Ratusan Relawan Berjibaku Selamatkan Satwa dan Pohon Langka di Tahura Lati Petangis
Ratusan relawan siaga bencana datang ke Tahura Lati Petangis untuk selamatkan pohon dan satwa langka dari karhutla di Kabupaten Paser
TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER - Ratusan tim gabungan dan relawan siaga bencana kebakaran hutan dan lahan atau karhutla Kabupaten Paser, Rabu (18/9/2019), memenuhi panggilan Taman Hutan Raya atau Tahura Lati Petangis, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser.
Setidaknya sudah 320 hektar lahan Tahura Lati Petangis yang hangus terbakar.
Sebelum api yang telah dipadamkan menyala kembali, tim gabungan dan relawan memastikan lahan bekas kebakaran benar-benar padam.
Seperti disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Paser H Abdul Basyid kepada Tribun Kaltim.co.
"Sebenarnya sudah padam oleh kru DLH, cuma masih ada pohon-pohon mati yang ikut terbakar belum benar-benar padam.
Ini berpotensi menyala lagi dan menimbulkan hot spot baru," kata Basyid.
Hal-hal seperti inilah yang diantisipasi dengan mengundang tim gabungan dan relawan, yakni dengan memadamkan bara api pada kayu-kayu yang ikut terbakar.
"Ini penting karena Tahura Lati Petangis menjadi habitat satwa langka dan pohon-pohon khas Kalimantan," sambungnya.
Sebagai lahan konservasi yang berbatasan dengan lahan masyarakat, lanjut Basyid, Tahura tak lepas dari ancaman karhutla di Kabupaten Paser.
"Api di Tahura Lati Petangis ini berawal dari lahan masyarakat, yang merembet ke lahan Tahura," ucapnya.
Sementara itu, Kabid Pengelolaan Tahura Lati Petangis, Teguh Hariyanto mengatakan aksi penyelamatan Tahura ini didukung 30 personil Bina Fisik (Binsik) Kodim 0904/Tng, 30 personil Anggota Satpol PP, 15 orang personil Polres dan Polsek, serta 30 kru Tahura dan relawan, belum termasuk personil Dinsos Paser.
"Teknisnya kita menyisir lahan-lahan yang baru terbakar.
Yang masih ada bara apinya kita padamkan agar tidak menyala lagi.
Aksi ini kita agendakan 1 hari dan disambut antusias oleh teman-teman, semoga bisa dituntaskan dalam satu hari," tambahnya.

Satwa Langka Terancam
Bencana karhutla di Kabupaten Paser mengepung Tahura Lati Petangis.
Akibatnya, hewan langka yang selama ini menghuni Tahura Lati Petangis pun terancam punah.
Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Kabupaten Paser pun membunyikan alarm waspada punahnya satwa langka.
Berdasarkan pantauan sementara, DLH Kabupaten Paser memerkirakan luas Tahura Lati Petangis yang terbakar paling sedikit mencapai 500 hektare.
DLH Kabupaten Paser bahkan mengundang para pecinta alam dan relawan untuk bersama menyelamatkan satwa langka yang terjebak di kobaran api Tahura Lati Petangis.
DLH Kabupaten Paser pun memfasilitasi para relawan yang bersedia datang dengan transportasi dan akomodasi.
Kabid Pengelolaan Tahura Lati Petangis, DLH Paser Teguh Haryanto, Senin (16/9/2019), sekaligus untuk menyelamatkan satwa langka yang dilindungi.
Seperti Kukang (Slow Loris), Lutung Dahi Putih (Presbytis frontata), Burung Enggang (hornbill) dan rusa sambar (cervus unicolor).
“Sejauh ini kita (Bidang Pengelolaan Tahura) bersama teman-teman security Tahura Lati Petangis bahu membahu memadamkan api yang membakar Tahura.
Dengan tenaga kurang lebih 20 orang, termasuk security, sudah berupaya memadamkan api yang mengepung Tahura,” kata Teguh.
Meski seluruh tenaga sudah dikuras, lanjut Teguh, tapi api tak kunjung padam.
Jika hanya mengandalkan tenaga Bidang Pengelolaan Tahura DLH, maka satwa-satwa yang selama ini berlindung di Tahura terancam punah.
“Satwa-satwa itu telah kehilangan habitatnya karena didesak oleh lahan perkubunan.
Sekarang mereka berlindung di Tahura, tapi tempat mereka berlindung sekarang dikepung api, makanya kami mengajak seluruh pencinta alam dan relawan siaga bencana menyelamatkan Tahura,” ucapnya.
Sementara itu, Kasi Perlindungan Pengawetan dan Pemanfaatan Tahura DLH Paser Syarifuddin mengatakan dari 3.400 hektar luasan Tahura, ada sekitar 500 hektar yang hangus terbakar.
Bencana karhutla di Kabupaten Paser bahkan hampir mencapai pagar pembatas penangkaran sapi dan rusa yang dikelola UPT Dinas Pertanian (Distan) Paser.
“Selama kami melakukan upaya pemadaman dan masuk ke dalam hutan belum menemukan satwa yang mati akibat karhutla di Kabupaten Paser.
Bahkan hampir membakar area penangkaran sapi dan rusa, tapi api berhasil dipadamkan, makanya kita mengkhawatirkan satwa endimik di Tahura,” kata Syarifuddin.
Selain mengundang melalui media sosial (medsos), pihaknya juga mengundang secara resmi Mapala Stiper Muhammadiyah dan komunitas relawan Kabupaten Paser.
Sebagai konsekuensi dari undangan itu, DLH menyiapkan transportasi dan akomodasi selama kegiatan.
Saat ini, lanjut Syarifudin, BPBD Paser, Damkar Satpol PP Paser, Manggala Agni Daops Paser, termasuk tim penanggulangan kebakaran perusahaan-perusahaan, fokus memadamkan di wilayah tugas masing-masing.
Sehingga Satgas Pemadam DLH Paser tidak bisa berharap banyak bantuan mereka.
“Sekarang belum bisa meminta bantuan teman-teman BPBD, Damkar dan Manggala Agni.
Mereka juga berjuang memadamkan api di area yang menjadi tanggung jawab masing-masing, BPBD dan Damkar memadamkan Karhutla yang mendekati pemukiman, Manggala Agni menjaga hutan lindung dan cagar alam,” ungkapnya.
Terkait asal api yang membakar Tahura Lati Petangis, Syarifudin mengaku tidak tahu pasti.
Namun kalau warga membakar lahannya saja dan dia tak sanggup memadamkannya, bukan tidak mungkin akan merembet ke lahan lainnya.

Daun yang terbakar terbawa angin dapat menjadi titik baru karhutla di Kabupaten Paser.
Sedangkan kondisi asap bervariasi, semakin dekat lokasi lahan yang terbakar, semakin pekat kabut asapnya.
“Kalau sudah terbakar akan sulit dipadamkan.
Pohon tumbang karena terbakar misalnya, pagi kita siram air tapi masih ada sisa baranya, malamnya dia bisa menyala lagi,” tambahnya.
Pagi Dipadamkan, Sore Menyala Lagi
Dinas Lingkungan Hidup atau DLH Kabupaten Paser meminta dukungan Dinas Sosial atau Dinsos Paser untuk memfasilitasi dapur umum.
Fasilitas dapur umum ini diperlukan dalam aksi penyelamatan Taman Hutan Raya atau Tahura Lati Petangis dari bahaya kebakaran hutan dan lahan atau karhutla di Kabupaten Paser.
Seperti disampaikan Kabid Pengelolaan Tahura DLH Kabupaten Paser Teguh Hariyanto kepada Tribun Kaltim.co.
"Kita sudah ke Dinsos untuk minta dukungan dapur umum.
Besok (Rabu,18/9/3019) ada gerakan penyelamatan Tahura dari Karhutla," kata Teguh Hariyanto, Selasa (17/9/2019).
Kerusakan Tahura Lati Petangis akibat karhutla di Kabupaten Paser, menurut Teguh, sudah cukup parah.
Minimal 500 hektar area Tahura Lati Petangis yang sudah hangus terbakar.
"Yang 50 hektare itu bagian luarnya saja.
Ke dalamnya lebih luas yang terbakar, minimal 500 hektare," ucapnya.

Bidang Pengelolaan Tahura DLH Kabupaten Paser sendiri sudah melakukan upaya pemadaman sejak beberapa pekan yang lalu.
Namun segala upaya itu tak mampu membendung meluasnya area Tahura Lati Petangis yang terbakar.
"Kita sudah membuat sekat bakar untuk memutuskan rembetan api.
Itu (sekat bakar) seperti ditertawakan saja sama api.
Dengan hembusan angin yang kencang, daun atau ranting yang masih ada baranya terbang untuk kemudian membakar area lahan lainnya," kenangnya.
Karena itu, untuk aksi penyelamatan Tahura Lati Petangis besok, para pecinta lingkungan dan relawan siaga bencana diharapkan membawa jerigen untuk menampung air.
Sehingga bisa diangkut melalui sela-sela pepohonan.
Selama musim kemarau ini, bukan hanya rumput dan semak belukar saja yang kering.
Permukaan tanah juga kering.
Sedikit saja yang terbakar, api akan cepat membesar dan sulit dipadamkan.
"Pagi sudah kita padamkan, sorenya sudah menyala lagi.
Itu bisa diakibatkan masih ada bara api dibekas area yang kita padamkan atau bara api di lokasi kebakaran yang lain tertiup angin kencang ke lokasi bekas yang dipadamkan tadi," ungkapnya.
Untuk itu, strategi aksi besok adalah memadamkan bekas lahan yang terbakar hingga digaris lahan yang terbakar.
"Pemadaman dengan mengikuti rembetan api, kalau bekas lahan yang terbakar benar-benar padam, tidak ada lagi bara api yang akan menyulut kebakaran lagi," tambahnya. (*)