Presiden BEM UGM Sebut Moeldoko dan Fahri Hamzah Kudet, 'Gak Ada Istilah Mahasiswa Lagi Tidur Siang'
Program Mata Najwa tadi malam menayangkan adegan adu argumentasi antara tokoh mahasiswa dengan Moeldoko dan Fahri Hamzah
Selain itu, Muqtadir juga menyinggung pernyataan Moeldoko yang menganggap kritik itu biasa.
"Dan tadi Pak Moeldoko menyampaikan, demo bukan haram, oke demo bukan haram."
"Tapi kok temen-temen kita sedang ditahanin kepolisian, bahkan ada yang makan di suatu restoran kena sweeping (razia) gitu, katanya enggak haram?," singgungnya
Moeldoko menjelaskan hal itu terjadi lantaran sisi psikologis dari aparat keamanan.
Biasanya itu terjadi lantaran tensi petugas yang awalnya normal bisa meningkat jika demo tak kunjung selesai.
"Situasi psikologi baik itu pelaku demo maupun pelaku aparat. Situasi awalnya fresh, begitu kena matahari mulai lapar, mulai haus terus dan seterusnya, tuntutannya belum ada keputusan maka tensi meningkat," jawab Moeldoko.
"Tensi menigkat menyebabkan uncontroll (tidak terkontrol) sehingga pada jam-jam terntentu, titik kulminasi itulah mulai terjadi, situasi yang enggak bagus."
"Sama dengan begitu, aparat juga manusia Bung bukan Dewa, dia juga titik punya kulminasi," jelas Moeldoko
Lihat videonya mulai menit ke-4:11:
Minta RKUHP Ditolak, Bukan Ditunda
Sehari sebelumnya, Presiden Mahasiswa BEM KM UGM M Atiatul Muqtadir mengungkapkan para mahasiswa tidak menginginkan penundaan pengesahan Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dan Revisi Undang-Undang (RUU) Pemasyarakatan.
Hal itu disampaikan Muqtadir di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (24/9/2019).
Muqtadir mengatakan, saat mendengar presiden menunda pengesahan RKUHP dan RUU, dirinya mengaggap kata tunda itu adalah bahasa politik.
"Kalau kita lihat sebenarnya, kalau saat (sidang) paripurna itu adanya tolak atau terima gitu enggak ada tunda," ujar Muqtadir.
"Jadi ketika itu disampaikan tunda, apalagi kalau baca beritanya itu ditunda tiba-tiba ada steatmen," kata Muqtadir.