Kabut Asap Masih Tebal, Sebagian Nelayan di Tarakan Tetap Melaut, Diimbau Wajib Pakai Pelampung
Sejumlah nelayan di Tarakan memilih untuk tidak melaut karena sejak pagi hingga siang hari kabut asap masih cukup tebal
TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN - Kabut asap yang terjadi di Kota Tarakan Provinsi Kaltara, ternyata memberikan dampak terhadap nelayan tradisional di Kota Tarakan.
Ketua Nelayan Tradisional Kaltara, Rustan mengatakan, sejak pagi hingga siang hari kabut asap masih tebal, sehingga beberapa nelayan memilih untuk tidak melaut.
"Nelayan yang tidak melaut menyandarkan perahunya di dermaga Pelabuhan. Namun ada sebagian yang tetap melaut meskipun kabut asap masih tebal," ujarnya, Minggu (15/9/2019).
Rustan mengatakan, sebagian nelayan memilih masih melaut karena angin dan gelombang laut masih normal dua mil dari daratan.
"Apalagi saya juga himbau kepada nelayan dalam melaut wajib menggunakan pelampung, karena kondisi cuaca yang agak memburuk,"ujarnya.
Rustan, berharap kabut asap yang terjadi di Kota Tarakan ini dapat berakhir, agar nelayan dapat kembali melaut.
Pasalnya melaut mencari ikan inilah pekerjaan nelayan untuk mencari nafkah bagi para keluarganya.
"Kita sama-sama berdoa biar kabut asap di Kota Tarakan dapat berkurang dan nelayan dapat kembali beraktivitas seperti biasa mencari ikan di laut," katanya.
Seperti diketahui, kabut asap yang terjadi di Kota Tarakan merupakan kabut asap kiriman dari Kabupaten Berau dan Kabupaten Bulungan.
Kebakaran lahan di Samarinda
Asap kiriman dari Provinsi lain ke Samarinda sudah cukup mengkhawatirkan.
Hal itu ditambah dengan sejumlah kejadian kebakaran lahan yang juga terjadi di Kota Tepian.
Minggu (15/9/2019) hari ini, hingga pukul 17.30 Wita, data dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Samarinda, terdapat enam titik kebakaran lahan yang terjadi.
Enam titik kebakaran lahan yang terjadi diantaranya :
1. Jalan Telkom, Pelita 7, Sambutan, RT 20. Pukul 14.51 Wita