Darurat Kabut Asap

Bahaya, Satwa Langka di Tahura Lati Petangis Butuh Diselamatkan, Terancam Akibat Karhutla di Paser

Bencana karhutla di Kabupaten Paser mengancam kelestarian sejumlah jenis satwa langka yang menghuni Tahura Lati Petangis

Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto
Recky – Free Divers Berau
Kebakaran hutan di kanan-kiri jalan menuju Kampung Tanjung Batu, sejak Minggu (1/9/2019) ini menutup akses warga dan wisatawan yang hendak menuju Pulau Derawan dan sekitarnya. Hingga kini, BPBD Berau belum dapat memastikan api sudah padam atau belum 

Fasilitas dapur umum ini diperlukan dalam aksi penyelamatan Taman Hutan Raya atau Tahura Lati Petangis dari bahaya kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Kabupaten Paser.

Seperti disampaikan Kabid Pengelolaan Tahura DLH Kabupaten Paser Teguh Hariyanto kepada Tribun Kaltim.co.

"Kita sudah ke Dinsos untuk minta dukungan dapur umum.

Besok (Rabu,18/9/3019) ada gerakan penyelamatan Tahura dari Karhutla," kata Teguh Hariyanto, Selasa (17/9/2019).

Kerusakan Tahura Lati Petangis akibat karhutla di Kabupaten Paser, menurut Teguh, sudah cukup parah.

Minimal 500 hektar area Tahura Lati Petangis yang sudah hangus terbakar.

"Yang 50 hektare itu bagian luarnya saja.

Ke dalamnya lebih luas yang terbakar, minimal 500 hektare," ucapnya.

Danau Tahura Lati Petangis Kabupaten Paser
Danau Tahura Lati Petangis Kabupaten Paser (tribunkaltim.co)

Bidang Pengelolaan Tahura DLH Kabupaten Paser sendiri sudah melakukan upaya pemadaman sejak beberapa pekan yang lalu.

Namun segala upaya itu tak mampu membendung meluasnya area Tahura Lati Petangis yang terbakar.

"Kita sudah membuat sekat bakar untuk memutuskan rembetan api.

Itu (sekat bakar) seperti ditertawakan saja sama api.

Dengan hembusan angin yang kencang, daun atau ranting yang masih ada baranya terbang untuk kemudian membakar area lahan lainnya," kenangnya.

Karena itu, untuk aksi penyelamatan Tahura Lati Petangis besok, para pecinta lingkungan dan relawan siaga bencana diharapkan membawa jerigen untuk menampung air.

Sehingga bisa diangkut melalui sela-sela pepohonan.

Selama musim kemarau ini, bukan hanya rumput dan semak belukar saja yang kering.

Permukaan tanah juga kering.

Sedikit saja yang terbakar, api akan cepat membesar dan sulit dipadamkan.

"Pagi sudah kita padamkan, sorenya sudah menyala lagi.

Itu bisa diakibatkan masih ada bara api dibekas area yang kita padamkan atau bara api di lokasi kebakaran yang lain tertiup angin kencang ke lokasi bekas yang dipadamkan tadi," ungkapnya.

Untuk itu, strategi aksi besok adalah memadamkan bekas lahan yang terbakar hingga digaris lahan yang terbakar.

"Pemadaman dengan mengikuti rembetan api, kalau bekas lahan yang terbakar benar-benar padam, tidak ada lagi bara api yang akan menyulut kebakaran lagi," tambahnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved