Dinkes Penajam Paser Utara Sebut Bukan Hanya Kemiskinan yang Bisa Sebabkan Stunting

Data terakhir Dinkes Penajam Paser Utara, jumlah kasus stunting mencapai angka 471 di 10 lokus Kelurahan/Desa di 3 Kecamatan di Penajam Paser Utara.

Penulis: Heriani AM | Editor: Budi Susilo
SolusiSehatku.com
Balita menangis. Data terakhir Dinkes Penajam Paser Utara, jumlah kasus stunting mencapai angka 471 di 10 lokus Kelurahan/Desa di 3 Kecamatan di Penajam Paser Utara. Dinkes Penajam Paser Utara Sebut Bukan Hanya Kemiskinan yang Bisa Sebabkan Stunting. 

TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Dinas Kesehatan (Dinkes) Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur, menyatakan kemiskinan hanya salah satu indikator penyebab stuting.

Nah, stunting adalah permasalahan gizi buruk kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam rentan waktu yang cukup lama yang mengakibatkan kondisi tinggi badan anak dibawah usia normal atau cebol.

Umumnya, terjadi karena kurang asupan nutrisi sejak 1.000 hari pertama anak.

Kabupaten Penajam Paser Utara menjadi salah satu Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki angka stunting cukup banyak.

Data terakhir Dinkes Penajam Paser Utara, jumlah kasus stunting mencapai angka 471 di 10 lokus Kelurahan/Desa di 3 Kecamatan Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur

Sepuluh Kelurahan/Desa lokus stunting di Penajam Paser Utara adalah Labangka Barat, Babulu Laut, Api-Api, Gunung Makmur, Sumber Sari, Sri Raharja, Binuang, Sukaraja, Karang Jinawi dan Tengin Baru.

Sebarannya bervariasi, bukan hanya di Kelurahan/Desa yang menjadi lokus stunting namun di wilayah lain juga terdapat kasus yang sama.

Minggu ini, Dinkes Penajam Paser Utara sedang melakukan pemutakhiran data, oleh masing-masing Puskesmas.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes PPU, Syarifah Asmawati mengatakan banyak faktor yang bisa menyebabkan stunting.

"Kita lihat dilapangan, ternyata bukan hanya kemiskinan faktor utama stunting, tapi juga pemberian makanan dan pola asuh. Warga dengan kondisi keuangan menengah keatas juga banyak yang terkena stunting," katanya kepada Tribunkaltim.co pada Minggu (22/9/2019).

Masyarakat menengah kebawah, kesulitan memberikan makanan bayi dengan gizi seimbang karena faktor ekonomi. Kondisi lingkungan juga mendukung mendukung terhambatnya pertumbuhan anak.

Sedang menurut Syarifah, masyarakat menengah keatas ada yang kurang memperhatikan pola asuhnya. Makanan yang harusnya dikonsumsi orang dewasa, karena diberi kepada bayi, juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang sang anak.

"Sanitasi dan air bersih juga mempengaruhi," tambahnya.

Intervensi yang dilakukan Dinkes PPU, untuk menjadi Kabupaten Zero Stunting adalah memperkuat imbauan 1000 HPK (hari pertama kehidupan). Ibu hamil diimbau dan disosialisasikan untuk mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat serta rutin berkala memeriksa kesehatan. Juga sosialisasi sanitasi total berbasis masyarakat (STBM).

Termasuk pemberian gizi tambahan yang dilakukan oleh tim konvergensi dari berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, diantaranya pemberian tambahan pangan, pendidikan dan lainnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved