Kisah Pilu Balita Diduga Gizi Buruk Akhirnya Meninggal Dunia: Mak Adek Sakit, Mau Pulang

Hafizah (4 tahun), balita ini diduga mengalami gizi buruk dan meninggal di Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo

Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Rafan Arif Dwinanto
tribunkaltim.co/Muhammad Fachri Ramdhani
Foto kenangan alamarhumah Hafizah Kaira Lubra (4), Balita yang diduga mengidap gizi buruk di kota Balikpapan Kalimantan Timur. Sang ibu Sri Nuryati (40) tampak tertunduk saat ditemui Tribunkaltim.co di rumah duka yang terletak di Jalan Sangga Buana Dalam RT 068 Batu Ampar Balikpapan Utara, Minggu (1/9/2019). 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Sri Nuryati (40) masih ingat jelas anak bungsunya tidur di kasur pembaringan rumah sakit.

Anaknya memakai baju terusan warna pink bergaris biru di tengah.

Baju itu merupakan pakaian kesukaan anaknya.

Sembari jalan Sri mengelus kening anaknya.

Kasur rumah sakit yang dibawahnya terdapat roda-roda, membawa anaknya menuju ruang ICU, Minggu (1/9/2019) sekitar 10.00 Wita.

Namanya Hafizah Kaira Lubra (4), terakhir kali ia menatap ibunya, senyum mengembang di pipinya.

Kendati masih bisa bercanda seperti anak seusianya, Sri yakin anaknya menahan sakit luar biasa di dalam tubuhnya.

Sejam berselang.

Ia dipanggil petugas rumah sakit ke dalan ruangan penindakan.

Ia melihat anaknya sudah tak sadarkan diri.

Tubuh Hafizah dikelilingi selang dari berbagai sudut.

Petugas medis tampak menggenggam alat pacu jantung.

Pipi Sri seketika basah.

Air mengucur dari atas kantung matanya.

Ia keluar ruangan.

Tak tahan melihat apa yang di pandangnya.

Minggu (1/9/2019) sekitar 11.00 Wita, Hafizah Kaira Lubra (4) dinyatakan meninggal dunia.

Ia diduga mengidap gizi buruk.

Sebelum dimakamkan di pekuburan Telindung, berat terakhirnya sekitar 7 kilogram.

"Sudah sekitar setahun ini berat badan adek turun.

Terakhir ditimbang 7 kilogram.

Susah makan dia," kata Sri saat ditemui Tribunkaltim.co di rumah duka yang terletak di Jalan Sangga Buana Dalam RT 068 Batu Ampar Balikpapan Utara, Minggu (1/9/2019).

Kali kedua Hafizah masuk ke rumah sakit.

Yang pertama pada Januari 2019 lalu.

Hafizah mulai terserang diare.

Makin lama makin akut.

Sri memutuskan membawa ke Rumah Sakit dr Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Kata dokter, Hafizah mengidap Pneemonia.

Semacam penyakit infeksi paru-paru.

Namun usai ditangani sekitar seminggu di rumah sakit, kondisinya membaik.

Hafizah pun pulang.

Nah, beberapa bulan belakangan ia kembali sukar makan.

Diarenya mulai kambuh.

Bila disuapi makan selalu dimuntahkan.

Bibir Hafizah sampai luka-luka.

Tampak kering.

Tak mau dia makan pakai nasi.

"Biskuit-biskuit dari puskesmas itu makannya, sama buah.

Kalau nasi, ya, sedikit.

Kebanyakan dimuntahkan," kenang Sri.

Puncaknya anak kelima Sri tersebut mengerang kesakitan, Minggu (1/9/2019) sekitar 02.00 Wita dini hari.

Sri panik.

Pengalaman pertamanya memasukkan anaknya ke Rumah Sakit lewat jalur umum.

Ia mesti bayar seluruh perawatan yang tak bisa dibilang murah.

Kendati demikian, istri Sopir yang bekerja di Melak tersebut nekat membawa anaknya ke Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan.

Tak ada BPJS Kesehatan.

Yang ada di pikirannya Hafizah harus ditangani dokter.

Hafizah sempat masuk UGD untuk dilakukan penanganan.

Sampai pagi ia dirawat di sana, sebelum diputuskan dipindah ke ruang ICU.

Pagi harinya, ia menghembuskan nafas terakhir.

"Seingat saya kata dokter mau dipindah ke ruang NICU-PICU.

Adek kekurangan cairan.

Diduga gizi buruk," tuturnya.

Proses pelayanan di BPJS Kesehatan
Proses pelayanan di BPJS Kesehatan (Tribunkaltim.co/ Samir Paturusi)

Bagi Sri, kepusingan membayar uang Rumah Sakit, tak sebesar kesakitannya kehilangan putri kecilnya.

Uang masih bisa dicari, batinnya.

Padahal ia sudah berencana mengurus akta kelahiran Hafizah, untuk dimasukkan ke KK.

"Ndak bisa pakai BPJS.

Adek belum ada akta dan masuk KK, namanya.

Hanya itu yang mesti dilengkapi urus BPJS Kesehatan.

Rencananya Senin ini urus, tapi adek dipanggil duluan," katanya.

Hafizah merupakan anak perempuan yang manja.

Tak bisa ia terlelap bila tak disentuh tangan ibunya.

Usapan Sri selalu menenangkan Hafizah, bila di rumah mengeluh sakit.

Malam sewaktu ia dirawat di UGD rumah sakit, hanya tangan Sri yang mampu menguatkan Hafizah.

Elusannya pun membuat anak perempuannya akhirnya bisa tertidur.

"Dia manggil malam-malam.

Minta usap.

Tanganku begini (mengusap) enak dia.

Kalau gak, dia gak bisa tidur.

Dia sempat bilang, Mak sakit.

Adek Sakit.

Mau pulang.

Begitu," beber Sri, wajahnya tertunduk, ia mengusap kepala kakak Hafizah, anaknya yang ke-empat yang berbaring tepat di hadapannya.

Tak ada yang bisa dilakukan manusia bila tuhan berkehendak.

Sri pun berusaha keras mengikhlaskan kepergian anak perempuannya itu.

Bila memang hal itu jadi jalan terbaik bagi Hafizah agar ia tak merasakan sakit berkepanjangan.

Semua yang bernyawa pasti berpulang, begitulah keyakinan ibu beranak lima.

"Semoga adek tenang," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved