Breaking News

Kecelakaan Tol Cipularang

Kecelakaan Tol Cipularang: Ahli Sebut Ada Gelombang Magnet Pengganggu, Bisa Picu Halusinasi

Untuk menetralkan gelombang negatif di tol Cipularang tersebut, di suatu lokasi perlu ditanam kumparan khusus terbuat dari tembaga murni

Editor: Doan Pardede
Tangkapan layar video yang diunggah akun twitter Radio Elshinta.
Kecelakaan beruntun di Cipularang 

Sedangkan selebihnya hingga ke Padalarang, berada di tanah batuan vulkanik.

Mendirikan suatu struktur bangunan di atas batuan sedimen yang terbentuk pada zaman tersier ini memang bukan perkara mudah. Umur batuan muda, sekitar lima juta tahun, membuat sifat pergeserannya tinggi alias gampang longsor. Longsoran-longsoran kecil bahkan sudah terjadi jauh sebelum pembangunan dilakukan.

Baca juga : 

Mobilnya Terbang 5 Meter saat Kecelakaan Maut di Tol Cipularang, Pria Ini Hanya Alami Lecet

Kendaraan Lain Rusak dan Terbakar, Ajaib Bus Ini Cuma Lecet saat Kecelakaan Maut di Tol Cipularang

Masalah mulai timbul ketika batuan lempung yang dikupas kemudian terpapar udara atau air hujan. Kandungan mineral monmorilonit di dalam batuan akan mengembang.

Apalagi kadar monmorilonit di dua wilayah itu tergolong tinggi, bahkan di atas 50%. Batuan Lempung Subang dan Batuan Lempung Purwakarta seperti dibangkitkan dari tidur panjangnya.

Sebenarnya, kondisi tadi bisa diantisipasi. Paling tidak, Dr. Imam Sadisun, geolog dari Institut Teknologi Bandung meyakinkan, antisipasi sang kontraktor (dalam hal ini PT Adhi Karya) terhadap ancaman longsor di Cipularang umumnya sudah baik. Ini sesuai dengan perencanaan awal proyek.

“Kita bisa melihat potongan lereng yang cukup landai di (wilayah) batuan lempung ini. Juga adanya treatment timbunan tanah, jaring-jaring, ditambah drainase. Jadi, secara teoritis aman-aman saja,” jelas Imam. Jika kebetulan melintasi Cipularang, kita dapat menyaksikan sendiri antisipasi yang dimaksud. Dari jalur A (ke arah Bandung) antisipasi itu berada di kanan jalan.

Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, Jawa Barat, Senin (2/9/2019).
Kecelakaan beruntun di Tol Cipularang, Jawa Barat, Senin (2/9/2019). ((KOMPAS TV))

Wilayah batuan sedimen yang dilintasi langsung badan jalan bahkan tidak terlalu panjang. Sekitar 800 m, antara Km 91 - 92, yang menghubungkan Desa Pasir Munjul, Kecamatan Sukatani, dengan Kecamatan Pasir Honje.

Dengan segala pertimbangan, bahkan sempat mengemuka pemikiran untuk membangun sebuah jembatan di atasnya. Jembatan memang lebih mudah dikerjakan, meski biayanya tidak murah.

Namun, entah mengapa, keputusan yang belakangan diambil justru menimbun wilayah yang labil itu. Timbunan setinggi 35 m dan menghubungkan dua bukit itu konon merupakan yang tertinggi di Indonesia!

Terhadap solusi itu, Imam menyatakan tidak keberatan, karena secara teknis hal itu dapat dilakukan.

“Tapi syaratnya, harus dilakukan investigasi longsoran secara detail dan akurat. Penyelesaiannya juga jangan setengah-setengah,” tandasnya. Namun, hingga jalan tol resmi digunakan, ia mengaku belum melihat pemetaannya.

Baca juga :

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved