Erau 2019
Intip Ritual Merangin di Kesultanan Kutai, Undang Mahluk Gaib Hadir Pada Pesta Adat Erau Pekan Depan
Pesta Adat Erau yang jadi festival tahunan di Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara, bakal digelar pekan depan.
Penulis: Rafan Arif Dwinanto |
Menurut riwayat yang diyakini masyarakat Kutai secara turun temurun, Erau bermula sejak abad ke-12 Masehi.
Catatan sejarah menyebutkan Erau pertama kali berlangsung saat Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia belia.
Ia dikemudian hari diangkat menjadi sultan pertama Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Seiring perjalanan waktu, Kesultanan Kutai kemudian bergabung dalam wilayah Republik Indonesia.
Sampai dengan tahun 1960, Kutai berstatus Daerah Istimewa dengan Sultan sebagai kepala daerah.
Setelahnya, status Kutai beralih menjadi kabupaten dan kepala pemerintahan dipegang oleh bupati.
Peralihan ini menjadi penanda berakhirnya era Kesultanan Kutai yang telah berdiri selama lebih dari 7 abad.
Meski demikian, Erau sebagai salah satu peninggalan budaya dari Kesultanan Kutai tetap bertahan.
Erau yang dilangsungkan menurut tata cara Kesultanan Kutai terakhir kali diadakan pada tahun 1965.
Kemudian, atas inisiatif pemerintah daerah dan izin dari pihak Kesultanan, tradisi ini mulai dihidupkan kembali pada tahun 1971.
• Festival Erau 2018, Ribuan Warga Makan Lesehan Bareng Putra Mahkota dan Plt Bupati di Jalanan
• Di Pembukaan Festival Erau, Gubernur Awang Faroek Doakan Rita Widyasari
• 6 Negara Tampilkan Tarian Pembukaan di Festival Erau 2018
Hanya saja, penyelenggaraannya tidak satu tahun sekali melainkan menjadi dua tahunan dan dengan beberapa persyaratan.
Sejak saat itulah pelaksanaan Erau menjadi ajang pelestarian budaya warisan Kesultanan Kutai dan berbagai etnis yang hidup di dalamnya.
Erau dilangsungkan bertepatan dengan hari jadi Kota Tenggarong, yaitu setiap tanggal 29 September.
Tetapi, sejak tahun 2010, pelaksanaan festival ini dimajukan menjadi Bulan Juli karena menyesuaikan dengan musim liburan sehingga lebih banyak wisatawan yang datang.
Festival ini dimeriahkan oleh beraneka kesenian, upacara adat dari Suku-suku Dayak, dan lomba olahraga ketangkasan tradisional.
Tahun 2013 menjadi penanda era baru dari pelestarian budaya warisan Kutai Kartanegara.

Untuk pertama kalinya, Erau disandingkan dengan perhelatan budaya tradisional dari berbagai negara. Dalam perhelatan bernama Erau International Folklore and Art Festival (EIFAF), kini menjadi TIFAF.
Berbagai kesenian dan tradisi di lingkup Kesultanan Kutai bersanding dengan warisan budaya dunia dari berbagai bangsa di penjuru dunia.
Ajang ini sekaligus memperkenalkan peninggalan kearifan lokal masyarakat Kutai kepada dunia.
Para delegasi dari berbagai negara diundang untuk ikut terlibat dalam berbagai ritual adat yang berlangsung selama pelaksanaan Erau. (*)