3 Bulan Sebelum G30S/PKI Meletus, Ahmad Yani Sempat Berkunjung ke Kaltim dan Mendarat di Sepinggan

3 bulan sebelum peristiwa G30S/PKI meletus, Jenderal Ahmad Yani ternyata sempat mengunjungi Kaltim

Penulis: Doan Pardede | Editor: Budi Susilo
NET/Tribun Manado
7 korban keganasan G30S/PKI 

TRIBUNKALTIM.CO - Indonesia memiliki sejarah kelam 54 tahun silam, yakni peristiwa Gerakan 30 September PKI atau dikenal dengan G30S/PKI.

Peristiwa G30S/PKI tersebut tepatnya terjadi pada tanggal 30 September 1965 di Jakarta dan Yogyakarta.

Dalam peristiwa G30S/PKI tersebut, sejumlah jenderal TNI diculik, dibawa paksa ke daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur kemudian dibunuh.

Berikut 10 nama pahlawan Revolusi atau Pahlawan Nasional yang dirangkum TribunKaltim.co dari TribunStyle.com :

1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani

Beliau merupakan komandan TNI AD yang lahir pada tahun 19 Juni 1922 di Purworejo.

Pembantaian terhadapnya disebabkan beliau sangat menentang keberadaan faham komunis di tanah air.

Kemudian beliau diculik dari tempat tinggalnya lalu dibantai di Lubang Buaya.

2. Letnan Jenderal Anumerta Suprapto

Letnan Jenderal Anumerta Suprapto adalah salah satu pahlawan nasional yang lahir di Purwokerto, 20 Juni 1920.

Belia juga diculik dari rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya.

Sebelum akhirnya tewas di tangan PKI, beliau pernah meredam beberapa pemberontakan PKI di berbagai wilayah seperti Semarang dan Medan.

3. Letnan Jenderal Haryono

Letnan Jenderal TNI Anumerta atau Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono) lahir di Surabaya, 20 Januari 1924.

Letjend yang mengerti 3 bahasa asing ini juga diculik pada saat hari kejadian.

Kemudian dibantai di Lubang Buaya.

4. Letnan Jenderal Siswondo Parman

Siswondo Parman atau lebih dikenal dengan nama S. Parman adalah salah satu pahlawan revolusi Indonesia dan tokoh militer Indonesia.

Lahir di Wonosobo, 4 Agustus 1918.

Beliau merupakan perwira intelijen yang dekat dengan PKI serta mengetahui kegiatan rahasia mereka.

Namun saat ditawari bergabung dengan faham komunis, S Parman menolak.

Karena itulah beliau meninggal dibunuh pada persitiwa Gerakan 30 September dan mendapatkan gelar Letnan Jenderal Anumerta.

Otak pembantaiannya yakni kakaknya sendiri Ir. Sakirman yang merupakan petinggi PKI saat itu.

5. Mayor Jenderal Pandjaitan

Brigadir Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan lahir di Sumatera Utara, 19 Juni 1925.

Beliau dan bersama para pemuda anak bangsa lain yang dulunya merintis pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang merupakan cikal bakal TNI saat ini.

Saat itu beliau menggunakan seragam militer lengkap ketika tahu bahwa sekelompok anggota OKI datang ke rumahnya dan telah membunuh pelayan serta ajudannya.

Segera setelah beliau menantang para pemberontak itu, peluru langsung menghujam tubuhnya dan mayatnya dibawa ke Lubang Buaya.

6. Mayor Jenderal Sutoyo Siswomiharjo

Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo lahir di Kebumen, 23 Agustus 1922.

Beliaujuga diculik di rumahnya dan dibantai di Lubang Buaya.

Para penculik mengatakan Mayjen Sutoyo dipanggil oleh Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno, tapi ternyata itu bohong.

7. Kapten Pierre Tendean

Kapten CZI Anumerta Pierre Andreas Tendean lahir 21 Februari 1939.

Meninggalnya masih sangat terlalu muda, yakni umur 26 tahun.

Beliau merupakan pahlawan revolusi satu-satunya yang tak berpangkat jenderal namun memiliki keberanian yang membara.

Berkat keberaniannya, atasan beliau dapat lolos dengan mengakui diri sebagai A.H. Nasution.

Kapten Pierre Tendean dibunuh lalu dibantai di Lubang Buaya.

8. AIP Karel Satsuit Tubun

Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun (KS Tubun) lahir di Maluku Tenggara, 14 Oktober 1928.

Beliau adalah satu-satunya perwira selain anggota TNI yang menjadi korban pembantaian PKI.

Saat peristiwa berlangsung, beliau merupakan ajudan dari Johanes Leimena yang saat itu merupakan menteri di kabinet Soekarno.

Pak Leimena ternyata adalah tetangga dari Jenderal A.H. Nasution yang merupakan target PKI.

KS Tubun yang mendengar keributan pada saat PKI mengepung rumah A.H. Nasution lalu melepas tembakannya.

Namun sayang, jumlah anggota PKI yang terlalu banyak membuat KS Tubun pun gugur seketika setelah peluru menembuh tubuhnya.

9. Brigadir Jenderal Katamso Darmokusumo

Brigjen Anumerta Katamso Darmokusumo lahir di Sragen, 5 Februari 1923.

Tak seperti pahlawan revolusi sebelumnya, Brigjen Katamso pada hari terjadi pemberontakan sedang bertugas di Yogyakarta.

Beliau kemudian diculik, dipukuli tubuhnya dengan mortar motor.

Kemudian dimasukkan ke lubang yang sudah disiapkan anggota PKI.

Peristiwa ini terjadi di wilayah Kentungan.

10. Kolonel Sugiono

Kolonel Anumerta R. Sugiyono Mangunwiyoto, lahir di Gunung Kidul, 12 Agustus 1926.

Beliau bersama Brigjend Katamso merupakan korban penculikan PKI di daerah Yogyakarta.

Keduanya dikuburkan pada lubang yang sama dan mayatnya diketemukan setelah 20 hari berlalu.

Ahmad Yani kunjungi Samarinda 3 bulan sebelum G30S/PKI meletus

3 bulan sebelum G30S/PKI meletus, Pahlawan Revolusi Ahmad Yani ternyata sempat berkunjung ke Kaltim, yang saat ini ditunjuk menjadi lokasi ibu kota baru Indonesia.

Kedatangan Ahmad Yani ini diketahui dari unggahan akun facebook Muhammad Sarip dari Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB) bulan Februari 2019 lalu.

Saat itu, Muhammad Sarip mengunggah salah satu aktivitas penting Kaltim Abdoel Moeis Hassan, tokoh asal Kaltim yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional saat menjabat Gubernur Kaltim.

Dalam unggahannya, Muhammad Sarip juga turut menyertakan foto saat Jenderal Ahmad Yani disambut oleh Gubernur Kaltim saat itu Abdoel Moeis Hassan dan Pangdam IX Mulawarman Brigjen Sumitro di Bandara Sepinggan Balikpapan, yang kini sudah berganti nama menjadi Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan.

"Tiga bulan sebelum menjadi korban Gerakan 30 September 1965, Menteri Panglima Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani berkunjung ke Kaltim. Saat mendarat di Bandara Sepinggan Balikpapan, Jenderal Yani disambut oleh Gubernur Abdoel Moeis Hassan dan Pangdam IX Mulawarman Brigjen Sumitro.

Foto langka ini disumbangkan langsung oleh pemotretnya, Harsono, kepada Dinas Kebudayaan Kota Samarinda, baru-baru ini.

Sebagai pemimpin daerah di wilayah yang menjadi arena langsung gerakan Dwikora (Ganyang Malaysia dan anti-nekolim), Abdoel Moeis Hassan punya peran penting. Pejuang '45 ini berhasil menjaga stabilitas politik di Kaltim, antara lain dengan mencegah aksi radikal massa dan tentara yang akan membakar keraton Sultan di Tenggarong pada 1964.

Tokoh pahlawan Kaltim ini telah menyelamatkan warisan budaya Kutai. Dalam waktu dekat, sejarah perjuangan Abdoel Moeis Hassan akan diseminarkan secara nasional," kata Muhammad Sarip.

Muhammad Sarip sendiri ketika dikonfirmasi, Selasa (26/2/2019) mengatakan bahwa seputar kedatangan Jenderal Ahmad Yani tersebut pernah diceritakan langsung oleh Harsono, fotografer yang mengabadikan momen Jenderal Ahmad Yani tiba di Sepinggan saat itu.

(TribunKaltim.co/Doan Pardede)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved