Roro Kenes asal Semarang yang malah tertahan di bandara.
Tas tersebut dinilai setara dengan merek terkenal seperti Louis Vuitton yang harganya mencapai ratusan juta rupiah.
Padahal, harga tas yang dijual Syanaz kisaran Rp 1 jutaan.
"Jadi pada saat saya datang entah kenapa saya tau tau mereka udah menunjuk pada barang saya," ucap Syanaz.
"Barang saya kebetulan dibagi jadi dua troli,"tambahnya.
Syanaz pun merasa janggal karena dirinya melihat orang lain yang membawa produk serupa dengan jumlah yang nampak lebih banyak justru tidak dipermasalahkan.
"Anehnya pada saat itu juga ada yang membawa barang sama seperti saya, tas. Dua koper besar penuh itu mereka hanya diminta membuka dan menutup, lewat," jelasnya.
"Sementara saya tidak saya dimasukkan ke dalam ruangan," sambungnya.
Lebih lanjut Syanaz mengatakan bahwa dirinya di dalam ruangan tersebut selama empat jam.
"D i situ sekitar ada empat jam lebih, sendiri dan ada sekitar ada 15 orang untuk mengkurasi produk saya," ungkap Syanaz.
Ada beberapa hal yang menjadi catatan untuk produk Syanaz.
"Satu mereka tidak percaya harga saya, yang kedua mereka tidak percaya saya yang membuat dan mereka mengira itu terbuat dari kulit eksotis padahal itu sebenarnya itu terbuat dari kulit domba dan kambing, akhirnya barang saya ditahan," tuturnya.
Syanaz menyebut jika dirinya telah mengikuti aturan yang ada.
"Keseluruhan barang saya ditahan. Padahal sebenarnya semua ketentuan sudah saya penuhi," tambahnya.
"Sepuluh biji itu adalah tas kulit sisanya ada gift yang disediakan untuk stan jawa tengah berupa tas karung goni. Harganya tidak lebih dari delapan dollar padahal. Saya produksi di Semarang," tambahnya.
Syanaz pun mengaku bangga dengan produknya yang kini sudah dijual di Jepang.
"Saya dengan bangga saya akan mengatakan bahwa saya adalah warga semarang warga jawa tengah
orangnya Pak Ganjar," jelasnya.
"Terus terang saya cukup bangga walaupun sedih karena produk saya dikira oleh pihak Moskow di sini sebagai produk premium sekelas branded dan kata-kata dari mulu mereka ketika saat saya mencuri dengar adalah 'this is good stuff'," sambungnya.
Sementara itu Ganjar Pranowo turut menyayangkan atas hal itu.
"Yang menarik mereka tidak percaya kalau barang ini relatif murah mereka maunya mahal," ujar Ganjar Pranowo.
Ganjar Pranowo meyakini bahwa produk yang dihasilkan Syanaz diakui kualitasnya.
"Kita punya produksi bagus dan mereka mengakui secara tidak lansung," tuturnya.
"Gara-gara ini semua kita beljar bahwa produk kita sudah berbicara di dunia internasional," lanjutnya.
Ganjar Pranowo lantas berkelakar soal harga yang diujai Syanaz.
"Dikira ini harganya ratusan juta, harganya ini cuma 90 dollar sekitar Rp1 juta, fitnah ya tapi menarik juga. Kalau begitu kita jual ratusan juta aja," kata Ganjar Pranowo berseloroh. (*)